Jangan Panik jika Mobil Listrik Lemot atau WafatTotal

Jangan Panik jika Mobil Listrik Lemot atau Mati Total
(DOK. TMMIN)

KENDARAAN listrik yang kian populer di Indonesia ditandai dengan populasinya yang terus bertambah. Hal ini didukung pula oleh sejumlah produsen kendaraan yang berlomba-lomba memasarkan moda transportasi ramah lingkungan tersebut. Sebagai sebuah teknologi yang dianggap baru, wajar jika konsumen ‘gagap’ saat kendaraan listriknya mengalami gangguan.

Eksis beberapa kasus yang ditemui pada kendaraan listrik yang membuat pemiliknya panik. Padahal masalah tersebut sebenarnya bukan karena adanya kerusakan. Hal ini diungkap oleh Jeferson, salah satu engineer dari PT Toyota Motors Manufacturing Indonesia (TMMIN) di sela-sela acara kunjungan media ke Toyota XEV Center di Kawasan Karawang Jabar Industrial Estate (KJIE), Senin (22/1). 

Jeferson menjelaskan, berdasarkan studi yang dilakukan tim engginering TMMIN terhadap mobil listrik Toyota sepanjang 72 ribu kilometer, ada beberapa kondisi yang membuat mobil listrik menunjukkan kejanggalan. Masalah yang biasa ditemui oleh konsumen mobil listrik di antaranya adalah mati total, tidak bisa berakselerasi maksimal, dan baterai tidak bisa terisi ulang saat dilakukan recharge.

Cek Artikel:  AXIC dan TCF Saksikan Proses Produksi Mobil Hybrid di Pabrik Toyota

Ia menyarankan untuk tidak perlu panik, karena hal itu bisa jadi adalah salah satu prosedur keamanan yang dijalankan oleh sistem agar pengguna dan kendaraan tetap dalam kondisi aman.

“Misalnya, saat pedal gas diinjak tetapi kendaraan tidak mau berakselerasi seperti tertahan,” ujar Jeferson. Lumrahnya hal itu terjadi pada saat temperatur baterai naik pada batas toleransinya.

Ia menjelaskan, pada kondisi tersebut, arus listrik yang mengalir dari baterai ke motor listrik sengaja dibatasi oleh Battery Management System (BMS) untuk melindungi baterai agar suhunya tidak bertambah naik dan pengguna memiliki kesempatan untuk menepikan kendaraan.

Apabila terus dipaksakan maka suhu baterai akan terus meningkat dan pada titik tertentu, sistem akan memutus arus sama sekali, yang sekali lagi, ini adalah sebuah prosedur keamanan dan keselamatan bagi penumpang dan kendaraan itu sendiri.

Cek Artikel:  Penjualan Daimler Truck Mendunia 2023 kembali Catatkan Kenaikan

Seperti kita ketahui, suhu baterai yang melampaui batas toleransi dapat merusak sel-sel baterai yang berakibat memperpendek usia pakai baterai secara keseluruhan. Suhu baterai yang terlalu tinggi juga berpotensi membuat sel baterai terbakar dengan risiko yang lebih besar lagi.

Kepada mengantisipasi hal tersebut, BMS secara otomatis melakukan prosedur pengamanan dengan membatasi arus bahkan memutus arus dari baterai. Dalam situasi seperti itu, satu-satunya jalan adalah menunggu sampai suhu baterai turun pada batas kondisi normalnya.   

Hal serupa juga dapat terjadi pada saat pengisian ulang baterai. Pasalnya, saat baterai diisi ulang juga membuat baterai menjadi panas. BMS juga akan memutus arus dari charger ke baterai bila terdeteksi adanya potensi kenaikan suhu baterai yang ekstrem.

Cek Artikel:  Honda Tampilkan WR-V Field Explorer Concept hingga New Civic RS Prototype di Tokyo Auto Salon 2024

“Itu demi safety-nya. Coba kalau dia jalan terus, bisa terbakar. Jadi sebenarnya kita harus beryukur jika mobil (listrik) kita mengalami hal itu sebagai prosedur keamanan,” timpal Wakil Presiden Direktur TMMIN Bob Azam yang juga hadir di acara tersebut. (S-3)

Mungkin Anda Menyukai