HARI Tenun Nasional, yang diperingati setiap 7 September, menjadi momen penting untuk mengapresiasi warisan budaya Indonesia yang kaya akan tradisi menenun. Tenun bukan hanya sekadar kain, tetapi cerminan identitas dan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi. Tetapi, seiring dengan perkembangannya, masih ada banyak tantangan yang dihadapi dalam upaya melestarikan kain tradisional ini.
“Semakin banyak orang yang memperhatikan tenun. Dulu, sangat sedikit yang peduli terhadap tenun karena kami melihat kain tenun biasanya hanya dipakai desainer-desainer dan menjadi barang mewah, sehingga tidak banyak masyarakat yang mampu membelinya,” ujar Adinindyah, Founder Teras Kawan Assoc, yang aktif dalam berbagai usaha berbasis komunitas untuk meningkatkan kapasitas perempuan melalui tradisi lokal, mengatakan kepada Media Indonesia.
“Jadi, bagaimana caranya kami ingin memperkenalkan tenun ini lebih luas? Kami membuat produk yang lebih terjangkau. Seiring waktu, semakin banyak orang yang memiliki pandangan bahwa tenun harus lebih dikenal oleh masyarakat umum.”
Baca juga : AMANAH Fasilitasi Anak Muda Lestarikan Tenun Aceh
Adinindyah menambahkan tenun kini semakin diminati masyarakat luas, bukan hanya di kalangan tertentu. “Bahkan, meskipun dalam bentuk sekecil kantong koin, tetap ada kebanggaan memiliki produk tenun,” ujarnya.
Tetapi, dia mengakui salah satu tantangan terbesar adalah regenerasi pengrajin. “Di beberapa daerah, seperti Sulawesi Selatan, industri tenun harus berhenti karena tidak bisa bersaing dengan tekstil modern. Banyak yang tidak mampu bertahan secara bisnis,” jelasnya.
Ragam Tenun Nusantara
Tenun di Indonesia sangat kaya akan ragamnya, dengan setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Menurut Adinindyah, Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu daerah yang memiliki keragaman tenun paling kaya.
Baca juga : Wilsen Willim: Menyulam Waktu dengan Sutra Liar di JF3 2024
“Di NTT, bahkan motif dan teknik tenun bisa berbeda antara satu dusun dengan dusun lainnya,” katanya. Selain NTT, daerah seperti NTB dan Sulawesi Selatan juga memiliki tenun yang kaya akan motif dan ragamnya.
Tetapi, tantangan harga masih menjadi penghalang untuk membuat tenun lebih merakyat. “Apakah mungkin menggunakan teknik yang lebih sederhana namun tetap mempertahankan kualitas, sehingga harga bisa lebih terjangkau?” tanyanya.
Hal ini tentu membuka peluang untuk mengembangkan tenun dalam bentuk produk yang lebih praktis dan sesuai dengan tren fashion masa kini.
Baca juga : Siluet Modern Wastra Tenun Lunggi Ala Hian Tjen di JF3 2024
Sejarah Tenun di Indonesia
Diketahui kain tenun biasanya terbuat dari serat kayu, kapas, sutra, benang perak, benang emas, dan lainnya. Tradisi menenun telah ada sejak 500 SM di Mesopotamia, Mesir, India, dan Turki. Di Indonesia, keberadaan kain tenun tradisional berkembang sejak masa Neolitikum, seperti yang ditemukan di Sumba Timur dan Yogyakarta.
Kain tenun nusantara yang sangat populer antara lain songket, jumputan, dan tenun ikat. Berikut adalah beberapa ragam kain tenun dari berbagai daerah di Indonesia:
- Bali: Kain Bebali, Kain Gringsing, Songket Beratan, Tenun Endek
- Jawa: Tenun Ikat Troso
- Kalimantan: Pua Kumbu, Tenun Corak Insang, Tenun Ulap Doyo
- Maluku: Tenun Ikat Tanimbar
- Nusa Tenggara: Tenun Ikat NTT, Tenun Ikat Ende-Lio, Tenun Ikat Sumbawa
- Sulawesi: Tenun Bentenan, Tenun Buton, Tenun Donggala
- Sumatra: Kain Tapis, Kain Ulos, Songket Minangkabau, Songket Palembang
Safiri Filosofis Tenun
Kain tenun tidak hanya memiliki nilai estetis, tetapi juga sarat dengan filosofi dan kearifan lokal. Seni menenun berkaitan erat dengan sistem budaya, kepercayaan, dan organisasi sosial masyarakat setempat. Kualitas kain tenun biasanya diukur dari mutu bahan, keindahan motif, dan teknik pewarnaan.
Baca juga : Tenun Donggala Wakili Indonesia di Jenewa
Keunikan kain tenun dari berbagai daerah menjadikannya simbol keragaman budaya Indonesia. Motif, warna, dan filosofi yang melekat pada setiap kain tenun sangat dipengaruhi letak geografis dan kondisi alam daerah tersebut. Ini yang menjadikan kain tenun sebagai salah satu warisan budaya tak benda yang memiliki potensi besar diakui dunia.
Hari Tenun Nasional
Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, secara resmi menetapkan 7 September sebagai Hari Tenun dan Songket Nasional, melalui Keputusan Presiden pada 16 Agustus 2021. Penetapan ini merujuk pada sejarah diresmikannya Sekolah Tenun pertama di Indonesia pada 7 September 1929 oleh dr Soetomo di Surabaya.
Dengan adanya Hari Tenun Nasional, diharapkan kain tenun Indonesia semakin dikenal, baik di dalam maupun luar negeri, serta menjadi bagian dari identitas bangsa yang harus dilestarikan. (Z-3)