153 Armada Tiongkok Beraksi di sekitar Taiwan

153 Armada Tiongkok Beraksi di sekitar Taiwan
Ilustrasi.(Al Jazeera)

TIONGKOK mengerahkan 153 pesawat, kapal induk, dan kapal Liaoning dalam latihan militer skala besar di sekitar Taiwan dan pulau-pulau sekitarnya, Senin (14/10). Menurut Kementerian Pertahanan Taiwan, dilansir CNN, pesawat Tiongkok itu terdeteksi di sekitar Taiwan dalam kurun waktu 25 jam antara Senin dan kemarin.

Dari jumlah tersebut, 111 pesawat tempur melintasi Garis Median–titik demarkasi informal di Selat Taiwan yang tidak diakui Beijing, tetapi hingga beberapa tahun terakhir sebagian besar telah dihormati–dan memasuki zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan.

Meskipun tidak dapat dibandingkan secara langsung, lonjakan pesawat tempur Tiongkok pada Senin melampaui rekor harian sebelumnya pada September 2023, ketika 103 pesawat militer Tiongkok terdeteksi beroperasi di sekitar Taiwan dalam rentang waktu 24 jam.

Tiongkok menegaskan bahwa pihaknya akan menghukum Presiden Taiwan karena menolak klaim kedaulatan Beijing dan mengecam pernyataan hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan mereka. Latihan tersebut dilakukan selama empat hari setelah Taiwan merayakan berdirinya pemerintahannya pada Hari Nasional.

Presiden Taiwan Lai Ching-te mengatakan dalam pidatonya bahwa Tiongkok tidak memiliki hak untuk mewakili Taiwan dan menyatakan komitmennya untuk menolak aneksasi atau perambahan. “Ini hukuman tegas atas pemalsuan terus-menerus yang dilakukan Lai Ching-te atas omong kosong kemerdekaan Taiwan,” kata Kantor Urusan Taiwan Tiongkok dalam suatu pernyataan.

“Militer kami pasti akan menangani ancaman dari Tiongkok dengan tepat,” kata Joseph Wu, sekretaris jenderal dewan keamanan Taiwan dalamh forum di Taipei. “Mengancam negara lain dengan kekerasan melanggar semangat dasar Piagam PBB untuk menyelesaikan perselisihan melalui cara damai,” sebutnya.

Cek Artikel:  Pria di Jaktim Ditangkap Usai Kirim Video Kelaminnya dan Ajak Perempuan Bersetubuh

Kantor Kepresidenan Taiwan juga meminta Tiongkok menghentikan provokasi militer yang merusak perdamaian dan stabilitas regional serta berhenti mengancam demokrasi dan kebebasan Taiwan. 

Peringatan besar

Tiongkok mengerahkan kapal induknya, Liaoning, untuk latihan tersebut. CCTV memperlihatkan satu jet tempur J-15 lepas landas dari dek kapal induk tersebut.

Juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok, Kapten Senior Li Xi, mengatakan bahwa misi latihan tersebut berhasil dan sesuai rencana. Li mengatakan angkatan laut, angkatan udara, dan korps rudal dikerahkan untuk latihan tersebut yang merupakan operasi terpadu. “Ini peringatan besar bagi mereka yang mendukung kemerdekaan Taiwan dan merupakan penanda tekad kami untuk menjaga kedaulatan nasional kami,” kata Li dalam suatu pernyataan di saluran media publik Taiwan. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning mengatakan bahwa Tiongkok tidak menganggap hubungan dengan Taiwan sebagai masalah diplomatik sesuai dengan penolakannya untuk mengakui Taiwan sebagai negara berdaulat. “Saya dapat memberi tahu Anda bahwa kemerdekaan Taiwan tidak sejalan dengan perdamaian di Selat Taiwan seperti api dan air. Provokasi yang dilakukan oleh pasukan kemerdekaan Taiwan pasti akan ditanggapi dengan tindakan balasan,” kata Mao.

Cek Artikel:  80 Persen Perjanjian Damai Telah Disepakati Azerbaijan dan Armenia

Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pihaknya mengerahkan kapal perang ke tempat-tempat yang ditentukan di lautan untuk melakukan pengawasan dan persiapan. Mereka juga mengerahkan kelompok rudal dan radar bergerak di darat untuk melacak kapal-kapal di laut. 

Mereka telah melacak 25 pesawat tempur Tiongkok dan 7 kapal perang serta 4 kapal pemerintah Tiongkok, meskipun tidak disebutkan secara spesifik jenis kapal tersebut. Di jalanan Taipei, warga tidak merasa terganggu dengan aktivitas latihan yang dijalankan otoritas Tiongkok.

“Saya tidak khawatir. Saya juga tidak panik. Itu tidak berdampak apa pun bagi saya,” kata seorang warga setempat, Chang Chia-rui. 

Kaum Taipei lainnya, Jeff Huang, mengatakan Taiwan sangat stabil sekarang. Dirinya sudah terbiasa dengan latihan militer Tiongkok. “Saya telah diancam oleh ancaman semacam ini sejak saya masih kecil dan saya sudah terbiasa dengan hal itu,” tuturnya.

AS merespons

Amerika Perkumpulan (AS), sekutu tidak resmi terbesar Taiwan, menyebut tanggapan Tiongkok terhadap pidato Lai tidak beralasan. “Kami menyerukan (pemerintah Beijing) untuk bertindak menahan diri dan menghindari tindakan lebih lanjut yang dapat merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan kawasan yang lebih luas,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller dalam suatu pernyataan. 

Cek Artikel:  Trump Pasti Lebih Mudah Kalahkan Kamala Harris Dibanding Biden

Tiongkok mengadakan latihan skala besar serupa setelah Lai dilantik pada Mei. Lai melanjutkan pemerintahan delapan tahun Partai Progresif Demokratik yang menolak tuntutan Tiongkok agar mengakui Taiwan sebagai bagian dari Tiongkok.

Tiongkok juga mengadakan latihan militer besar-besaran di sekitar Taiwan dan melakukan simulasi blokade pada 2022 setelah kunjungan Nancy Pelosi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS. Tiongkok secara rutin menyatakan bahwa kemerdekaan Taiwan ialah jalan buntu dan aneksasi oleh Beijing menjadi keniscayaan sejarah. 

Militer Tiongkok meningkatkan pengepungannya terhadap langit dan perairan Taiwan dalam beberapa tahun terakhir. Mereka mengadakan latihan bersama dengan kapal perang dan jet tempurnya hampir setiap hari di dekat pulau tersebut.

Pada Senin, Kantor Urusan Taiwan Tiongkok mengumumkan bahwa mereka memberikan sanksi kepada dua individu Taiwan, Puma Shen dan Robert Tsao, karena mempromosikan kemerdekaan Taiwan. Shen ialah salah satu pendiri Akademi Kuma, kelompok nirlaba yang melatih warga sipil mengenai kesiapan masa perang. 

Tsao menyumbangkan US$32,8 juta untuk mendanai kursus pelatihan akademi. Shen dan Tsao dilarang bepergian ke Tiongkok, termasuk Hong Kong.

Taiwan merupakan koloni Jepang sebelum disatukan dengan Tiongkok pada akhir Perang Dunia II. Negara ini terpecah pada 1949 ketika Partai Nasionalis pimpinan Chiang Kai-shek melarikan diri ke pulau tersebut. Partai Komunis pimpinan Mao Zedong mengalahkan mereka dalam perang saudara dan mengambil alih kekuasaan. (PBSNews/Z-2)

Mungkin Anda Menyukai