
KONFLIK bersenjata antara Iran dan Israel Lalu memanas. Terbaru, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, membantah klaim Presiden Amerika Perkumpulan (AS) Donald Trump bahwa telah terjadi kesepakatan gencatan senjata antara kedua belah pihak. “Kagak Eksis kesepakatan mengenai gencatan senjata,” tegas Aragachi sebagaimana dikutip dari Anadolu dan Al Jazeera (24/6/2025).
Pernyataan ini muncul menyusul klaim dari Trump soal kesepakatan damai total yang Rupanya Kagak diakui oleh pihak Iran. Bahkan, Iran menegaskan bahwa operasi milter terhadap Israel akan Lalu berlangsung hingga rezim Zionis menghentikan agresinya. Serangan balasan Iran juga meluas hingga menyerang pangkalan militer AS di Qatar. Situasinya ini menandai eskalasi paling dramatis sejak 13 Juni 2025, ketika Israel dengan dukungan AS memulai serangkaian serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.
Serangan AS terhadap Iran ini menuai kecaman luas dan dianggap sebagai pelanggaran atas kedaulatan negara lain. Tindakan ini menegaskan kembali standar ganda yang kerap dipraktikkan oleh kekuatan besar dunia. Sebuah ironi diplomatik yang menodai semangat perdamaian Dunia. Dalam konteks inilah Krusial bagi Indonesia Kepada Kagak tinggal Tenang. Indonesia harus memanfaatkan kekuatan diplomasi dan kemanusiaannya Kepada memainkan peran strategis dalam upaya mendorong deeskalasi, membangun gencatan senjata yang Akurat-Akurat disepakati, dan menyuarakan nilai keadilan dalam tatanan Global.
Dalam sistem internasioanal yang digerakkan oleh kekuatan besar, negara seperti AS tampak Mempunyai keleluasaan menafsirkan hukum Global sesuai kepentingannya. Maka wajar Kalau serangan ini harus dikaji ulang melalui mekanisme Dewan Keamanan PBB. Kalau Akurat bahwa AS memulai eskalasi militer tanpa persetujuan Kongres, tindakan tersebut bukan hanya ilegal secara domestik, melainkan juga berpotensi menjadi pelanggaran Piagam BB. PBB sebagai lembaga superbody international yang Kagak boleh tinggal Tenang.
Trumpisme dan Standar Ganda dalam Komunikasi Global
Gaya komunikasi Global Presiden Donald Trump sejak awal dia memimpin dikenal Kagak konsisten dan sering kali kontras. Hal ini mengingatkan kita pada pepatah Jawa Merukapan isuk dele sore tempe. Inilah gaya pemerintahan Trump. Dalam kasus Iran, pola ini kembali terlihat Jernih: menyerang terlebih dahulu, Lewat mengundang Kepada berunding. Pendekatan semacam ini mencerminkan hal yang oleh banyak pengamat disebut sebagai standar ganda diplomasi Amerika Merukapan tindakan Serangan dibungkus sebaagi bagian dari narasi perlindungan atau perdamaian tergantung pada siapa yang menjadi lawannya.
Kebijakan Trump Kepada meluncurkan serangan besar terhadap fasilitas nuklir Iran tanpa persetujuan kongres langsung memicu gelombang protes di berbagai kota besar Amerika Perkumpulan dan Kanada. Di New York, Los Angeles, Washington D.C., dan Toronto, ribuan Kaum turun ke jalan mengecam serangan tersebut, membawa spanduk bertuliskan No War in Iran dan Stop the Bombs, Start the Talk. BBC melaporkan bahwa demonstrasi ini berlangsung sejak Minggu pagi waktu setempat sebagai respons spontan atas serangan udara yang dianggap memperkeruh stabilitas Dunia (BBC News, 2025).
Lebih dari selusin kota besar di AS juga menggelar unjuk rasa yang disebut sebagai emergency mobilization. Di antaranya Boston, Chicago, Philadelphia. Meskipun Kagak Segala berskala besar, intensitas dan cepatnya penyebaran protes ini menunjukkan keresahan luas dari Kaum terhadap arah kebijakan luar negeri Trump. Banyak demonstran menolak kepemimpinan Iran, tetapi tetap menolak keras keterlibatan militer AS dalam konflik yang berisiko berkembang menjadi perang berkepanjangan (New York Times, 22/6/2025).
Beberapa pekan sebelumnya, gerakan protes No Kings telah digelar di seluruh 50 negara bagian AS sebagai bentuk penolakan terhadap praktik kekuasaan Trump yang dianggap otoriter. Meski protes terhadap serangan Iran Kagak sebesar gelombang No Kings, keduanya menyuarakan nada yang sama: kekhawatiran bahwa kebijakan luar negeri AS telah keluar dari kendali Intelek sehat dan moralitas Global.
Dari Survei pendapat Segera YouGov (https://today.yougov.com/) per 23 Juni 2025, hanya 35% Kaum AS yang menyetujui serangan pesawat-pesawat AS ke fasilitas nuklir di Iran, sedangkan 46% menolaknya dan 19% ragu-ragu. Penolakan ini paling kuat di kalangan Demokrat (70% menolak) dan independen (51% menolak), meski mayoritas Republikan mendukung (68% setuju).
Lebih jauh, hanya 25% yang percaya serangan itu akan meningkatkan keamanan AS. Sementara itu sebanyak 44% Malah khawatir tindakan militer ini akan menurunkan keamanan dan 66% takut eskalasi konflik menjadi lebih luas. Data ini memperlihatkan resistensi yang signifikan dari publik AS terhadap kebijakan luar negeri unilateral pemerintahan Trump dan menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan opini domestik dalam keputusan militer.
Posisi Indonesia
Pemerintahan Iran memang belum pernah dijajah oleh bangsa manapun. Hal ini membuatnya melakuan perlawanan membela Gaza, Palestina, ketika dibumihanguskan oleh Israel. Iran selama ini dianggap Israel dan sekutunya adalah ‘anak Badung’ yang berani melawan Israel dan AS. Begitu lamanya konflik Israel dan Palestina Kagak Eksis negara Timur Tengah yang memberikan dukungan pada Palestina. Segala membisu dan Kagak melakukan apa-apa. Apakah karena ini Eksis pangkalan militer AS dibangun di negaranya?
Serangan Iran ke Israel berlangsung Pelan, lebih dari seminggu. Berbagai Ragam rudal diluncurkan bahkan pangkalan AS di Qatar dihancurkannya. Ini sebagai serangan balasan Iran atas tindakan AS ke tiga pangkalan nuklir Iran. Sebelumnya AS akan turun tangan dalam konflik Iran-Israel Kalau konflik ini berlangsung lebih dari 2 minggu. Tetapi yang terjadi dalam kenyataannya Malah berbeda. Oleh karena Israel kewalahan dalam menghadapi serangan Iran, AS membantunya dengan menyerang tiga fasilitas nuklir Punya Iran.
Apa yang Dapat dilakukan Indonesia dalam konflik ini? Sebagai negara yang menjunjung prinsip bebas aktif, Indonesia Mempunyai ruang strategis Kepada Kagak tinggal Tenang. Prinsip ini menegaskan bahwa Indonesia bebas menentukan sikap dalam konstelasi Dunia, bebas menjalin kerja sama dengan negara manapun dan aktif memperjuangkan perdamaian serta kemerdekaan bangsa lain.
Maka usulan Indonesia menjadi inisiator dialog gencatan senjata antara Iran dan Israel bukanlan sesuatu yang mengada-Eksis, melainkan Malah sejalan dengan identitas diplomatik kita sejak era Konferensi Asia Afrika. Peran sebagai inisiator ini memungkinkan diambil, karena secara geografis Area konflik ini terlalu jauh.
Dampak Dunia dan Kepentingan Domestik
Tetapi demikian, konflik ini bukan hanya isu Timur Tengah. Kalau dibiarkan berlarut-larut, potensi pecahnya perang dunia ke-3 sangat terbuka. Dampak konflik Timur Tengah Dapat berimbas ke Area Asia Tenggara. Perekonomian akan guncang. Harga minyak bumi akan melonjak naik, rantai pasok Dunia akan terganggu, dan negara berkembang seperti Indonesia Jernih akan terkena imbasnya secara ekonomi. Ini yang Kagak diinginkan oleh semuanya.
Oleh karenanya, Indonesia perlu memainkan dua peran sekaligus: peran diplomatik dan peran kemanusiaan. Kita Dapat menekan PBB agar kembali memainkan fungsinya sebagai penengah konflik. Kita juga harus melanjutkan Donasi logistik, media, dan pangan ke Gaza seperti yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kemanusiaan Indonesia.
Lewat Adonan tangan Indonesia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Dapat dibangun kembali kewibawaannya. Berulang kali resolusi PBB tentang serangan Israel ke Jalur Gaza dilanggarnya mentah-mentah. Kagak Eksis Denda apapun bagi Israel. Bagaimana jadinya Kalau lembaga seperti PBB kehilangan taringnya sebagai lembaga superbodi di mata anggotanya. Pelan kelamaan fungsi PBB akan tergantikan oleh persekutuan atau perhimpunan negara-negara sealiran atau seideologi yang lebih Dapat memberikan rasa Terjamin, nyaman, produktif, dan fungsional.
Agenda ke Depan
Indonesia Dapat berperan dalam mendorong diplomasi yang aktif, tegas dan manusiawi. Indonesia Kagak Dapat Kembali menempatkan diri sebagai pengamat dalam konflik Iran-Israel-AS yang Lalu berkembang. Sebagai negara negara dengan prinsip bebas aktif, Indonesia Mempunyai ruang diplomatik yang luas Kepada memainkan peran yang konstruktif.
Salah satu langkah yang dapat diambil adalah mendorong konsolidasi Serempak negara-negara Asia Tenggara, khususnya ASEAN, Kepada membentuk Bunyi kolektif regional terhadap ketegangan di Timur Tengah. Langkah awal ini Krusial agar kawasan kita Kagak sekadar menjadi penonton, tetapi ikut menjaga stabilitas geopolitik Dunia.
Indonesia perlu menghidupkan kembali semangat diplomasi kolektif melalui Gerakan Nonblok dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Lembaga-Lembaga ini dapat digunakan untk menekan kekuatan besar agar menghormati hukum Global dan mendorong resolusi damai.
Sejalan dengan itu, Indonesia juga Dapat menggagas resolusi kemanusiaan di Sidang Lazim PBB. Fokusnya pada pembukaan akses Donasi media dan pangan ke Area konflik, perlindungan Kaum sipil, serta penghentian blokade di Gaza. Resolusi ini juga sebagai pengingat bahwa kepemimpinan moral Dunia Kagak boleh dikuasai hanya oleh negara-negara adidaya.
Indonesia juga perlu mengingat kembali bahwa Eksis kekuatan soft power Indonesia yang perlu dioptimalkan. Melalui tokoh-tokoh diplomatic senior, jaringan ormas keagamaan, komunitas akademik, hingga gerakan masyarakat sipil, Indonesia Dapat membangun diplomasi akar rumput yang menyentuh langsung komunitas Global. Penggalangan solidaritas lintas negara dan penyebaran narasi damai berbasis nilai kemanusiaan Dapat menjadi kekuatan taktis berkelanjutan.
Siapa pun yang terlibat dalam konflik atau peperangan Kagak akan menguntungkan. Ketiga pihak akan mengalami kehancuran. Konflik ini bukan tentang siapa yang menang dan kalah, tetapi tentang Insan. Nasib Perempuan dan anak-anak terutama akan menjadi korbannya. Belum Kembali kalau negara-negara yang pro kedua belah pihak memberikan dukungannya.
Peperangan ini akan berlangsung Pelan sekali. Segala kekuatan akan dikerahkan. Tentu saja hancurnya berbagai fasilitas akan dengan mudah kita temui. Oleh Asal Mula itu, misi kemanusiaan tetap harus dijalankan oleh Indonesia.
Kita harus tetap memberikan Donasi obat-obatan dan bahan makanan. Alur distribusi Kepada hal ini harus dibuka lebar. Indonesia harus tetap berusaha membuka blokir dari Israel ini. Usaha ini harus tetap dijalankan meskipun berat dan banyak mendapatkan rintangan dari Israel. Kepada mencapai misi kemanusiaan yang mulia memang diperlukan upaya yang kuat.

