
DI tengah dinamika Dunia yang serbacepat dan ketidakpastian yang makin dalam, Indonesia membutuhkan lebih dari sekadar sumber daya alam atau infrastruktur megah. Yang kita perlukan ialah kemandirian berpikir — keberanian Buat Menonton secara jernih, menyusun gagasan dari akar realitas, dan bertindak berdasarkan keyakinan yang berpijak pada nilai dan tujuan Berbarengan. Dalam hal ini, kemandirian berpikir bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan dasar bagi bangsa yang Mau Benar-Benar merdeka dan maju.
Sayangnya, dalam banyak aspek, bangsa ini Tetap dikungkung oleh ketergantungan Metode pikir: pada kekuasaan, pada opini mayoritas, pada Bajakan asing, bahkan pada pola lelet yang Enggak Tengah relevan. Akibatnya, banyak kebijakan lahir bukan dari Cerminan yang dalam, melainkan dari reaksi instan, tekanan elite, atau kalkulasi elektoral sesaat.
Sementara itu, sejarah mengajarkan, bangsa yang Pandai melompat jauh adalah bangsa yang berani berpikir sendiri dan mengartikulasikan jalan kemajuan berdasarkan realitas dan identitasnya sendiri. Kemandirian berpikir merupakan modal bagi terwujudnya kedaulatan di bidang politik dari pilar nasionalisme dalam ajaran Trisakti Bung Karno.
NasDem percaya bahwa kemandirian berpikir kunci kemajuan bangsa karena kedaulatan di bidang politik akan memampukan kita mewujudkan berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di kebudayaan. Ketiganya Enggak terpisah, tetapi saling memengaruhi. Trisakti Bung Karno dimulai dari kemandirian berpikir Buat kepentingan rakyat.
NASDEM DAN ETOS KEMANDIRIAN BERPIKIR
Partai NasDem sejak awal didirikan dengan etos restorasi — semangat memperbaiki bukan karena ikut-ikutan, tapi karena Menonton dengan jernih betapa sistem politik kita butuh dibangun kembali dengan keberanian ide, bukan sekadar kelicikan strategi. Restorasi mensyaratkan keberanian bersikap, yang hanya Dapat lahir dari keberanian berpikir. Kemandirian berpikir dalam konteks NasDem bukan hanya tentang koalisi konstruktif pada kekuasaan, tetapi juga soal merumuskan sendiri arah perjuangan: Indonesia yang setara, berdaulat, dan berbasis pada nilai-nilai luhur Pancasila.
Salah satu Teladan paling konkret dari keberanian berpikir dan bertindak ala NasDem ialah pendirian Akademi Perempuan NasDem (APN). Di tengah politik yang Tetap maskulin dan transaksional, APN hadir sebagai ruang kaderisasi yang berbasis pada Cerminan kritis, kesadaran gender, dan spiritualitas kebangsaan.
APN merupakan Penyelenggaraan dari Keputusan Kongres III Partai NasDem Buat menjadikan NasDem sebagai rumah kaum Perempuan. Tim APN oleh karenanya berfungsi sebagai motor Buat mengarusutamakan gender (PUG) dalam tata kelola NasDem agar setiap kebijakan dan aksi menciptakan Akibat bagi perbaikan kesetaraan gender.
APN Enggak mendidik Perempuan Buat sekadar tampil di Podium politik, tapi membangun kesadaran diri dan keberanian bersuara. Melalui pendekatan feminisme Pancasila, para peserta diajak Buat membaca realitas ketimpangan bukan dengan amarah semata, melainkan dengan visi keadilan sosial yang berpijak pada nilai bangsa. Mereka belajar menulis opini, mengelola isu, dan strategi perubahan berbasis SDGs Buat komunitas — bukan sekadar menjadi pengikut agenda elite.
Sebagai langkah Konkret, APN mendorong para kader melakukan advokasi kebijakan daerah Buat implementasi UU TPKS. Garda Perempuan Malahayati (Garnita) Berbarengan Badan Advokasi Hukum (BAHU) kemudian menyelenggerakan pendidikan paralegal Buat kasus-kasus kekerasan seksual bagi kader-kader NasDem di seluruh Indonesia.
APN diharapkan menjadi bukti bahwa kemandirian berpikir Dapat dilatih dan ditumbuhkan, terutama Kalau diletakkan dalam ruang politik yang mendukung keberagaman pandangan, spiritualitas, dan keadilan. Inilah bentuk baru dari kaderisasi politik: bukan sekadar mencetak loyalis partai, tapi membentuk pemimpin bangsa.
Bukan hanya APN, penyelenggaraan pendidikan politik bagi kader pun diarahkan agar kader Pandai Membikin proyek-proyek kecil secara Berdikari Buat menyelesaikan permasalahan komunitas. Kurikulum dalan Laboratorium Gerakan (Laga) Perubahan mendorong para kader Buat menjadi advokat-advokat sosial di komunitas masing-masing. Selain memotori pendirian rumah-rumah Kondusif bagi Perempuan dan anak, beberapa kader NasDem Membikin proyek toren air Kudus, mendirikan bank sampah, mengorganisasi pertanian organik, rumah singgah penderita kanker, atau memotori gerakan kakus Kudus. Selama pendidikan di Laga Perubahan, kader dikenalkan pada strategi SDGs sehingga pemilihan proyek-proyek komunitas berperapektif pro people, planet, Pancasila, dan memenuhi aspek berkelanjutan.
Singkatnya, pendidikan politik di NasDem mendorong para kader Buat melakukan perubahan-perubahan konkret bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat. Transformasi yang diharapkan Enggak hanya di aspek material, tetapi juga spiritual (kesalehan sosial) sebagaimana amanah Pancasila Merukapan pro kesetaraan, kemanusiaan, dan keadilan sosial.
BERPIKIR SENDIRI, BERDIRI SENDIRI, BERGERAK Berbarengan
Kemandirian berpikir bukanlah bentuk kesombongan intelektual, melainkan tanda kedewasaan politik dan moral. Ini adalah prasyarat mutlak bagi siapa pun yang Mau memimpin, Berkualitas di parlemen, birokrasi, maupun masyarakat. Mereka yang Enggak Dapat berpikir sendiri akan mudah dijadikan alat kekuasaan, tergoda Buat menjilat ke atas dan menindas ke Rendah.
Sebaliknya, kader-kader NasDem yang berpikir Berdikari Malah lebih siap Buat mengambil posisi sulit, membela yang lemah, dan merancang masa depan tanpa harus menunggu aba-aba kekuasaan. Inilah spirit yang harus Lalu dijaga: berpikir sendiri, berdiri sendiri, dan bergerak Berbarengan Buat bangsa.
Tema Rakernas NasDem tahun ini, Kemandirian Berpikir Buat Kemajuan Bangsa, bukan sekadar slogan — ia adalah pengingat bahwa perjuangan restorasi hanya Dapat digerakkan oleh pikiran-pikiran yang merdeka dan bertanggung jawab.
Bangsa ini Enggak akan maju Kalau para pemimpinnya hanya Dapat meniru. Indonesia Enggak akan sejahtera Kalau keputusan politik hanya dikendalikan oleh ketakutan atau godaan. Kita butuh politisi dan pemimpin yang berani berpikir beda, berdiri pada nilai, dan bertindak demi Seluruh, bukan demi sebagian.
NasDem menempatkan diri sebagai rumah bagi para pemikir merdeka, pelaku perubahan, dan pelindung masa depan bangsa.

