Intervensi Awal Studi AASH Tunjukkan Kesehatan Mental Ibu Pengaruhi Perkembangan Anak

Temuan Awal Studi AASH Tunjukkan Kesehatan Mental Ibu Pengaruhi Perkembangan Anak
Dr. Umi Fahmida(Dok SEAMEO REFCON)

HASIL Intervensi awal dari studi Action Against Stunting Hub (AASH) yang dilakukan di Lombok Timur menunjukkan kesehatan mental ibu memengaruhi perkembangan anak.

“Anak dari ibu dengan tanpa gangguan mental Biasa Mempunyai skor kognitif, kemampuan bahasa, dan perkembangan motorik lebih tinggi dibandingkan anak dari ibu dengan gangguan mental Biasa,” ujar Ketua Tim Peneliti Komponen Kognitif, Dr Risatianti Kolopaking, Psikolog pada penyampaian hasil Intervensi awal studi AASH Indonesia di Jakarta, Kamis (13/2).

 

Gangguan mental Biasa meliputi gejala kecemasan dan depresi ringan hingga sedang. Gangguan mental Biasa biasanya bersifat jangka pendek dan dapat diobati dengan intervensi dasar.  

 

“Kesehatan mental ibu secara signifikan memengaruhi perkembangan kognitif, komunikasi ekspresif, dan motorik anak usia Pagi,” Jernih dia.

Perlu upaya, Buat mendukung kesehatan mental ibu melalui pemantauan Pagi, layanan kesehatan mental, dan konseling agar dapat memaksimalkan perkembangan anak.  Program manajemen stres dan kesejahteraan mental ibu dapat memperkuat pencapaian perkembangan anak secara signifikan.

Cek Artikel:  Aktif Bergerak Halau Hipertensi

Diseminasi hasil Intervensi awal tersebut dibuka oleh Direktur SEAMEO RECFON Dr.dr.Herqutanto. MPH., MARS., Sp.KKLP, Wakil Rektor Bidang Riset dan Penemuan Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.S, dan Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Mahluk dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Woro Srihastuti Sulistyaningrum, ST., MIDS.

Whole Child Approach

AASH merupakan studi interdisiplin yang bertujuan menyusun tipologi stunting melalui pendekatan anak secara utuh atau “whole child approach”. Penelitian itu dilaksanakan pada 2019-2024 di tiga negara yakni India, Indonesia dan Senegal. 

Buat Indonesia, penelitian tersebut diselenggarakan di Lombok Timur. Studi AASH yang didanai oleh United Kingdom Research and Innovation-Mendunia Challenges Research Fund (UKRI-GCRF) tersebut bertujuan Buat mempercepat upaya penurunan stunting melalui pendekatan anak secara utuh.

 

AASH Indonesia dikoordinasikan oleh SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition (RECFON) – Pusat Gizi Regional Universitas Indonesia (PKGR UI). Studi itu terdiri dari observasi kohort ibu hamil yang dilanjutkan hingga anak mereka berusia 24 bulan, studi kasus kontrol Buat membandingkan anak stunted dan Enggak stunted, dan studi intervensi menggunakan telur sebagai makanan tambahan Buat mengetahui efektivitas peningkatan kualitas asupan selama kehamilan terhadap epigenetik dan stunting pada bayi. Studi AASH juga memantau lingkungan pembelajaran di satuan PAUD dan Abang dari bayi kohor, serta asesmen rantai nilai pangan.

 

Selama periode tersebut, berbagai pengumpulan data dilakukan berdasarkan pendekatan anak secara utuh. Pertama profil asupan dan status gizi, epigenetik, genetik dari anak dan kedua orang Uzur, serta kesehatan saluran cerna (komponen fisik). 

Cek Artikel:  Gelar Skincara SPF Festival, Skincara Kenalkan Kosmetik Korea dan Jepang

Kedua, perkembangan anak meliputi proses berpikir, kemampuan bahasa dan motorik, kesiapan belajar, serta asuhan psikososial (komponen kognitif). Ketiga, lingkungan belajar anak usia Pagi (komponen pendidikan). 

Keempat, lingkungan pangan termasuk WASH, keamanan pangan dan rantai nilai pangan dari makanan padat gizi (komponen pangan). Pengumpulan data dilakukan di beberapa tahapan pada 1.000 hari pertama kehidupan yakni masa kehamilan, menyusui dan periode makanan pendamping ASI.

 

Intervensi awal dari komponen pendidikan, menunjukkan kualitas guru PAUD sangat berpengaruh pada lingkungan pembelajaran yang berkualitas. Guru yang Mempunyai latar belakang sarjana terutama lulusan PAUD, Bisa menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna.

Cek Artikel:  Resep Smoothie Bergizi untuk Ibu Hamil

Studi juga menemukan bahwa selenium Mempunyai peran Krusial dalam pertumbuhan anak, tetapi seringkali Enggak cukup diperhatikan dalam intervensi gizi. Inflamasi sistemik dan pada usus berdampak pada pertumbuhan anak dengan mengganggu hormon pertumbuhan. 

Sementara, epigenetik dapat memprediksi risiko stunting, terutama pada anak Perempuan. Selanjutnya, kecepatan pertumbuhan tertinggi anak pada usia 3 bulan (Begitu ASI Tertentu) dan dan mulai melambat Begitu periode pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI).

AASH Indonesia dikoordinasikan oleh SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition (RECFON) – Pusat Kajian Gizi Regional Universitas Indonesia (PKGR UI) dengan Country Lead Dr. Umi Fahmida, peneliti senior SEAMEO RECFON yang juga dosen Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dr. Umi Fahmida mengatakan hasil Intervensi awal studi ini dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan stunting. (H-2)

 

Mungkin Anda Menyukai