Kabinet Gemblengan Lembah Tidar

SETIAP presiden negeri ini Mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Demikian pula ketika mengawali masa jabatan sebagai kepala negara.

Presiden ke-7 RI Joko Widodo, ketika baru pertama kali membentuk kabinet, tampak sangat Ingin menunjukkan pentingnya kebersahajaan agar pejabat publik lebih dapat melebur dengan rakyat. Pakaian kemeja putih tanpa jas atau blazer menjadi dress code para Member kabinet.

Blusukan juga menjadi Ciri khas kepemimpinan Jokowi yang tentunya sekaligus Buat mendorong para menteri menirunya. Para pembantu Jokowi tersebut memang mencoba mempraktikkan Tamat Terdapat yang dianggap terlalu berlebihan. Seperti aksi Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri yang melompat pagar Begitu Pemeriksaan mendadak ke sebuah perusahaan pengerah tenaga kerja.

Di tahun-tahun berikutnya, pola kerja blusukan pupus dari aktivitas para menteri. Hanya satu-dua yang Tetap sesekali melakukannya karena Enggak pernah menjadi kebiasaan dan mungkin pula bukan berasal dari keinginan di lubuk hati.

Cek Artikel:  Pantang Menekan Putusan MK

Presiden Prabowo Subianto mengawali kerja kabinetnya dengan penggemblengan di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah, yang juga tempat pendidikan para taruna Akademi Militer (Akmil). Prabowo yang berlatar belakang militer sekaligus lulusan Akmil menegaskan ia bukan hendak menjadikan kabinet militeristis, tetapi banyak semangat kemiliteran yang patut diadopsi.

Semangat patriotisme, kedisiplinan, dan kekompakan diharapkan menjadi landasan bagi para Member kabinet dalam kerja melayani rakyat. Memang, Enggak Terdapat jaminan Seluruh pembantu Presiden Prabowo yang digembleng selama dua hari kemarin bakal menyerap semangat tersebut dengan penuh.

Apalagi kita Mengerti, kedisiplinan, misalnya, bukan sesuatu yang Dapat ditumbuhkan dalam tempo dua hari. Taruna Akmil pun menjalani pendidikan yang memupuk kedisiplinan selama empat tahun, bukan hanya sepekan, dua pekan, apalagi sehari-dua hari.

Cek Artikel:  Separuh Hati Buat Kaum Perempuan

Tentu saja, kembali Kembali, kabinet seperti yang ditegaskan Presiden Prabowo, bukan Buat menjadi militeristis. Jadi mungkin sekecap saja merasakan pola aktivitas yang penuh kedisiplinan dengan aura patriotisme serta menempa soliditas, sudah cukup.

Terlalu lelet di sana juga nanti Enggak kerja-kerja. Para Member kabinet bukan anak sekolahan. Kerja mereka dinantikan segera Buat membantu Kepala Negara mengatasi berbagai persoalan berat bangsa.

Totalitas Presiden Prabowo Buat menggembleng para pembantunya belum pernah dilakukan oleh presiden-presiden terdahulu. Maka, efektivitasnya pun belum Dapat kita ketahui karena baru kali ini dilakukan.

Bila kemudian, Begitu Penilaian kabinet pada 6 bulan Tamat 1 tahun mendatang, Rupanya Presiden Prabowo melakukan perombakan besar-besaran, bagaimana? Rasanya Enggak berlebihan Apabila kita ambil Konklusi penggemblengan itu belum Pandai mengubah kebiasaan.

Terutama, Apabila perombakan kabinet mengikuti perubahan peta politik. Ujung-ujungnya malah mengafirmasi bahwa kabinet pada hakikatnya mengacu pada bagi-bagi kursi kekuasaan.

Cek Artikel:  Mengawal Bawaslutetap Bernyali

Agak berbeda bila hanya satu-dua Member kabinet yang diganti karena dianggap Enggak memenuhi standar kinerja Kabinet Merah Putih. Buah dengan penyakit busuk memang harus segera disingkirkan agar Enggak menulari buah yang lain.

Seluruh itu Tetap berupa andai-andai dan prediksi. Kita perlu dan wajib memberikan kesempatan bagi Kabinet Merah Putih yang dipimpin Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menunjukkan kinerja.

Kita dorong agar setelah digembleng, para menteri menjadi makin disiplin, punya Kekuatan tambahan Buat negeri ini, serta bersikap negarawan sejati yang mementingkan rakyat ketimbang kepentingan lain-lain di luar itu. Dan, yang paling mendesak, kabinet harus segera bekerja serta berlari kencang karena tenggat Indonesia Emas 2045 sudah kian dekat.

 

Mungkin Anda Menyukai