Jokowi Perkirakan Kesempatan Kerja di Indonesia Semakin Sempit

Jokowi Perkirakan Kesempatan Kerja di Indonesia Semakin Sempit
Presiden Joko Widodo.(MI/Agus Utantoro)

PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) memperkirakan Indonesia akan mengalami kondisi sedikitnya peluang kerja dibandingkan jumlah pelamar kerja.

Menurut dia, otomasi dan teknologi akan menguasai sejumlah sektor pekerjaan, dan berpotensi menghilangkan pekerjaan yang biasa dilakukan manusia.

Maka Indonesia kini maupun ke depan harus fokus pada penyediaan pasar kerja.

Baca juga : Cerminan Kemerdekaan: Presiden Joko Widodo Bicara soal Tantangan Geopolitik Indonesia

“Ke depan terlalu sedikit peluang kerja untuk sangat banyak tenaga kerja yang membutuhkan,” kata saat membuka Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional 2024 di Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (19/9/2024).

Too few jobs for too many people, ini yang harus kita hindari,” kata Presiden.

Cek Artikel:  BPS Birui Ekspor Indonesia Anjlok 1,47 Persen

Oleh karena itu, selain fokus pada penyediaan lapangan kerja bagi penduduk, masyarakat diminta tidak larut dengan situasi global, meski harus tetap diikuti perkembangannya.

Baca juga : Presiden Jokowi sebut 28 Negara antre jadi “pasien” IMF

Jangan sampai, kata Presiden, rakyat terlalu terbawa oleh skenario ekonomi global. Hal ini mengingat Indonesia yang diprediksi akan mengalami bonus demografi pada sekitar tahun 2030 mendatang.

“Bonus demografi bisa menjadi sebuah kekuatan, tapi bisa juga menjadi beban. Ini tantangan paling besar yang akan melompatkan kita menjadi negara maju atau tidak,” kata Jokowi.

Presiden berpesan agar bonus demografi itu menjadi saran membuka kesempatan kerja yang sebesar-besarnya. Kendati memang, harus diakui kini dunia lapangan pekerjaan menghadapi tantangan yang sangat berat.

Cek Artikel:  Berdayakan Masyarakat Rentan, Regional Indonesia Timur Raih 3 Penghargaan

Baca juga : Presiden Teken Pemberhentian Pramono Anung, Pratikno Rangkap jadi Plt Seskab

“Seluruh negara mengalami tantangan ini,” kata dia.

Beberapa tantanganya, yaitu pertama, perlambatan ekonomi global. Bank Dunia mencatatkan pertumbuhan global hanya berada di 2,7% dan diprediksi pada 2024 turun menjadi 2,6%, dan hanya mungkin sedikit naik di 2025.

Kedua, peningkatan otomasi di berbagai sektor kerja seperti kecerdasan buatan (AI) yang bisa memangkas pekerja orang. Ia menyinggung prediksi 2025 yang menyebutkan 85 juta pekerjaan yang hilang.

Ketiga, gig economy atau ekonomi serabutan yang menurutnya perlu diwaspadai. Menurut dia, perusahaan di masa depan bisa saja lebih menyenangi freelancer ketimbang merekrut pekerja tetap.

Cek Artikel:  Peringati Hari Pangan Sedunia 2024, Bapanas Soroti Pentingnya Pemenuhan Hak Atas Pangan

“Sehingga kesempatan kerja semakin sempit dan semakin berkurang,” kata Presiden. (Try/P-3)

Mungkin Anda Menyukai