WAKIL Menteri Keuangan Republik Indonesia Suahasil Nazara, menyampaikan bahwa angka kemiskinan di Indonesia menunjukkan penurunan selama 10 tahun masa pemerintahan Presiden Jokowi.
Hal ini mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat seiring dengan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah.
“Kalau dibandingkan dengan tahun 2014, angka kemiskinan mengalami penurunan, dari 38,12 persen pada 2014 menjadi 33,26% pada 2024,” ujar Prof. Suahasil dalam seminar yang diselenggarakan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Jumat (30/8).
Baca juga : Potret Buram Lansia di Thailand
Seminar dengan tema “Generasi Silver Aktif dan Sejahtera Menuju Indonesia Emas 2045” ini dihadiri oleh berbagai pakar dan narasumber yang membahas isu-isu terkait populasi lansia dan tantangan menuju Indonesia Emas 2045.
Suahasil juga menyebutkan bahwa tingkat ekonomi masyarakat yang bergerak dari “menuju kelas menengah” ke “kelas menengah” terus meningkat.
Pada 2014, kelompok ini tercatat sebesar 61,45%, dan meningkat menjadi 66,35% pada 2024.
Baca juga : 79 Pahamn Indonesia: Serempak Meraih Sukses untuk Nusantara Baru Indonesia Maju
“Keluarnya masyarakat dari kemiskinan adalah progres yang kami harapkan, dan kelompok kelas menengah, baik yang sedang menuju maupun yang sudah berada di kelas ini, sangat krusial bagi perekonomian Indonesia,” lanjutnya.
Ia menambahkan, jumlah penduduk yang tergolong dalam kategori “menuju kelas menengah” dan “kelas menengah” pada 2024 mencapai tidak kurang dari 185 juta orang.
Dalam presentasinya, Suahasil menekankan pentingnya mendukung pertumbuhan usia produktif dengan kebijakan pemerintah yang komprehensif, mulai dari fase prenatal hingga usia lanjut.
Baca juga : Bapanas Luncurkan Genius 2024 sebagai Bekal Menuju Indonesia Emas
Menurutnya, investasi di bidang pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial yang adaptif, serta reformasi sistem pensiun memegang peran penting dalam mewujudkan silver demographic dividend yang berkelanjutan.
Sementara itu, Pelaksana Harian Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Arief Wibisono Lubis menambahkan bahwa diskusi ini diadakan untuk memperingati 60 tahun berdirinya Lembaga Demografi FEB UI.
Ia menyampaikan bahwa selama enam dekade, Lembaga Demografi telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan Indonesia, khususnya dalam bidang demografi.
Baca juga : 360 Derajat Tantangan Pendidikan Tinggi Indonesia
“Peringatan 60 tahun ini tidak hanya menjadi momen refleksi atas pencapaian yang sudah diraih, tetapi juga kesempatan untuk menatap masa depan dengan optimisme dan semangat baru. Tema yang diangkat sangat relevan dengan tantangan yang ada dan harus diantisipasi oleh para pemangku kepentingan,” ujarnya.
Dalam sesi seminar, Peneliti Senior LD FEB UI, Sri Moertiningsih, mengungkapkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia diperkirakan akan mencapai 20 persen pada tahun 2050.
Menurutnya, seiring bertambahnya usia, lansia akan mengalami penurunan kapasitas fungsional yang diperparah oleh penyakit tidak menular akibat gaya hidup yang tidak sehat sejak dini.
Sri juga menjelaskan beberapa alternatif pembiayaan perawatan jangka panjang (LTC), seperti sistem asuransi sosial, Universal Coverage Tax Funded System, dan Safety Net Tax-Funded System.
Ia mencatat bahwa kebijakan LTC di beberapa negara, seperti Jepang dan Korea, telah mengembangkan skema asuransi sosial khusus untuk kebutuhan ini, sementara di Jerman, klien LTC berkontribusi hingga 21,4% dari total biaya.
Ia menambahkan, generasi silver tidak lagi hanya dipandang sebagai kelompok yang bergantung pada bantuan, tetapi juga sebagai kontributor penting dalam masyarakat.
Tetapi, tantangan seperti rendahnya akumulasi kekayaan, diskriminasi usia, dan penurunan kesehatan tetap menjadi perhatian.
“Lembaga Demografi merekomendasikan kelanjutan pembahasan RUU Kesejahteraan Lansia dan pembentukan unit khusus yang menangani isu-isu lansia secara komprehensif,” tutupnya. (Z-10)