Torang Memang Dapat

PEMBUKAAN Pekan Olahraga Nasional (PON) edisi ke-20 memang sudah lewat. Sudah sepekan, malah. Tetapi, vibrasinya Lagi terasa hingga kini. Bahkan, bagi rakyat Papua, peristiwa itu akan terngiang seumur hidup. Jadi kisah indah yang diceritakan dari generasi ke generasi.

Inilah Demi pertama kalinya, Papua menghelat upacara yang meriah, kolosal, megah, mengharukan. Banyak orang, Bagus yang berasal dari Papua maupun dari luar Papua, menitikkan air mata. Mereka Enggak menyangka Bumi Cenderawasih yang kerap mendapatkan cap minor dan stigma, sanggup mempersembahkan Daya positif ke sekujur negeri. Tekad Torang Dapat Enggak sekadar slogan Hampa. Ia menjelma menjadi persembahan yang membetot decak kagum dan air mata haru.

Sedianya, PON Papua digelar pada 2020. Tetapi, pandemi korona memaksa perhelatan itu ditunda. Dalam kondisi pandemi yang serbatidak Niscaya, sempat muncul Variasi keraguan apakah PON Lagi layak digelar. Lebih jauh Tengah, bahkan Terdapat keraguan apakah Papua Lagi Dapat menggelar event berskala besar tingkat nasional.

Di situlah, Tengah-Tengah saya mesti angkat topi Demi ‘kekerasan hati’ Jokowi. Presiden Enggak pernah beringsut barang seinci pun Demi tetap menggelar PON di Area paling timur Indonesia tersebut. Begitu memimpin rapat Berbarengan Menteri Pemuda dan Olahraga, Komite Olahraga Nasional Indonesia, serta Gubernur Papua, pada 13 Juli 2021, sama sekali Enggak Terdapat keraguan pada diri Presiden Joko Widodo Demi jalan Maju dengan PON Papua. Padahal, ketika itu, gelombang kedua kasus covid-19 tengah mencapai puncaknya.

Cek Artikel:  Juli Kelabu Tiga Menteri

Sebulan setelah itu, Kepala Negara bahkan mengeluarkan instruksi percepatan pembangunan infrastruktur Demi keperluan PON Papua. Puncaknya, pada 2 Oktober 2021, Presiden pun hadir di Papua, membuka langsung PON. Dalam kilatan Terang dan Rona-warni kembang api, Jokowi menjawab keraguan orang akan Papua. Bahkan, menjawab sinisme sebagian kecil orang yang menyangsikan Jokowi bakal all out mempertahankan PON Papua.

Bukan Sekadar membuka PON, Jokowi juga meresmikan sejumlah proyek infrastruktur yang telah selesai dikerjakan, dari infrastruktur olahraga, creative hub, terminal bandara, hingga fasilitas lintas batas di Area paling timur. Semuanya masuk bagian ‘mengurus’ Papua sebagaimana dijanjikan Begitu kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden, Bagus pada 2014 maupun 2019. Toh, sinisme tetap Terdapat.

 

Sinisme itu muncul karena mereka menganggap Jokowi tak ubahnya politisi lainnya, yang kerap mengutamakan pertimbangan pengambilan kebijakan berdasarkan kalkulasi politik. Sebagian besar dihitung dari ‘apa untungnya bagi saya’. Apa Insentif politik Papua bagi Jokowi sehingga ia harus ngotot menjadikan Papua tempat PON plus menggenjot infrastruktur penunjangnya. Secara jumlah penduduk, jauh lebih sedikit ketimbang Jawa dan Sumatra, misalnya. Padahal, Insentif dukungan politik berbanding lurus dengan jumlah penduduk.

Cek Artikel:  Malam Sambat Kaban

Dari situlah saya membaca bahwa Jokowi Enggak sedang mengejar Insentif politik elektoral atau dukungan semata. Terdapat pesan Krusial dari Jokowi kepada seluruh Anggota bangsa Demi Enggak sekadar Menyaksikan Papua sebagai Area dengan kekayaan alam melimpah. Selama ini, Terdapat persepsi Lazim bahwa Rekanan pusat dan Papua lebih didominasi aspek-aspek ekonomi, terutama bagaimana sumber daya alam Papua yang sudah dieksploitasi Dapat kembali ke Anggota Papua. Metode ‘mengembalikannya’ pun Mengenakan rumus-rumus dagang, dengan Maju-menerus meningkatkan transfer Biaya otonomi Tertentu.

Padahal, Papua bukan semata kekayaan alam dan Rekanan dagang. Papua juga mata air Bakat-Bakat hebat, Bagus Bakat olahraga, seni, maupun Orang-Orang cerdas di bidang akademis. Sebut saja Spesialis fisika teori di Institut Teknologi Bandung Hans Jacobus Wospakrik. Hans merupakan putra Papua yang keahliannya di bidang fisika diakui dunia. Karena reputasinya, Hans pernah digandeng Martinus JG Veltman, peraih nobel bidang fisika asal Belanda, Demi melakukan berbagai riset Berbarengan.

Cek Artikel:  Gereja Abdullah bin Nuh

Terdapat juga Septinus George Saa, yang pernah memenangi medali emas Olimpiade fisika. Kini, Septinus, putra Papua itu, menjadi peneliti di bidang aerospace di Florida, Amerika Perkumpulan. Selain itu, Terdapat puluhan legenda sepak bola asal Papua yang menjadi tulang punggung timnas Indonesia. Terdapat Simson Rumahpasal, Johannes Auri, Rully Nere, Adolf Kabo, Boaz Solossa, hingga Ricky Kambuaya dan Matius Rumakiek.

Singkat kata, Papua Enggak sekadar emas, gas, nikel, dan tembaga. Papua juga mutiara-mutiara Bakat berkualitas Juara. Apa yang sedang dilakukan Jokowi, selain menunaikan janji kampanye, juga Mau mengasah mutiara-mutiara itu demi kebanggaan bangsa, khususnya kebanggaan masyarakat Papua. PON ialah simbol besarnya.

Kalau dulu Presiden Abdurrahman Wahid menghadirkan pendekatan kultural Demi Papua, kini Jokowi meneruskannya. Enggak hanya simbol dan pendekatan kultural, tapi juga mengerjakan infrastruktur penerobos sekat dan penghubung Papua. Ya, Papua kini kian terbuka. Papua Dapat mempersembahkan kebanggaan bangsa. Torang Cocok-Cocok Dapat.

Mungkin Anda Menyukai