4 Batik Termahal di Indonesia Dari Motif Cirebon Hingga Hokokai

4 Batik Termahal di Indonesia: Dari Motif Cirebon Hingga Hokokai
Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, mari kita kenali 4 batik termahal di Indonesia yang memiliki nilai historis dan keindahan tersendiri. (MI/Nurul)

HARI Batik Nasional diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Hal ini bermula ketika tahun 2009, UNESCO mengakui batik Indonesia sebagai Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Kemanusiaan. Penetapan bergengsi ini menekankan pentingnya budaya dan keterampilan batik. 

Penetapan ini juga bertujuan untuk melindungi dan mempromosikan praktik teknik pembuatan batik tradisional, serta memastikan pelestariannya untuk generasi mendatang.

Dalam pembuatan batik sendiri membutuhkan keterampilan tinggi. Bukan mengherankan, batik hanya mampu dikerjakan perajin yang berpengalaman. Rumitnya proses pengerjaan batik menjadikan harga jualnya tinggi. Apalagi batik tulis yang harus digambar dengan tangan secara detail dan penuh kesabaran.

Baca juga : 3 Teknik Pembuatan Batik: Tulis, Cap, dan Print

Lantas, batik apa saja yang memiliki nilai jual tinggi? Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini 4 batik yang memiliki harga puluhan hingga ratusan juta rupiah.

4 Batik Termahal

(Batik Cirebon, Batik Prabuseno)

1. Batik Cirebon 

Baca juga : 7 Motif Batik Indonesia yang Terkenal

Dilansir dari Indonesia Kaya dan Batik Prabuseno, Batik Cirebon merupakan sentra dari batik yang tertua dan memberikan pengaruh terhadap ragam pola-pola batik yang ada di sentra-sentra industri batik lainnya di provinsi Jawa Barat. Dalam sejarahnya batik yang berada di wilayah Cirebon memiliki kaitannya dengan kesultanan-kesultanan yang ada di wilayah tersebut yaitu kesultanan Kasepuhan dan kesultanan Kanoman. 

Pada dasarnya pola penyebaran batik Cirebon sama dengan batik yang ada di wilayah Yogyakarta dan Solo. Pertama muncul di wilayah keraton, kemudian menyebar di luar lingkungan keraton oleh para abdi dalem yang berada di luar keraton.

Menurut kisah pada zaman kerajaan dahulu, munculnya kegiatan pembuatan batik di Cirebon karena peran Ki Gede Trusmi. Dia merupakan salah satu pengikut setia dari Sunan Gunung Jati. Pada saat itu Sunan Gunung Jati dalam proses menyebarkan agama Islam dimulai dengan melalui kegiatan membatik.

Baca juga : Ini Twibbon dan Ucapan Hari Batik Nasional 2024

Sisi lain berada pada pelabuhan Muara Jati yang menjadi titik awal perkembangan batik. Disanalah menjadi tempat persinggahan para pedagang dari berbagai bangsa yaitu negara Tiongkok, Arab, Persia, Malaka, Tumasik, Pasai, Jawa Timur Madura dan Palembang.

Cek Artikel:  Ini Tips Merawat Tas Agar Awet Berdasarkan Bahan Dasarnya

Motif batik Cirebon yang paling terkenal adalah mega mendung yang berbentuk gumpalan-gumpalan awan putih. Motif ini memiliki makna kehidupan dunia atas, kebebasan, atau bisa pula awan pembawa hujan sebagai lambang kesuburan dan pemberi kehidupan.

Motif mega mendung dibuat oleh Pangeran Cakrabuana, putra Raja Pajajaran dan pendiri kerajaan Cirebon.

Baca juga : Promo Menarik Rayakan Hari Batik Nasional 2024

Pembeda batik Cirebon dari daerah lainnya adalah teknik wit, yaitu satu garis batas yang dibuat dengan cara diblok berlapis lilin agar terbentuk satuan garis lengkung yang halus. Proses pembuatannya rumit dan butuh ketelitian. Karena proses pembuatannya yang tidak mudah, tidak heran jika batik ini memiliki harga jual tinggi.

Selembar batik tulis halus Cirebon harganya bisa mencapai Rp30 juta. Harga ini sepadan dengan tingkat kerumitan pembuatannya yang tinggi.

(Batik belanda, Batik Prabuseno)

2. Batik Bercorak Belanda 

Dilansir dari Batik Prabuseno, batik bercorak belanda ini merupakan salah satu jenis batik Indonesia, yang motifnya dipengaruhi oleh kebudayaan Belanda. Pada masa penjajahan Belanda awal mula batik belanda bermunculan di Indonesia.

Batik belanda memiliki banyak sekali motif-motif yang indah, tak kalah indah dengan batik-batik khas Jawa atau Indonesia lainnya. Taatp motif batik belanda memiliki makna dan ceritanya sendiri.

Batik belanda awalnya lahir dari wanita dan istri-istri orang Belanda yang berada di Indonesia. Pada masa itu banyak orang-orang Belanda yang jatuh cinta dengan kebudayaan dan kesenian Indonesia salah satunya batik.

Batik belanda sudah ada sejak 1840, salah satu tokoh perempuan yang membuat batik belanda adalah Carolina Josephina Franquemont. Beliau adalah warga campuran Indo-Belanda.

Dulunya batik belanda, hanya digunakan oleh orang-orang Belanda atau Indo-Belanda saja. Tetapi dengan berkembangnya motif dan zaman orang Tionghoa dan sebagian bangsawan Jawa mulai menggunakan batik belanda sebagai pakaian.

Tanda khas batik belanda yang menonjol yaitu dari motif batiknya, semua motif belanda bergambar atau menggunakan ikon-ikon khas Eropa. Seperti bunga dan tokoh floklore khas Eropa.

Mengembang-bunga yang digunakan dalam motif batik belanda, seperti bunga tulip, bunga lili, dan bouqet. Sedangkan tokoh floklore yang digambarkan seperti gadis berkerudung merah, dan Hansel & Gretel, serta tokoh lainnya.

Cek Artikel:  Reza Gladys dan Suami Sabet Penghargaan The Best Couple Preneur Aesthetic 2024

Batik belanda juga menggunakan ikon hewan, seperti burung walet, burung merak dan rusa. Motif adaptasi lukisan Eropa juga menjadi salah satu ciri khas batik belanda. Corak-warna cerah seperti merah muda, biru muda juga menjadi ciri khas.

Sejak saat itu motif dan model Batik Indonesia Corak Belanda ini semakin berkembang. Bahkan salah satu pembuatnya, Carolina Josephina Franqemont mengungkapkan kalau batik ini punya banyak peminat hingga harganya mencapai kisaran Rp100 juta.

(Batik tiga negeri, Indonesia Travel)

3. Batik Tiga Negeri 

Dilansir dari Batik Prabuseno, batik tiga negeri adalah batik yang awalnya melalui proses pencelupan dan berpindah-pindah di tiga tempat. Merah dicelup di Lasem, biru di Pekalongan atau Kudus, sedangkan Sogan dicelup di Solo atau Yogyakarta.

Padahal, mitosnya adalah jika pewarnaan kain tidak dilakukan di tempat yang tepat, misalnya pewarnaan merah tidak dilakukan di Lasem, kalian tidak akan mendapatkan warna merah khas Lasem. Kalau kalian tidak mewarnai biru Pekalongan dan cokelat Solo, Anda tidak akan mendapatkan warna yang tepat.

Pada abad ke-20, batik tiga negeri adalah kain berkualitas tinggi yang harganya mahal. Digunakan sebagai kado pernikahan, kain ini juga digunakan para selebriti dan saudagar kaya keturunan Arab, Belanda, dan Tionghoa.

Lewat batik yang berasal dari tiga negeri dan telah dikenal sejak akhir abad ke-18 ini dipromosikan di kawasan pesisir utara Jawa dan Solo sebagai hasil kreativitas cemerlang para peternak Tionghoa. Batik tiga negeri adalah jenis teks yang dibangun dari unsur-unsur yang penuh keunikan dan kemudian mampu berdiri lama sebagai bangunan yang kokoh yang landasannya adalah bentuk semangat yang menghargai keragaman.

Proses pembuatan batik tidaklah mudah. Terdapat langkah-langkah tidak biasa yang harus dilalui untuk menghasilkan sastra dari tiga negeri yang disebut Batik. Tanpa kemauan yang kuat dan kemauan tanpa pamrih untuk bekerja keras dalam setiap prosesnya, mustahil terciptanya Batik tiga negeri.

Bayangkan pencelupan batik ini harus dilakukan di tiga kota. Corak merah pertama terjadi di Lasem. Kain batik dari Lasem dibawa ke Pekalongan untuk diwarnai biru. Perjalanan belum berakhir. Terdapat warna ketiga yang ditawarkan pada batik ini, yaitu warna squishy brown yang proses pewarnaannya dilakukan di Solo. Proses produksi dasi yang melibatkan tiga kota membuat kain batik ini dikenal dengan sebutan dasi tiga negeri.

Cek Artikel:  Lily Collins Tampil Mempesona di Iuran pertanggunganere Emily in Paris dengan Gaun Hitam Berbordir

Batik tiga negeri pernah dijual dengan harga lebih dari Rp100 juta. Harga itu terbilang masuk akal karena proses pewarnaan yang harus dilakukan di tiga daerah berbeda dan memiliki tingkat kerumitan agak sulit dalam proses pembuatannya.

(Batik Hokokai, Kultural Indonesia)

4. Batik Hokokai

Dilansir dari Batik Prabuseno, Batik Hokokai merupakan batik Jawa asal Pekalongan yang dibuat pada masa pendudukan Jepang. Batik ini juga sering disebut dengan nama batik Pagi-Sore.

Ketika penjajahan Jepang, pengrajin batik di Indonesia khususnya di Pekalongan kesulitan mendapatkan kain putih sebagai bahan baku batik. Dari lahirnya kain batik hokokai yang disebut kain pagi-sore karena memiliki desain dua sisi.

Dengan adanya desain dua sisi, pengguna batik tidak perlu lagi membeli dua kain yang berbeda. Tanda-ciri pengaruh budaya Jepang pada batik hokokai dapat terlihat dari motifnya yang bergambar sakura.

Karena untuk berhemat kain mori, motif batik hokokai cenderung lebih kecil dibandingkan motif batik pada umumnya. Corak yang digunakan pun lebih cerah dan terdapat lima hingga enam warna yang tercampur.

Dengan model batik hokokai yang memiliki motif dua sisi, pemakainya bisa lebih hemat biaya. Cukup dengan satu kain yang sama pemakainya bisa memiliki dua motif yang berbeda.

Pada masa penjajahan Jepang, masyarakat banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan, dalam berpakaian batik hokokai menjadi salah satu solusinya karena dengan menggunakan batik ini, pemakai tidak perlu membeli pakaian baru untuk memberikan kesan ganti baju.

Tetapi, sekarang berbeda batik hokokai merupakan salah satu batik ekseklusif di Indonesia dengan kualitas dan bahan yang premium.

Di Indonesia, batik ini dimiliki oleh Tumbu Ramelan dan untuk harganya sendiri diperkirakan di atas Rp100 juta. (Z-3)

Mungkin Anda Menyukai