2 Perempuan Dimarahi Publik Tiongkok Usai Kunci Balita di Toilet Pesawat

2 Perempuan Dimarahi Publik Tiongkok Usai Kunci Balita di Toilet Pesawat
Sebuah insiden di Tiongkok melibatkan dua perempuan yang mengunci seorang balita yang menangis di toilet pesawat, menyebabkan perdebatan luas di media sosial. (Media sosial X)

SEBUAH insiden yang melibatkan dua perempuan yang mengunci seorang balita menangis di toilet pesawat, memicu perdebatan media daring di Tiongkok.

Balita yang bepergian dengan neneknya itu, menangis selama penerbangan. Tangisan itu dianggap mengganggu istirahat penumpang lain, kedua perempuan tersebut menguncinya di toilet pesawat.

Peristiwa itu viral di Tiongkok, usai salah satu dari dua perempuan itu, Gou Tingting mengunggah video dirinya menggendong balita tersebut dalam bilik toilet. Dalam unggahannya, ia memperkenalkan diri sebagai pihak yang berusaha membantu penumpang lain dan memperlihatkan perempuan lainnya, yang mengatakan anak satu tahun itu boleh meninggalkan toilet bila berhenti menangis.

Baca juga : Douyin Makeup, Gaya Rias Raut Asal Tiongkok yang Jadi Tren

Tak lama setelah ia mengunggah video tersebut, reaksi keras pun langsung muncul. Banyak yang mengkritik Gou karena dianggap kurang berempati dan menindas anak tersebut.

Cek Artikel:  6 Pemimpin Negara Afrika Hadir di Indonesia Ikuti IAF 2024

Menanggapi kritik tersebut, Gou mengatakan dia “lebih suka mengambil tindakan daripada menjadi penonton”.

“Saya hanya ingin menenangkan anak itu dan membiarkan semua orang beristirahat,” tulisnya di Douyin, aplikasi sejenis TikTok di Tiongkok.

Baca juga : Polisi Usut Video Bule Sebut IKN Ibu Kota Koruptor dan Nepotisme

Dia juga menjelaskan beberapa penumpang telah “pindah ke bagian belakang pesawat untuk menghindari kebisingan, sementara yang lain menyumpal telinga mereka dengan tisu,” jelas Gou.

Dirikun Gou kini telah ditetapkan sebagai akun pribadi.

“Anak-anak tidak bisa mengendalikan emosi mereka saat berusia satu atau dua tahun. Apa salahnya menangis? Bukankah kamu juga pernah menangis saat masih kecil?” tulis seorang pengguna di Weibo.

Baca juga : Detik-detik Perdana Menteri Slovakia Robert Fico Ditembak Tertangkap Video

Sementara yang lain mengkhawatirkan dampak psikologis pada gadis tersebut, dengan mengatakan “Kita harus memikirkan bagaimana ruang publik dapat menerima dan mengakomodasi anak-anak kecil dengan lebih baik.”

Cek Artikel:  Jajah Tepi Barat, Israel Hadapi Kondisi Darurat

Terdapat pula yang membela kedua perempuan itu karena nenek gadis tersebut telah memberikan persetujuannya. “Sejujurnya, beberapa anak tidak dapat hidup tanpa pendidikan,” tulis seorang pengguna Weibo.

Berkaitan dengan peristiwa tersebut, pihak maskapai membuat pernyataan dua hari setelah insiden, yang mengatakan nenek dari balita tersebut telah memberikan izin kepada kedua perempuan itu untuk “mendidiknya”. Insiden ini terjadi pada tanggal 24 Agustus di dalam penerbangan Juneyao Airlines dari kota barat daya Guiyang menuju Shanghai. 

Baca juga : RUU Pelarangan TikTok di AS Disahkan Kongres

Di sisi lain, telah terjadi perdebatan yang berkembang mengenai cara mengelola apa yang disebut Tiongkok sebagai “anak beruang”, yaitu anak-anak muda manja yang membuat keributan di tempat umum seperti dengan berteriak-teriak atau merusak properti umum.

Cek Artikel:  Dubes Palestina Hari Kemerdekaan Indonesia juga Istimewa bagi Kami

Penggunaan kata “beruang” dalam contoh ini menunjukkan sebagian orang di Tiongkok beranggapan beberapa anak dapat bertindak liar. Bahkan beberapa kereta umum telah mulai mengoperasikan kompartemen terpisah untuk anak-anak.

Selain itu, ada berbagai pandangan tentang hal ini di belahan dunia lain. Korea Selatan, misalnya, telah menetapkan ratusan zona bebas anak di restoran, museum, dan teater.

Para legislator telah meminta pemerintah untuk menyingkirkan zona-zona ini, dengan alasan perlunya menciptakan kembali masyarakat yang lebih menerima anak-anak, terutama karena negara ini sedang berjuang dengan angka kelahiran yang rendah.

Maskapai penerbangan global, termasuk maskapai Turki-Belanda Corendon Airlines dan Scoot yang berbasis di Singapura, menawarkan opsi bagi penumpang untuk membayar lebih untuk duduk di zona bebas anak. (BBC/Z-3)

Mungkin Anda Menyukai