
PEMANGKASAN suku bunga The Fed atau Fed funds rate/FFR yang besar diikuti dengan penyesuaian BI Rate dapat mengakselerasi pertumbuhan kredit. Pemangkasan suku bunga berdampak pada turunnya cost of fund atau biaya dana bank, sehingga dapat berdampak positif pada profitabilitas bank.
“Dengan begitu lebih membuka ruang bagi bank untuk menurunkan suku bunga kredit dan ini bisa mengakselerasi pertumbuhan kredit,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae dalam keterangannya kepada Media Indonesia, Kamis (19/9).
Bank sentral Amerika Perkumpulan (AS) The Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan atau Fed funds rate/FFR sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75%-5,0% pada Rabu (19/9) waktu AS. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa-Rabu, 17-18 September 2024, memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6%.
Baca juga : Deflasi dan Turunnya Fed Fund Rate Jadi Elemen Pendorong BI Turunkan Spesies Kembang
Dian kemudian menjelaskan beberapa sektor ekonomi yang diperkirakan terdampak positif seiring pemotongan FFR dan BI Rate yang ditransmisikan pada penurunan suku bunga dana pihak ketiga (DPK) atau kredit antara lain sektor konsumsi yang meliputi sektor properti melalui kredit pemilikan rumah (KPR) dan otomotif melalui kredit kendaraan bermotor (KKB). Penurunan suku bunga DPK akan mendorong peningkatan net interest margin (NIM) perbankan.
“Ini juga berdampak positif bagi nasabah bank, karena biaya dana yang menurun meningkatkan keuntungan nasabah korporasi, sementara bagi nasabah konsumen mengurangi biaya cicilan kredit,” jelas Dian. Hal tersebut, lanjutnya, secara tidak langsung dapat meningkatkan daya serap kredit konsumen karena dengan cicilan yang relatif sama dapat memperoleh nilai kredit yg lebih besar.
Sektor lain yang mendapat keuntungan dari pemangkasan suku bunga acuan ialah tambang emas. Penurunan suku bunga identik dengan kenaikan uang beredar. Dalam kondisi uang beredar yang meningkat biasanya masyarakat cenderung meningkatkan pembelian safe haven asset, yakni emas sebagai aset utama.
“Tentu jika penurunan bunga DPK dan kredit lain dapat terealisasi baik, akan berdampak positif kepada perekonomian Indonesia karena secara umum dapat mendorong kenaikan investasi, konsumsi, dan kredit perbankan,” pungkas Dian. (Z-2)