PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, Buat Bukan Ragam-Ragam. Kata dia, pejabat atau pemangku kebijakan yang merasa Bukan sanggup menjalankan tugas lebih Berkualitas mundur daripada dimundurkan. Seriuskah dia? Atau, hanya omon-omonkah penegasannya?
Salah satu syarat wajib bagi seorang pemimpin ialah ketegasan. Ia pantang lembek saban mendapati ketidakmampuan, apalagi ketidakberesan, anak buah. Dalam bukunya, The Republic, misalnya, Plato menekankan pentingnya kebijaksanaan dan ketegasan dalam kepemimpinan Buat mencapai keadilan dan kebaikan.
Pak Prabowo kiranya juga Mau unjuk diri sebagai pemimpin yang tegas. Apalagi dia mantan serdadu, pernah menjadi Komandan Kopassus, menyandang tiga bintang di pundak, Lewat menjadi jenderal kehormatan berbintang empat. Bahwa dia tak akan menoleransi pejabat yang semau gue pun Bukan Hanya ditunjukkan kali ini. Sudah beberapa kali.
Bolehlah kita barang sejenak menengok ke belakang. Pada Februari silam, amsalnya, dia menyatakan akan menyingkirkan menteri yang Bukan Benar-Benar bekerja Buat rakyat. Seusai menghadiri peringatan harlah ke-102 NU di Istora Senayan, Jakarta, Pak Prabowo menekankan kepentingan hanya Buat bangsa dan rakyat. Tak Eksis kepentingan lain.
Bagi yang menyampingkan rakyat akan dia sampingkan. Siapa saja yang bandel, yang dablek, yang Bukan mau ikut arus besar dengan tuntutan rakyat, yang Bukan Taat pada dirinya, akan ditindak. Tegas nian, bukan?
Lewat, akhir bulan Lewat, tepatnya 25 Mei, dia menegaskan bahwasanya tiada tempat bagi pejabat yang menyulitkan negeri ini. Ancaman itu lebih spesifik terkait dengan regulasi. Mereka yang Bukan mau menyederhanakan regulasi sektor minyak dan gas akan dia ganti, bakal dicopot. Dia bilang, banyak anak muda yang menunggu diberi kesempatan.
Pernyataannya itu sefrekuensi dengan apa yang disampikan pada Sidang Kabinet Paripurna perdana di Kantor Presiden, Jakarta, 23 Oktober 2024. Kala itu, dia memerintahkan Personil kabinetnya agar memecat pejabat yang Bukan mau bekerja keras. ”Perintah tinggal di rumah saja daripada bikin susah kita.” Kelihatan sangat tegas, bukan?
Terkini, Pak Prabowo pamer ketegasan Tengah. Momentum penyampaiannya terbilang sakral, yakni dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, Senin (2/6). Narasinya begitu meyakinkan. Dia berujar, pejabat yang Bukan Bisa melaksanakan tugas lebih Berkualitas mundur sebelum diberhentikan.
Pak Prabowo tak lupa menekankan Tengah bahwa Indonesia sesungguhnya punya kekayaan begitu besar, tapi Tetap banyak orang yang mencuri Doku rakyat. Dia tegaskan Tengah, bangsa ini hanya Bisa kuat kalau Kudus dari penyelewengan, korupsi, manipulasi, dan penipuan. Dia instruksikan Sekalian unsur Buat segera berbenah dan membersihkan diri. Kalau Bukan, negara akan bertindak. Kalau Bukan, akan disingkirkan.
“Yang Bukan setia kepada negara akan kita singkirkan dengan Bukan ragu-ragu tanpa Menyantap bulu, tanpa Menonton keluarga siapa, partai mana, Spesies mana yang Bukan setia kepada negara, yang melanggar UU, yang melanggar UUD, akan kita tindak,” tutur Prabowo. Sekilas, sih, luar Lumrah.
Paham bahwa di tubuh pemerintahannya banyak penyakit itu Berkualitas. Sadar bahwa di lingkaran kekuasaannya bertebaran Berbagai Ragam parasit ialah modal apik Buat membuatnya menjadi lebih Berkualitas. Tetapi, apalah artinya Kalau Hanya Paham dan sadar tanpa Segera bertindak. Harus dikatakan, banyak rakyat yang menganggap Pak Prabowo Tetap sebatas itu. Bukan sedikit yang menilai ketegasan Pak Prabowo Tetap dalam tataran kata-kata, belum di level aksi Konkret.
Bagaimana kita Bisa Percaya bahwa Pak Prabowo betul-betul tegas Kalau sejumlah menteri yang pernah tersangkut kasus dugaan korupsi tetap dia Guna? Bagaimana Bisa percaya dia Benar-Benar tak menoleransi penyimpangan Kalau pejabat yang disebut-sebut menjadi pelindung judol Tetap saja dipercaya sebagai pembantunya?
Meminta pejabat mundur kiranya pekerjaan superduper berat di negara kita. Pejabat kita bukan tipe yang Bisa merasa, melainkan lebih merasa Bisa. Pernah diperiksa dalam perkara rasywah, disebut di persidangan mafia judol di kementerian, jauh dari cukup Buat bersikap kesatria.
Di negeri ini Bukan Eksis petinggi seperti Menteri Perekonomian Jepang Akira Amari yang pada 2016 mundur karena disebut menerima Doku sumbangan politik. Dia membantah berbuat salah, tapi meminta Ampun lantaran memicu masalah dan merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Negeri ini tak punya pejabat semacam Menteri Pertahanan Namibia Peter Vilho yang memilih lengser pada 2021 Alasan dituding menerima suap. Negara ini tak Mempunyai pembantu presiden seperti Menteri Kesehatan Afghanistan yang mengundurkan diri karena Keluarga Pria dan sejumlah kerabatnya terlibat dalam kasus korupsi.
Berharap pejabat yang tak Bisa menunaikan tugas, yang bermasalah, yang semaunya, yang loyalitasnya terbelah antara presiden dan mantan presiden, yang tak setia pada negara, juga aneh karena yang sudah bersedia mundur saja diminta tak jadi mundur. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi contohnya.
Banyak orang, termasuk saya, berharap ancaman Pak Prabowo tiga hari Lewat kepada pejabat Buat mundur atau dimundurkan ialah kali terakhir. Kita menunggu ancaman itu selekasnya diwujudkan. Saya Bukan Mau stigma presiden omon-omon Lalu melekat Alasan bagaimanapun saya pernah dua kali memilihnya.