PEMERINTAH Provinsi Kalimantan Selatan menyiapkan 257 ribu hektare kawasan perkebunan kelapa sawit guna mendukung Sasaran swasembada daging pada 2029 melalui program Integrasi Kelapa Sawit dan ternak Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Inti-Plasma (Siska Ku Intip).
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalsel, Suparmi, Rabu (5/2). “Terdapat Sekeliling 257 ribu hektare lahan perkebunan sawit yang sudah diverifikasi dan Dapat Buat mendukung program integrasi sapi-sawit (Siska Kuintinp),” ungkap Suparmi.
Luas lahan ini mencapai separuh dari total luas perkebunan sawit di Kalsel. Dikatakan Suparmi Kalau dalam satu hektare lahan Terdapat satu ekor sapi maka Kalsel akan mendapatkan tambahan populasi sapi yang sangat besar. Ketika ini populasi sapi di Kalsel tercatat Sekeliling 180 ribu ekor, dimana kebutuhan daging sebagian Tetap harus didatangkan dari luar daerah.
Kebutuhan daging sapi di Kalsel setiap tahunnya sebanyak 7.135 ton atau setara 57 ribu ekor sapi. Suparmi menambahkan diperlukan populasi sapi 260 ribu ekor lebih Buat memenuhi kebutuhan daging masyarakat.
“Kita perlu indukan sapi baru 57 ribu ekor lebih. Ketika ini indukan tersedia 37 ribu ekor lebih. Melalui pengembangan program Siska Kuintip kita menargetkan swasembada daging pada 2029 mendatang,” ujarnya.
Pengembangan program Siska Ku Intip Adalah sistem integrasi kelapa sawit sapi berbasis kemitraan usaha ternak inti plasma di Kalsel sudah terbentuk 26 Cluster di sejumlah daerah dengan populasi sapi lebih dari 4000 ekor. Sebanyak 13 perusahaan perkebunan terlibat dalam program yang sudah menjadi percontohan nasional ini.
Selain daging sapi, Kalsel juga menargetkan swasembada daging unggas melalui program Siti Hawalari Adalah sistem integrasi ternak itik di lahan rawa dan lahan kering. Program ini terbukti Bisa meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan peternak di sejumlah daerah.
“Ketika ini sudah terbentuk 699 cluster ternak itik dan tentunya diikuti dengan peningkatan populasi dan produksi dan pendapatan peternak itik sangat signifikan peningkatannya lebih dari 50%,” kata Suparmi. (H-2)