Puluhan Pabrik di Bangladesh Tutup Imbas Aksi Protes Karyawan, Ini Tuntutannya

Liputanindo.id – Puluhan pabrik di Bangladesh, termasuk sektor garmen utama di negara itu tutup imbas protes di kawasan industri dekat ibu kota Dhaka. 

Penutupan itu dilakukan setelah ribuan karyawan tumpah ke jalan untuk melakukan demo yang menuntut hak-hak mereka. Para karyawan mendesak kenaikan upah hingga pekerjaan yang lebih baik.

“Pekerja di beberapa pabrik mulai berunjuk rasa dan mengajak rekan-rekan pekerja dari pabrik lain untuk ikut berunjuk rasa,” kata seorang perwira senior di unit polisi industri di Ashulia dan Savar, Sarwar Alam, mengutip AFP, Kamis (5/8/2024). 

Penutupan tersebut dilakukan saat pemerintah sementara baru negara itu berupaya meyakinkan investor setelah protes massal yang dipimpin mahasiswa yang menggulingkan mantan perdana menteri Sheikh Hasina bulan lalu. 

Cek Artikel:  Kala Perkumpulan Pekerja Terbesar Israel Mantapkan Mogok Massal

Sedikitnya 3.500 pabrik garmen Bangladesh menyumbang sekitar 85 persen dari ekspor tahunannya senilai 55 miliar dolar AS. Tetapi imbas kerusuhan bulan lalu mengakibatkan gangguan signifikan pada industri utama tersebut. 

Mempertahankan rantai pasokan untuk perdagangan garmen merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian yang diminta untuk memimpin pemerintahan sementara setelah Hasina melarikan diri ke India pada tanggal 5 Agustus.

Alam mengatakan sekitar 80 pabrik yang terletak di Ashulia, Gazipur Savar mengajukan cuti untuk berunjuk rasa. Pabrik juga ditutup demi alasan keamanan menyusul demo tersebut. 

Sementara itu, pemimpin serikat pekerja Taslima Akhter mengatakan beberapa tuntutan yang diajukan oleh para pekerja masuk akal. Tetapi sejumlah oknum justru memanfaatkan hal itu untuk mengambil kesempatan mengajukan keluhannya sehingga menimbulkan masalah. 

Cek Artikel:  Kemungkinan Gagal lagi, AS Siapkan Perjanjian Baru Sandera Israel Tahanan Palestina

Para pengunjuk rasa mengajukan berbagai tuntutan termasuk upah lembur yang lebih baik, serta agar lebih banyak laki-laki dipekerjakan di industri yang didominasi perempuan. 

Mohammad Hatem, presiden Asosiasi Produsen dan Eksportir Pakaian Rajut Bangladesh, mengatakan beberapa tuntutan tidak masuk akal. 

“Tuntutan tersebut termasuk untuk melipatgandakan upah lembur dan untuk rasio yang sama antara laki-laki dan perempuan di pabrik,” katanya. 

“Apabila mereka mengajukan tuntutan yang adil, kita dapat membahasnya di meja perundingan tetapi mereka malah turun ke jalan,” kata Hatem menambahkan. 

Hatem juga turut menyalahkan kelompok kepentingan tertentu yang ingin merusak industri, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. 

Selain didominasi oleh pekerja di sektor pabrik garmen, karyawan dari industri lain, termasuk pabrik farmasi, keramik, dan kulit, juga menggelar protes serupa. Mereka memblokir jalan dan melempar batu bata ke petugas kepolisian.

Cek Artikel:  Jepang Luncurkan Kampanye Reformasi Gaya Kerja untuk Perkenalkan Aturan Kerja Empat Hari Seminggu

“Para pengunjuk rasa memblokir jalan di dua tempat di wilayah Gazipur dan melemparkan batu bata,” kata Emran Ahmmed, seorang petugas polisi di kawasan industri Gazipur.  

Diketahui, Bangladesh adalah eksportir pakaian terbesar kedua di dunia berdasarkan nilai setelah China dan memasok banyak merek ternama dunia, termasuk Levi’s, Zara, dan H&M

Mungkin Anda Menyukai