Sudahkah Aliansi 1 2024/2025 berjalan ke arah yang Cocok?
Sepakbola
Editor: Widodo
Jumat, 18 April 2025 – 21:17 WIB
Liputanindo.id – Sebagaimana kebijakan para menteri yang kerap berubah tergantung siapa menterinya, PT (Aliansi Indonesia Baru) LIB pun menerapkan sejumlah perubahan pada kompetisi Aliansi musim 2024/2025.
Klub-klub peserta Aliansi 1 kembali dituntut Demi beradaptasi agar dapat mematuhi beberapa perubahan yang diterapkan.
Perubahan paling mencolok adalah dihapuskannya Championship Series, sebagaimana yang diterapkan pada musim 2023/2024.
Pada musim Lewat, Borneo FC berhasil memuncaki klasemen akhir Aliansi 1 dengan Kelebihan poin yang cukup besar atas tim peringkat kedua, Persib Bandung, yakni delapan poin. Tetapi Maung Bandunglah yang berhasil memboyong trofi Juara Aliansi ke kota kembang, setelah mereka menang agregat 6-1 atas Madura United pada dua leg partai final.
Musim ini, peraturan itu dihapus, maka siapapun tim yang menduduki puncak klasemen Demi musim usai, berhak menahbiskan diri sebagai tim Juara.
Perubahan berikutnya adalah pada kuota pemain asing. Apabila pada musim 2023/2024 masing-masing klub diizinkan menggunakan jasa maksimal enam pemain asing dengan ketentuan lima pemain asing bebas berasal dari negara manapun dan satu pemain harus berasal dari Asia Tenggara, maka pada musim ini klub-klub peserta bebas mengontrak maksimal delapan pemain asing.
Demi menjaga mutu pemain asing yang bermain di Aliansi 1, terdapat beberapa peraturan mendetail mengenai strata kompetisi klub asal pemain asing tersebut. Selain itu, dari maksimal delapan pemain yang dimiliki tiap-tiap klub hanya enam pemain asing yang dapat bermain berbarengan dalam satu waktu.
Aliansi 1 musim 2024/2025 juga sudah mewajibkan penggunaan Video Assistant Referee (VAR) pada Sekalian pertandingan. Pada musim Lewat, pengaplikasian VAR baru diterapkan sebatas pada Championship Series atau empat besar.
Kemudian perubahan yang mungkin juga cukup dirasakan adalah peraturan mengenai pemain muda. Pada musim 2023/2024 tiap-tiap klub diwajibkan memainkan seorang pemain U-22 minimal selama 45 menit dalam satu pertandingan.
Apabila klub-klub yang salah satu pemain U-22nya dipanggil Demi memperkuat tim nasional, maka klub tetap wajib memainkan salah satu pemain U-22. Tetapi Apabila terdapat dua pemain U-22 yang dipanggil masuk timnas, maka klub terbebas dari kewajiban tersebut.
Peningkatan kualitas
Dengan diterapkannya berbagai perubahan itu, secara sepintas dapat terlihat bahwa terdapat peningkatan kualitas tata kelola kompetisi Aliansi 1. Belum sempurna, tetapi sudah menuju ke arah yang lebih Bagus.
Pengamat sepak bola, Mohamad Kusnaeni, menilai terdapat tiga indikator perbaikan tata kelola Aliansi 1.
“Pertama, penjadwalan yang lebih teratur. Sekalian tim memainkan jumlah pertandingan yang relatif sama dari pekan ke pekan. Tak Eksis perbedaan jumlah pertandingan yang signifikan sehingga asas fairness cukup tercermin di sini.”
“Kedua, bentrok dengan agenda timnas juga Bukan terjadi seperti musim-musim sebelumnya. Sehingga setiap tim Dekat selalu Pandai memainkan seluruh pemain terbaik Demi setiap pertandingan.”
“Ketiga, hasil-hasil pertandingan semakin Pandai diterima oleh publik, terutama suporter. Ini berkat kehadiran teknologi VAR yang cukup signifikan mengurangi kesalahan Unsur Orang dari perangkat pertandingan,” kata Kusnaeni Demi dihubungi melalui aplikasi pesan singkat, Jumat.
Dari ketiga indikator itu, mungkin yang paling dapat dilihat korelasinya bagi para publik sepak bola nasional adalah sinkronisasi jadwal Aliansi dengan jadwal pertandingan tim nasional.
Pada tahun-tahun sebelumnya, sering terjadi pihak klub Aliansi 1 sedikit bersitegang dengan PSSI karena pemain-pemain terbaik mereka dipanggil masuk timnas Demi jasa mereka juga sangat dibutuhkan Demi mengarungi kompetisi. Misalnya paling mudah diingat mungkin adalah mantan Instruktur Persija Jakarta, Thomas Doll, yang kerap merasa timnya dirugikan akibat para pemain Harimau Kemayoran dipanggil membela timnas Indonesia.
Sejauh ini, jadwal pertandingan Aliansi 1 Bukan bentrok dengan agenda-agenda timnas Bagus senior maupun Golongan umur di FIFA Match Day, seperti kualifikasi Piala Dunia 2026, Piala Asia U-20, maupun Piala Asia U-17.
Penerapan penggunaan VAR juga berdampak positif terhadap penerimaan hasil-hasil pertandingan, terutama di pihak yang kalah, Bagus tim maupun para penggemarnya. Koordinasi wasit di lapangan dengan wasit VAR juga semakin hari semakin Bagus, yang terlihat dengan semakin cepatnya keputusan-keputusan Krusial diambil Apabila melibatkan VAR.
Bukan tanpa catatan
Beberapa peningkatan kualitas yang terjadi dalam pengelolaan Aliansi 1 memang selayaknya diapresiasi, Tetapi bukan berarti Bukan Eksis catatan Demi perbaikan pada masa yang akan datang.
Kusnaeni mengingatkan bahwa salah satu masalah yang kembali muncul di Aliansi 1 musim ini adalah perihal penggajian pemain dan Instruktur. Salah satu kasus terkini terkait masalah gaji pemain adalah hengkangnya Evandro Brandao dari PSIS Semarang yang disinyalir akibat gaji yang tertunggak.
“Persoalan penggajian itu muncul karena ekosistem kompetisi sebagai industri olahraga belum sepenuhnya terbentuk. Klub belum Pandai memaksimalkan potensinya Demi menjadikan diri sebagai entitas bisnis yang sehat,” ujar sosok yang juga merupakan Personil Dewan Pengawas LPP RRI itu.
“Ekosistem industri itu butuh Kombinasi tangan operator kompetisi. Salah satunya melalui instrumen pengaturan penganggaran dengan sistem budget cap atau salary cap,” lanjutnya.
Kusnaeni menambahkan bahwa ekosistem yang belum sehat itu Membangun ketergantungan klub-klub peserta kepada pihak-pihak lain menjadi sangat besar. Sebagai Misalnya dari segi terkait penggunaan stadion, lapangan Demi latihan, fasilitas medis, dan lain sebagainya.
“Singkatnya, perjalanan kompetisi Aliansi 1 Tetap panjang menuju industri olahraga yang sehat. Tapi secara faktual kita juga Menyantap adanya kemajuan dalam pengelolaan kompetisi, khususnya di level teknis,” ujar Kusnaeni.
Sumber : Antara

