Perjuangan Perempuan dalam Sejarah Kurban

Perjuangan Perempuan dalam Sejarah Kurban
(Dok. Pribadi)

Ketika menjelang Hari Raya Kurban, mulai beredar meme melalui WhatsApp group seperti gambar sederet Perempuan-Perempuan berjilbab bertuliskan ‘siap berkorban Kepada abang’, atau ‘Sarah dan Hajar saja mau dipoligami, kok Engkau ga’, serta tulisan lainnya yang bernada melecehkan Perempuan.

Selain itu, dalam WhatsApp group yang saya ikuti mulai terjadi Obrolan hangat tentang fakir-miskin siapa yang berhak mendapatkan kupon daging kurban. Terhadap dua hal tersebut; meme dan kupon kurban, Krusial bagi kita memaknai kurban dengan perspektif Perempuan.

Umumnya, para penceramah peringatan kurban, lebih sering menceritakan dialog Nabi Ibrahim as dengan anaknya Nabi Ismail as, tentang mimpi yang Betul (al-ru’ya al-shadiqah). Sebuah bentuk ketundukan hamba pada Sang Khalik yang patut ditiru. Tentang keimanan, ketakwaan Ismail yang sedia dikorbankan ayahnya di jabar qurban (gunung kurban) atas firman Allah SWT (QS Ash-Shaffaat: 102) dengan Metode dibaringkan Kepada disembelih, tetapi Allah SWT mengganti Ismail dengan hewan ternak (QS Ash-Shaffaat:103-107).

Selain itu, pengkhotbah juga menyinggung Maksud kurban yang berasal dari bahasa Arab qaraba-yuqaribu-qurbanan-qaribun, artinya ‘dekat’. Kurban, dikenal dengan al-udhhiyyah dan adh-dhahiyyah, maknanya binatang sembelihan. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW dari Aisyah ra, “Kagak Eksis suatu amalan pun yang dilakukan Sosok pada Hari Raya Kurban yang lebih dicintai Allah SWT dari menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya hewan kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kukunya. Sesungguhnya sebelum darah kurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima di sisi Allah SWT, maka beruntunglah kalian Sekalian dengan (pahala) kurban itu.” (HR Tirmidzi)

Penyembelihan hewan kurban merupakan simbol mendekatkan diri pada Allah SWT, sebagai bentuk ketakwaan (QS Al-Hajj: 36). Umat Islam yang Mempunyai kelebihan harta, hendaknya mereka menyembelih hewan kurban dan membagi-bagikan dagingnya Kepada fakir-miskin (QS Al-Hajj: 37).

Tiada yang salah dari sejarah di atas. Tetapi, ketika sejarah kurban dijauhkan dari Perempuan, potensi penyelewengan sejarah yang berujung pelecehan pada Perempuan potensi terjadi, sebagaimana meme yang bertebaran. Itu sebabnya, Krusial memahami sejarah kurban dari perspektif Perempuan. Karena sejarah kurban ialah sejarah Perempuan (Muthmainnah, Jurnal Perempuan: 2014, Geotimes: 2016, Mubadalah: 2020).

 

Sejarah Perempuan

Pertama, peran besar seorang ibu bernama Siti Hajar. Di balik keimanan, ketakwaan Ismail yang tunduk pada perintah Allah SWT Kepada dikorbankan, ialah peran besar Hajar. Di tengah-tengah kerasnya kehidupan Mekah, menjadi penanda pengorbanan Hajar membesarkan dan mendidik Ismail seorang diri, tanpa suami. Kala Ismail bayi, Ibrahim membawa Hajar dan Ismail hijrah (berpindah) ke Mekah dan meninggalkan mereka dengan beberapa potong roti dan sebuah guci berisikan air.

Cek Artikel:  Heterotopia dan Persona Baru Demi Perpustakaan Berkelanjutan

Hajar sempat bertanya mengapa ia harus pindah dan ditinggalkan, tetapi Hajar menerimanya. Mengorbankan kebahagiaan yang baru sebentar ia rasakan, atas nama menjalankan perintah Sang Khalik (QS Ash-Shaffaat: 111). Buah pendidikan keimanan, ketakwaan Hajar inilah yang kemudian juga dimiliki Ismail.

Kedua, kesabaran, kemuliaan, hati Perempuan. Bila Ibrahim berdialog dengan Ismail tentang perintah Allah SWT Kepada menyembelih Ibrahim, adalah Hajar yang berhati sabar dan mulia. Mengapa? Hajarlah yang mengasah pedang dan memastikan pedang tersebut Betul-Betul tajam agar tak menyakiti anak kesayangannya. Sebuah pengorbanan luar Normal dari tangan yang membesarkan Ismail selama tujuh tahun tanpa suami, tangan itu pula yang mengasah pedang Kepada menyembelih anak kesayangannya. Ketika Hajar mengasah pedang Kepada menyembelih Ismail, setan menggoda Hajar agar Kagak menjalankan perintah Allah SWT itu. Hajar pun melempar setan dengan batu.

Ketiga, sa’i ialah apresiasi Allah SWT atas manisnya iman, takwa yang dimiliki Hajar. Hari Raya Kurban identik dengan Lebaran Haji. Salah satu rukun haji dan umrah yang harus dijalankan ialah sa’i atau berlari-lari kecil antara Bukit Sofa dan Marwah sebanyak tujuh kali (Ibnu Rusyd, dalam Bidayatul Mujtahid).

Sa’i bermula tatkala Hajar kehabisan air dan makanan, ia Lewat Menonton air di arah timur yang Rupanya hanya fatamorgana. Hajar pun berlarian antara Bukit Sofa dan Marwah hingga tujuh kali, tetapi tak pula mendapatkan air.

Demikianlah perjuangan Hajar menjaga Ismail yang diakui Allah SWT dan diabadikan dalam ibadah haji dan umrah, termasuk juga upaya Hajar menolak godaan setan agar Kagak mengasah pedang dengan melemparkan batu, termasuk dalam ritual haji yang disebut jumrah wustha (pertengahan). Tak berlebihan kiranya menyebut Lebaran Haji sebagai sejarah Perempuan.

Adapun sejarah lainnya, dari Tanah Bersih, Mekah berupa air Zamzam. Air ini merupakan hasil hentakkan kaki bayi Ismail di atas tanah yang Lalu menangis karena kehausan. Atas izin Allah SWT, dari hentakan kaki bayi Ismail, tanah itu mengeluarkan air. Hajar yang kegirangan berteriak zami-zami. Tempat ini kemudian dikenal dengan sumber mata air Zamzam. Air yang tak pernah kering Jika berpuluh ribu kali lipat diambil Kepada hadiah haji dan umrah.

Bahkan ketika meminumnya, selain membaca doa disunahkan meminta permohonan pada Allah SWT, salah satunya doa Umar bin Khattab agar Kagak kehausan ketika di Padang Mahsyar atau doa Imam Arang Hanifah agar menjadi ulama yang pandai dan doa itu pun terkabul (Az-Zamzami, dalam Nasyr al-As, disebutkan dalam Qurratul Ain karya Syekh Ghasan al-Wa’izh ar-Rumi).

Lewat, di mana peran Siti Sarah? Istri pertama Ibrahim as. Adakah peran Sarah dalam peristiwa besar tentang ibadah kurban, haji, dan umrah?

Cek Artikel:  Predator di Antara Profesor dan Pesohor

Sarah, Perempuan tercantik masa itu, rela berkorban dengan mengatakan sebagai adik Ibrahim, bukan istrinya. Apabila ia Kagak berbohong, Raja Mesir yang terkenal doyan mengambil istri-istri yang Elok akan mengambil Sarah dari sisi Ibrahim. Pengorbanan Sarah lainnya ialah mengizinkan Ibrahim menikahi Hajar agar mendapatkan keturunan karena Ibrahim as telah berusia 100 tahun. Atas pernikahan itu, lahirlah Ismail (Ibnu Sahid As-Sundy dalam Samudra Asmara Sarah dan Ibrahim as).

Restu Sarah atas pernikahan Ibrahim dan Hajar telah mengangkat derajat budak Perempuan setara dengan Perempuan merdeka. Hajar ialah seorang Perempuan budak, hadiah Raja Mesir Kepada Ibrahim. Pernikahan ini menunjukkan bahwa status Perempuan budak ataupun merdeka ialah sama-sama Perempuan yang Mempunyai kedudukan mulia dan layak sebagai Sosok utuh, bukan Separuh Intelek.

Hanya keimanan dan ketaatan pada Allah SWT yang membedakan. Sarah dan Hajar sama-sama menunjukkan tingkat keimanan yang tinggi. Indahnya iman Sarah, Allah SWT menghadiahkan kehamilan, yakni Ishaq (QS Ash-Shaffaat: 111), yang kelak juga menjadi Nabi Ishaq as. Maka, dapat dibayangkan, Dapat jadi sejarah kurban, sa’i dalam haji dan umrah atau melempar jumrah, mungkin Kagak akan Eksis bila Sarah tak meridhai pernikahan Ibrahim dan Hajar. Demikian pula Kagak Eksis kisah sejauh itu, bila Hajar Kagak sedia ditinggalkan di Mekah. Kiranya keimanan, ketakwaan kedua Perempuan ini Layak dibahas dalam ceramah, khotbah peringatan sejarah kurban, haji, dan umrah.

 

undefined

MI/Seno

 

Kurban Kepada korban kekerasan seksual

Selain sejarah Perempuan, Krusial pula memaknai ulang siapa orang-orang yang berhak atas daging kurban. Sebagaimana jumhur ulama bersepakat bahwa daging kurban berhak diberikan pada tiga Golongan, yakni shohibul qurban (orang yang berkurban), tetangga atau karib kerabat, dan fakir-miskin.

Akan tetapi, tetangga, karib kerabat, atau shohibul qurban di beberapa tempat Tetap sering ditemukan satu keluarga Eksis yang mendapatkan 2-4 kantong daging kurban, sedangkan Golongan fakir-miskin lainnya Bahkan Kagak mendapatkan. Apalagi, para janda, Perempuan tulang punggung keluarga, atau korban kekerasan seksual Bahkan menjadi pihak yang tak mendapatkan daging kurban. Mengapa?

 

Paradigma patriarki telah menjauhkan Perempuan dari akses, Donasi Kepada pemberdayaan ekonomi. Para Perempuan tulang punggung keluarga Kagak terdata sebagai kepala keluarga atau pencari nafkah Penting. Demikian pula Perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual juga dikecualikan dari penerima zakat, infak, sedekah, bahkan (Dapat jadi juga) daging kurban karena dianggap sebagai Perempuan pendosa dan kotor.

United Nation (PBB) melaporkan 1 dari 3 Perempuan di dunia pernah mengalamai kekerasan seksual ataupun pelecehan selama hidupnya. Selain itu, perkosaan terjadi bukan hanya soal nafsu syahwat Pria, tetapi juga tentang tindakan brutal, sadis, dan penyiksaan dari orang yang merasa lebih kuat dan berkuasa kepada orang yang lemah atau di Dasar kuasanya, Pria pelaku merasa lebih berkuasa atas tubuh korban, pelaku Mau ‘menyiksa dan bersenang-senang’ atas tubuh korban (Catherine MacKinnon dalam Toward a Feminist Theory of the State, 1989).

Cek Artikel:  Cerminan Kunjungan Paus Fransiskus

Adalah Teologi al-Ma’un Berperspektif Feminisme (TABF) dengan Metode observasi lapangan secara langsung, menggunakan 30 indikator (14 indikator miskin BPS ditambah 16 indikator feminisme), memakai peta desa yang disusun Serempak Penduduk masyarakat Kepada menentukan Golongan paling duafa-mustadhafin.

Alhasil, TABF menemukan para Perempuan tulang punggung keluarga dari golongan fakir-miskin, yakni para Perempuan korban KDRT, janda yang ditinggalkan begitu saja oleh suaminya, yang selama ini sering terlewatkan dari paket Donasi, berhasil dibantu (Muthmainnah, Teologi al-Maun Berperspektif Feminis, Jurnal Musawah, 2021).

Demikian pula empat golongan asnaf, yakni fakir, miskin, riqab, dan sabilillah kiranya telah berhasil mendekonstruksi pemaknaan baru bahwa korban kekerasan terhadap Perempuan dan anak termasuk golongan penerima zakat (asnaf, mustahik) dan secara Mekanis mengakui posisi korban sama dengan asnaf atau delapan golongan lainnya dalam QS at-Taubah:60 yang berarti memanusiakan korban, Kagak menyalahkan korban atas kasus yang telah dialami korban, serta mengakui kasus tersebut dan kesediaan mendukung korban mendapatkan hak atas kebenaran, keadilan, dan pemulihan (Muthmainnah, Zakat Kepada Korban, 2020).

Agar daging kurban Kagak menumpuk pada golongan shohibul qurban, tetangga, karib, kerabat saja, TABF dan 4 golongan asnaf dari kalangan korban kekerasan terhadap Perempuan dan anak, kiranya dapat digunakan Kepada menentukan kepada siapa kupon daging kurban diberikan, yakni mereka para Perempuan fakir-miskin korban KDRT, korban perkosaan, tinimbang Pria fakir-miskin lainnya.

Selain itu, kisah Hajar telah menunjukkan bukti konkret, Perempuan tulang punggung keluarga, yang membesarkan anak seorang diri, Eksis dan Konkret sejak Era nabi. Kiranya hanya paradigma patriarki dan kesombongan paling hakikilah yang menolak keberadaan Perempuan tulang punggung keluarga.

Perayaan kurban tahun ini haruslah berbeda. Mulailah menceritakan sejarah Perempuan agar tiada Kembali pelecehan melalui meme bila Idul Adha akan tiba. Mulailah membagikan daging kurban Kepada para Perempuan yang menjadi korban kekerasan terhadap Perempuan dan anak, maupun Perempuan tulang punggung keluarga agar penghormatan pada Perempuan semakin Konkret, amin. Semoga.

 

tiser

Selain itu, kisah Hajar telah menunjukkan bukti konkret, Perempuan tulang punggung keluarga, yang membesarkan anak seorang diri, Eksis dan Konkret sejak Era nabi. Kiranya hanya paradigma patriarki dan kesombongan paling hakikilah yang menolak keberadaan Perempuan tulang punggung keluarga.

Mungkin Anda Menyukai