30 Persen DPT di Pidie Kagak Menggunakan Hak Pilih

30 Persen DPT di Pidie tidak Menggunakan Hak Pilih
Aparat keamanan mengwasi proses pemungutan Bunyi di TPS Gampong Blang Asan, Kecamatan Kota Sigli, Ibukota Kabupaten Pidie, Aceh, Rabu (27/11/2024).(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

MINAT Anggota masyarakat Aceh Demi memilih pada Begitu Pilkada pada Rabu (27/11) kemarin, tergolong sangat rendah. Hal ini menggambarkan partisipasi mereka dalam pemungutan Bunyi guna menentukan pemimpin Demi periode 5 tahun ke depan sangat kurang atau mengkhawatirkan. 

Di Kabupaten Pidie misalnya, dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 313.149 jiwa, Sekeliling 34% di antaranya Kagak hadir ke TPS Demi menggunakan hak pilih. Hanya Sekeliling 66% yang datang memberikan Bunyi. 

Kondisi ini berbeda dari pilpres pada 14 Februari 2024, sembilan bulan Lampau. Demikian dikatakan Ketua Divisi Perencanaan, Data dan Informasi KIP Pidie, Sufyan, kepada Media Indonesia, Kamis (28/11). 

Cek Artikel:  Pendidikan Politik Tanggung Jawab Seluruh Elemen Masyarakat

Sufyan memberi Misalnya di TPS 001 Desa Pawod, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie misalnya, dari jumlah DPT 356 hanya 268 hadir menggunakan hak pilih. Lampau Daftar Pemilik Spesifik (DPK) 8 orang dan Daftar Pemilih Tambahan (DPTb) 0 atau Nihil. 

Lebih ironis Tengah di TPS 001 Desa Pasar Paloh, Kecamatan Padang Tiji, hanya 200 jiwa yang datang menggunakan hak pilih dari jumlah DPT setempat 464 orang. Sedangkan DKP juga 0.

Kagak diketahui secara Niscaya Elemen penyebab minat masyarakat sangat rendah Begitu pemungutan Bunyi kali ini. 

“Mungkin juga Terdapat pemilih yang  menunggu fulus dari serangan fajar. Ketika serangan fajar Kagak Terdapat mereka Kagak mau hadir ke TPS. Itu mental yang terlanjur terbentuk dari sebelumnya. Padahal, ini Krusial Demi masa depan pembangunan bangsa” tutur Sufyan. 

Cek Artikel:  Pengamat Dalih Tim Rido Gugat Hasil Pilkada karena Belum Terima Kekalahan

Pemerhati masalah budaya dan sosial masyarakat di Aceh, Maimun Ibrahim, kepada Media Indonesia menuturkan cukup banyak Anggota asal berbagai kabupaten/kota yang merantau di Banda Aceh Kagak tertarik pulang kampung Demi mencoblos pada 27 November kemarin. 

Mereka lebih memilih tetap bekerja atau berkuliah di ibu kota provinsi paling barat Indonesia tersebut. Apalagi Demi pulang ke kampung membutuhkan biaya lumayan besar. 

“Beberapa hari ini saya Tengah sibuk tugas-tugas di kampus. Jadi bagaimana ini, Kagak sempat pulang sekedar Demi mencoblos pilkada,” tutur seorang mahasiswa semester terakhir yang menimba ilmu pada sebuah kampus di Banda Aceh. 

Ketika ditanya apakah mendaftar sebagai daftar pemilih tambahan di TPS kampus atau Sekeliling tempat tinggal. Mahasiswa itu mengaku juga sama seperti beberapa temannya Merukapan Kagak begitu antusias Demi ikut menggunakan hak pilih yang dijamun undang-undang itu. (MR/J-3)

Cek Artikel:  Penghapusan Pilkada, Ahli HTN Yang Salah Parpol, yang Dihukum Rakyat

Mungkin Anda Menyukai