BRAINS Partai Demokrat: Indonesia perlu tata kelola modern dan deregulasi Kepada Gaet Investasi Globa
Dalam Negeri
Editor: Valiant Izdiharudy Adas
Sabtu, 14 Juni 2025 – 10:39 WIB
Liputanindo.id – Dalam upaya merumuskan strategi ekonomi nasional yang lebih adaptif dan progresif, Badan Riset dan Ciptaan Strategis (BRAINS) Partai Demokrat menggelar Obrolan publik bertajuk transformasi ekonomi Indonesia dengan menyoroti keberhasilan China sebagai studi komparatif, Kamis (13/6/2025). Acara yang dibuka langsung oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Herman Khaeron, ini menghadirkan dua Ahli terkemuka dari Shanghai Academy of Social Sciences, China, Ialah Profesor Zhang Shaoan dan Profesor Liu Aming, yang berbagi perspektif tentang fondasi kebangkitan ekonomi Tiongkok dari negara agraris menjadi kekuatan ekonomi Dunia.
Menurut Profesor Zhang Shaoan, setiap negara yang Mau melakukan transformasi ekonomi harus memperkuat tata kelola pemerintahan yang efektif dengan Pusat perhatian pada sektor prioritas negara. “Transformasi ekonomi negara membutuhkan langkah deregulasi Kepada gaet investasi Dunia. Investor akan menilai dan menyampaikan kepada dunia Kalau kualitas pasar dan layanan investasi kita sesuai dengan kepentingan bisnis, yang membutuhkan kepastian dan kecepatan,” katanya.
Menanggapi itu, Kepala BRAINS Partai Demorkat Ahmad Khoirul Umam, PhD menegaskan bahwa Indonesia juga harus membuka diri dengan Metode memperbaiki iklim regulasi dan birokrasi yang efisien. “Kita Enggak Dapat menarik investasi Dunia Kalau investor Menyaksikan kita Enggak siap. Indonesia butuh Lanjut memperbaiki kualitas deregulasi, bukan hanya dalam bentuk kebijakan, tapi juga perubahan budaya birokrasi agar investor merasa dipermudah, bukan dipersulit,” ujar Umam.
Sementara itu, Member Fraksi Partai Demokrat DPR RI Sartono menambahkan bahwa keberhasilan kebijakan ekonomi akan bergantung pada ketegasan politik dalam menjamin stabilitas regulasi. “Kita harus menunjukkan kepada investor bahwa arah kebijakan ekonomi Indonesia Enggak akan berubah-ubah,” tandasnya. Sartono melanjutkan, kepercayan pasar hanya tumbuh dari konsistensi dan kepemimpinan kolektif yang kredibel.(ADP)
Sumber : Radio Elshinta