Sejarah dan Pengalaman Rasulullah dan Sahabat Demi Ramadan Pertama

Lukisan pertempuran Badar, 624 M, bertepatan dengan Ramadan pertama. (Lutfi Abdullah)

Jakarta: Bulan Ramadan merupakan bulan yang paling istimewa dalam Islam, di mana umat Muslim di seluruh dunia diwajibkan menjalankan ibadah puasa. Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan Kehausan, tetapi juga menjadi waktu Demi memperdalam keimanan dan memperbaiki diri secara spiritual.

Tradisi berpuasa ini bermula sejak Era Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, yang pertama kali menjalankan Ramadan di Madinah pada tahun 624 Masehi, atau tahun kedua Hijriah.
 

Ramadan Pertama di Madinah

Menurut catatan sejarah, Ramadan pertama kali diwajibkan pada bulan Syawal di tahun kedua Hijriah atau Sekeliling Februari 624 Masehi. Mengutip dari TRT World pada Minggu, 9 Maret 2025, ayat tentang kewajiban berpuasa turun kepada Nabi Muhammad SAW di Madinah setelah kaum Muslimin melakukan hijrah dari Mekah ke Madinah.

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas Engkau berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum Engkau agar Engkau bertakwa,” (QS. Al-Baqarah: 183).

Sebelumnya, Nabi Muhammad SAW dan beberapa Muslim telah berpuasa pada hari-hari tertentu, seperti puasa Asyura. Tetapi, puasa selama sebulan penuh tanpa Jarak adalah pengalaman baru bagi umat muslim Demi itu.

“Terdapat catatan dari Era Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan bahwa bahkan Muslim pertama pun mengalami kesulitan Demi membiasakan diri dengan puasa Ramadan di tahun pertama,” ucap Profesor Kasif Hamdi Okur dari Universitas Hitit.

Pada masa itu, kondisi di Madinah Enggak mudah. Kekurangan makanan dan air menjadi tantangan Istimewa, terutama di lingkungan padang pasir yang panas dan kering. Tetapi, Rasulullah SAW dan para sahabatnya tetap menjalankan puasa dengan penuh keteguhan.

Cek Artikel:  Rela Pasang Badan Demi Kemerdekaan Palestina, Erdogan: Saya Menyuarakan Kebenaran

Meskipun begitu, profesor Okur menjelaskan kepada TRT World bahwa puasa pertama di bulan Ramadan berlangsung pada musim semi, ketika suhu di Madinah Enggak terlalu ekstrem. Puasa selama 29 hingga 30 hari secara berturut-turut adalah pengalaman luar Normal bagi Muslim pertama di Madinah, menurut Okur.
 

Perubahan Arah Kiblat dan Perang Badar

Selain perintah berpuasa, pada masa itu juga terjadi peristiwa Krusial lainnya, Ialah perubahan arah kiblat dari Masjidil Aqsa di Yerusalem (Quds) ke Ka’bah di Mekah. Dengan mengubah arah kiblat dan berpuasa secara Lalu-menerus selama sebulan penuh, Muslim pertama merasakan bahwa mereka adalah komunitas religius yang berbeda dari Golongan monoteistik lain seperti Yahudi dan Kristen.

Ramadan pertama juga bertepatan dengan Perang Badar, Ialah pertempuran pertama antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy dari Mekah yang terjadi pada 17 Ramadan tahun kedua Hijriah (13 Maret 624 M).

Laskar Muslim yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW berjumlah Sekeliling 313 orang, jauh lebih sedikit dibandingkan Laskar Quraisy yang berjumlah Sekeliling 1.000 orang. Tetapi, berkat strategi Rasulullah SAW dan keyakinan kepada Allah, kaum Muslimin meraih kemenangan dalam pertempuran ini.

Hasil akhir pertempuran ini menjamin bertahannya Religi Islam, menyebabkan Religi ini menyebar di berbagai penjuru dunia dalam waktu berabad-abad kedepannya.Menurut Ali Celik, Dekan Fakultas Ilmu Keislaman di Universitas Dumlupinar, bahkan ketika Rasulullah menjadi komandan dalam pertempuran ini, Rasulullah tetap berpuasa.
 

Cek Artikel:  Perkuat Kemitraan Dunia, Indonesia Sepuhn Rumah Lembaga Indonesia Afrika

 

Kederhanaan dalam Berbuka dan Sahur

Puasa pada masa Rasulullah SAW jauh dari kemewahan seperti Demi ini. Profesor Okur menjelaskan bahwa makanan yang dikonsumsi Demi berbuka dan sahur sangat sederhana, sering kali hanya terdiri dari kurma dan air, berbeda sekali dengan Era sekarang yang dipenuhi menu Takjil.

“Selama sahur, mereka mungkin hanya makan beberapa butir kurma dan air. Itu saja,” ujar Okur.

Nabi Muhammad SAW dan para sahabat juga dikenal sering mencampur tepung panggang dengan minyak zaitun atau mencampur tepung panggang dengan air Demi Membangun makanan sederhana.

“Makanan mereka sangat sederhana dibandingkan dengan makanan yang kita konsumsi Demi ini,” tambah Okur.

Bahkan, Terdapat beberapa sahabat yang Enggak Mempunyai makanan sama sekali, seperti para penghuni Suffah, sekelompok sahabat yang miskin dan Enggak Mempunyai rumah, mengabdikan hidup mereka Demi menimba ilmu keagamaan dari Nabi, Tetapi mereka terlalu miskin Demi Bisa menyediakan makanan seperti itu.

“Nabi Muhammad SAW mendorong Muslim yang lebih Bisa Demi mengundang Muslim lain yang Enggak Mempunyai makanan ke meja buka puasa mereka,” kata Okur. 

Rasulullah SAW juga menganjurkan agar kaum Muslimin berbagi makanan dengan sesama, terutama bagi mereka yang Enggak Bisa. Apabila seorang Muslim Enggak Bisa berpuasa karena Argumen kesehatan atau usia, maka dia diwajibkan Demi memberi makan orang miskin sebagai penggantinya.
 

Cek Artikel:  UNRWA Bau Kematian di Mana-Mana karena Banyak Mayat Tergeletak di Jalan

Ibadah Diperbanyak Demi Ramadan

Di bulan Bersih ini, Rasulullah dan para sahabat memperbanyak ibadah satu sama lain kepada Allah SWT.Salah satu kebiasaan Tertentu Rasulullah terjadi pada 10 malam terakhir Ramadan, dimana, Rasulullah SAW juga melaksanakan i’tikaf di masjid.

“Khususnya, dalam 10 hari terakhir Ramadan, beliau lebih memilih Demi Konsentrasi beribadah dengan melakukan i’tikaf di masjid,” ujar Celik. I’tikaf berarti memisahkan diri dari orang lain, mencurahkan waktu sepenuhnya Demi beribadah dan menjauhkan diri dari urusan dunia demi mendapatkan pemahaman yang lebih Berkualitas tentang arah hidup.

I’tikaf menjadi momen Demi memperkuat Rekanan dengan Allah dan mencari malam Lailatul Qadar, malam yang lebih Berkualitas dari seribu bulan.
 

Nilai Spiritual dan Kedekatan dengan Allah

Rasulullah SAW Menyantap puasa bukan hanya sebagai kewajiban fisik, tetapi juga sebagai latihan spiritual Demi memperbaiki akhlak dan meningkatkan kesabaran.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, “Allah Enggak memerlukan puasa seseorang Apabila dia Enggak Bisa menahan diri dari Mengucapkan dan berbuat Enggak baik.”

Celik menyatakan bahwa Rasulullah SAW menganggap puasa sebagai perisai Demi melindungi umat Muslim dari keburukan.

“Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar umat Muslim memperbanyak ibadah di bulan Ramadan, termasuk memperbaiki Rekanan dengan sesama, menjauhi ucapan Enggak baik, dan memperkuat ketakwaan,” ujar Celik.

Mungkin Anda Menyukai