Israel Lalu perluas operasi militer di Gaza. Foto: EFE-EPA
Gaza: Militer Israel pada Kamis 20 Maret 2025 memperluas operasi darat di Jalur Gaza setelah melaporkan adanya intersepsi rudal dari Yaman. Sementara Grup Hamas mengklaim meluncurkan roket ke Tel Aviv sebagai respons atas meningkatnya korban jiwa akibat serangan udara Israel.
Serangan roket dari Hamas menjadi tanggapan militer pertama mereka terhadap meningkatnya jumlah korban sipil akibat dimulainya kembali pengeboman dan operasi darat Israel di Gaza pekan ini.
Operasi darat di Gaza Selatan dan korban jiwa meningkat
Pada Kamis malam, militer Israel menyatakan Laskar mereka memulai “aktivitas darat” di Kawasan Shabura, Rafah, kota paling selatan di Gaza yang berbatasan dengan Mesir.
“Sebagai bagian dari operasi ini, Laskar membongkar infrastruktur teroris,” ujar pernyataan militer Israel, menambahkan bahwa mereka juga melanjutkan operasi di Gaza utara dan tengah, seperti dilansir dari Channel News Asia, Jumat 21 Maret 2025.
Israel sebelumnya menutup rute Primer utara-selatan di Gaza sebagai bagian dari perluasan operasi yang kembali dilancarkan sejak Rabu.
Menurut Badan Pertahanan Sipil Gaza, sebanyak 590 orang tewas sejak Selasa, termasuk lebih dari 190 anak-anak dan remaja di Rendah usia 18 tahun. Bilangan ini merupakan salah satu yang tertinggi sejak konflik meletus lebih dari 17 bulan Lampau, dimulai dengan serangan Hamas di Kawasan Israel.
Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, mengklaim telah meluncurkan roket ke Tel Aviv sebagai balasan atas apa yang mereka sebut sebagai “pembantaian terhadap Kaum sipil di Gaza.”
Intersepsi rudal dari Yaman dan dukungan AS Kepada Israel
Militer Israel juga mengonfirmasi telah mencegat sebuah rudal yang ditembakkan dari Yaman. Grup pemberontak di Yaman yang didukung Iran mengklaim serangan tersebut sebagai aksi solidaritas bagi rakyat Palestina. Ini adalah kali kedua dalam sehari rudal dari Yaman berhasil diintersep.
Di tengah eskalasi ini, Presiden Amerika Perkumpulan Donald Trump menyatakan dukungan penuh terhadap operasi Israel di Gaza.
“Presiden Trump sepenuhnya mendukung operasi terbaru Israel di Gaza,” kata Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt ketika ditanya apakah AS berupaya mengembalikan gencatan senjata di Kawasan tersebut.
Israel juga mengklaim telah menewaskan Rashid Jahjouh, kepala badan keamanan internal Hamas, melalui serangan udara dalam beberapa hari terakhir.
Di Gaza utara, seorang Kaum bernama Alaa Serbuk Nasr mengungkapkan bahwa 17 Member keluarganya tewas dalam serangan udara Israel.
“Mereka menargetkan Kaum sipil, bukan pejuang,” ujarnya di tengah puing-puing bangunan.
Kaum Gaza mengungsi di tengah serangan
Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee, mengatakan di platform X bahwa Laskar Israel memulai operasi darat di Gaza tengah dan selatan Kepada memperluas “Area keamanan” antara Kawasan utara dan selatan.
Pergerakan di Jalan Salaheddin, rute Primer yang menghubungkan Gaza utara dan selatan, dilarang “demi keselamatan” Kaum, tambahnya.
Kaum terlihat meninggalkan Kawasan utara menuju selatan melalui bagian jalan yang Tetap terbuka di dekat kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah. Mereka menggunakan gerobak yang ditarik keledai, membawa barang-barang pribadi mereka.
Di Gaza selatan, militer Israel memperingatkan Kaum Kepada mengungsi dari Bani Suheila sebelum melancarkan serangan terhadap Radikal yang diduga menembakkan roket dari daerah padat penduduk.
David Mencer, juru bicara pemerintah Israel, menyatakan bahwa militer Israel kini mengendalikan Kawasan Gaza tengah dan selatan serta berupaya memperluas “Area keamanan” sebagai penyangga antara bagian utara dan selatan.
Seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri Gaza mengatakan Laskar Israel telah menutup Persimpangan Netzarim, yang terletak di selatan Kota Gaza di sepanjang Jalan Salaheddin.
Menurut pejabat tersebut, tank Israel telah dikerahkan di persimpangan tersebut setelah sebelumnya dikawal oleh kontraktor keamanan swasta Amerika yang ditarik mundur pada Februari Lampau, Begitu gencatan senjata berlangsung.
Kebuntuan negosiasi dan seruan Dunia
Gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari mengalami kebuntuan setelah tahap pertama, di mana Israel membebaskan tahanan Palestina sebagai imbalan bagi pembebasan sandera mereka yang ditahan Hamas.
Israel menolak negosiasi Kepada tahap kedua dan menuntut pembebasan seluruh sandera sebagai syarat Primer. Di sisi lain, Hamas bersikeras melanjutkan pembicaraan menuju fase berikutnya.
Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, mantan sandera Israel Eli Sharabi mendesak komunitas Dunia Kepada “membawa pulang mereka Sekalian,” merujuk pada puluhan sandera yang Tetap ditahan di Gaza. Sharabi menceritakan bahwa ia “dirantai, kelaparan, dipukuli, dan dihina” selama penahanannya oleh Hamas.
Presiden Israel Isaac Herzog mengkritik kebijakan Perdana Menteri Netanyahu, yang ia sebut sebagai upaya menciptakan perpecahan di dalam negeri.
“Kagak terbayangkan Kepada melanjutkan pertempuran sementara kita Tetap menjalankan misi Bersih membawa pulang para sandera,” tegasnya.
Hamas menyerukan negara-negara Arab dan Islam Kepada mengambil langkah Segera di Perhimpunan Dunia guna menghentikan serangan Israel.
Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut serangan terbaru Israel di Gaza sebagai “kejahatan yang mengerikan” dan menuduh AS ikut bertanggung jawab.
Sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.218 orang, sebagian besar Kaum sipil, situasi di Gaza Lalu memburuk. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, jumlah korban tewas di Kawasan tersebut telah mencapai 49.617 orang sejak perang dimulai.
(Muhammad Reyhansyah)

