
Sebuah terobosan ilmiah baru berhasil mengungkap fakta mengejutkan tentang lubang hitam raksasa di pusat galaksi kita, Bima Sakti. Berkat teknologi kecerdasan buatan (AI) dan jutaan simulasi komputer, tim astronom Dunia kini menduga bahwa lubang hitam tersebut—Sagittarius A*—berputar Dekat secepat mungkin, dengan sumbu rotasi yang mengarah langsung ke Bumi.
Intervensi ini merupakan hasil kolaborasi lintas negara yang memanfaatkan jaringan komputasi berkecepatan tinggi dari Center for High Throughput Computing (CHTC), gabungan antara Morgridge Institute for Research dan University of Wisconsin-Madison. Hasil riset mereka dipublikasikan dalam tiga makalah ilmiah di jurnal Astronomy & Astrophysics, Jumat (6/6/2025).
AI dan Simulasi Massal Ungkap Rahasia Alam Semesta
Kepada menguak Rahasia lubang hitam, para peneliti melatih jaringan saraf buatan (neural network) dengan lebih dari jutaan simulasi sintetis. Teknologi ini memungkinkan komputer mempelajari data kompleks yang sebelumnya sulit ditafsirkan, terutama data dari Event Horizon Telescope (EHT)—teleskop yang menangkap Imej pertama lubang hitam di galaksi M87 pada 2019 dan Sagittarius A* pada 2022.
Berbeda dari studi sebelumnya yang hanya menggunakan segelintir data sintetis, proyek ini didukung oleh PATh (Partnership to Advance Throughput Computing) dan memungkinkan pemrosesan jutaan data lewat metode komputasi throughput—teknik distribusi tugas ke ribuan komputer sekaligus, menciptakan efisiensi super.
Fakta Baru tentang Lubang Hitam Sagittarius A*
Berikut beberapa Intervensi Krusial dari penelitian ini:
- Lubang hitam Sagittarius A* diduga berputar Dekat dengan kecepatan maksimal.
- Sumbu putarnya mengarah ke Bumi, memberikan pandangan Istimewa dari sudut kita di galaksi.
- Emisi Terang di Sekeliling lubang hitam bukan berasal dari semburan jet, melainkan dari elektron panas di cakram akresi.
- Medan magnet di cakram akresi menunjukkan perilaku yang berbeda dari teori konvensional.
“Fakta bahwa Intervensi ini menantang teori yang Terdapat tentu sangat menarik,” kata peneliti Penting Dr. Michael Janssen dari Radboud University, Belanda. “Tetapi saya Memperhatikan pendekatan AI ini sebagai langkah awal. Model dan simulasi yang kami Guna Lagi akan Maju dikembangkan.”
Menantang Batas Sains dan Teknologi
Dr. Chi-kwan Chan dari Steward Observatory, University of Arizona, menambahkan bahwa pencapaian ini sangat mengesankan, terutama dalam hal kemampuan Kepada melatih model dengan jutaan file data. “Hal ini memerlukan automasi yang andal dan distribusi beban kerja yang efisien,” katanya.
Sementara itu, Prof. Anthony Gitter, peneliti di Morgridge Institute dan salah satu pimpinan proyek PATh, menyatakan bahwa ini adalah bukti Konkret bahwa AI dapat mempercepat penemuan ilmiah di berbagai bidang. “EHT berhasil menggabungkan data dan AI secara optimal berkat kapasitas komputasi dari CHTC,” ujarnya.
Lebih dari 12 juta pekerjaan komputasi telah dijalankan selama tiga tahun terakhir Kepada proyek ini, memanfaatkan kapasitas dari lebih dari 80 institusi di seluruh AS melalui Open Science Pool yang didanai oleh National Science Foundation (NSF).
“Jenis pekerjaan seperti ini—dengan jutaan simulasi—sangat cocok dengan teknologi throughput computing yang kami kembangkan selama empat Dasa warsa,” ujar Prof. Miron Livny, direktur CHTC sekaligus pelopor metode ini. “Kami senang bekerja sama dengan ilmuwan yang menantang batas skalabilitas sistem kami.” (Science Daily/Z-2)