Presiden Amerika Perkumpulan Donald Trump. Foto: YouTube/Donald J Trump.
Jakarta: Sebelum bernegosiasi dagang dengan Amerika Perkumpulan (AS), pemerintah diminta melakukan kalkulasi matang atas Pengaruh ekonomi, termasuk potensi lonjakan impor yang Pandai mengancam industri dalam negeri.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE) Indonesia Mohammad Faisal menekankan pentingnya kalkulasi yang detail sebelum pemerintah melangkah ke meja negosiasi dagang dengan Amerika Perkumpulan.
Menurutnya, Penilaian harus dilakukan pada setiap poin yang memungkinkan Demi dinegosiasikan, Berkualitas tarif maupun hambatan nontarif.
“Sebelum negosiasi, pemerintah kan memang pastinya menurut saya harus melakukan kalkulasi dulu secara detail tentang poin-poin kira-kira apa saja yang Tetap Pandai kita negosiasikan dan mana yang Kagak Pandai,” ujar Faisal, dilansir Media Indonesia, Senin, 7 April 2025.
Ia menjelaskan, salah satu aspek Krusial adalah Komparasi tarif antara yang dikenakan oleh Indonesia terhadap produk AS dan sebaliknya, termasuk ketentuan dalam kesepakatan WTO.
“Kita harus lihat dari catatan Kementerian Perdagangan Amerika, apakah tarif yang dikenakan negara Kawan lebih tinggi dari tarif yang dikenakan Amerika atau dari kesepakatan WTO,” Terang dia.
(1).jpeg)
Presiden AS Donald Trump. Foto: dok EPA.
Perizinan dan fasilitas impor juga jadi tantangan perdagangan dengan Amerika
Tetapi, menurut Faisal, tantangan dalam perdagangan dengan Amerika Kagak hanya terbatas pada tarif, tetapi juga hambatan nontarif seperti perizinan dan fasilitasi impor. Ia menyebut kelemahan koordinasi dalam negeri menjadi salah satu hambatan yang Pandai dievaluasi sebagai bagian dari negosiasi.
“Hal-hal yang kaitannya dengan fasilitasi izin impor dan lain-lain itu sebetulnya bagian dari kelemahan koordinasi kita. Kalau Mau diperbaiki, ya harus dibenahi dulu di dalam negeri,” kata dia.
Kalkulasi juga dibutuhkan Demi menilai Pengaruh penurunan tarif terhadap industri nasional. “Kalau diminta Demi menurunkan tarif, kita mesti lihat dampaknya ke dalam negeri. Demi produk yang sensitif tentu saja harus lebih hati-hati,” ujar Faisal.
Dia menambahkan, negosiasi sebaiknya Kagak hanya Pusat perhatian pada permintaan Amerika, melainkan juga mencerminkan kepentingan Indonesia, khususnya dalam menghadapi hambatan nontarif terhadap ekspor produk unggulan seperti udang dan produk perikanan.
“Itu juga harus diangkat menurut saya sebagai bagian daripada negosiasi,” tutur dia.

