Ibu itu Dibiarkan Sujud Depan Sepatu DPRD

SEBUAH foto unjuk rasa viral pada 29 September. Lokasinya di depan teras Gedung DPRD Manggarai Barat. Tampak dalam foto itu sedikitnya delapan orang berdiri berjejer. Di depan mereka terlihat seorang ibu sedang bersujud persis di Dasar kaki.

Mereka yang berdiri berjejer itu Eksis yang memakai seragam polisi pamong praja, Eksis pula Member DPRD berbaju safari. Tiga orang melipatkan tangan mereka pada bagian perut, Eksis yang meletakkan tangan di bagian punggung, Eksis pula yang asyik Menonton telepon seluler.

Sepertinya mereka membiarkan, jangan-jangan menikmati, adegan sang ibu Separuh baya itu bersembah sujud depan sepatu mereka. Eksis jarak yang menganga antara wakil rakyat dan rakyat pemilik mandat di Republik ini. Kagak Eksis ruang Demi mengasihi dengan kelembutan.

Mengasihi dengan kelembutan menjadi sorotan Paus Fransiskus dalam ensiklik Fratelli Tutti. Kata dia, dalam politik pun Eksis ruang Demi mengasihi dengan kelembutan.

“Apakah kelembutan itu? Itulah kasih yang menjadi dekat dan konkret; suatu gerakan yang keluar dari hati dan menyentuh mata, telinga, tangan. Orang-orang terkecil, terlemah, termiskin harus menyentuh hati kita: mereka Mempunyai ‘hak’ Demi mengambil hati dan jiwa kita. Ya, mereka adalah Keluarga kita dan oleh karena itu kita harus memperlakukan mereka dengan kasih.”

Cek Artikel:  Tetapkan Dulu Revisi Kemudian

Kagak Eksis kasih dalam peristiwa sujud di DPRD Manggarai Barat. Andai kasih itu Eksis, Member DPRD Niscaya mengajak ibu itu berdiri atau mereka duduk. Jauh lebih ideal Kembali, ibu itu diajak masuk ruangan. Member DPRD menerima pengaduan Demi memenuhi kewajiban tanpa melibatkan hati. Padahal, Begitu menjabat, Member DPRD melafalkan sumpah “…Bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya demokrasi.”

Ibu yang bersujud di hadapan kaki-kaki bersepatu hitam itu bernama Melania Mamut. Ia menyampaikan keluh kesahnya berkaitan dengan penangkapan dan penahanan suaminya Serempak 20 orang lain oleh Polres Manggarai Barat pada 1 Juli. Polisi menetapkan mereka yang berprofesi sebagai petani itu sebagai tersangka karena membawa parang.

Amatlah disayangkan, ibu yang bersujud itu hanya ditatap mata kaki di depan teras DPRD Manggarai Barat. Padahal, Persona yang menyembah sujud itu memancarkan Cita-cita terkait dengan nasib suaminya dan tersangka lainnya.

Terjadinya penangguhan penahanan tersangka pada Sabtu (2/10) bukan disebabkan DPRD Manggarai Barat memperjuangkan aspirasi Melani. Penangguhan itu berdasarkan surat permohonan penangguhan penahanan dari Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi dan Bupati Manggarai Herybertus Geradus Laju Nabit tertanggal 2 Oktober.

Cek Artikel:  Tengah-Tengah Utang

Sudah saatnya DPRD Manggarai Barat belajar dari Presiden Joko Widodo dalam menghadapi unjuk rasa. Dalam perjalanan menuju Letak penanaman jagung di Papua Barat, Senin (4/10) pagi, Jokowi Menonton spanduk dibentangkan seorang Kaum. Spanduk itu bertuliskan ‘Selamat datang Pak Jokowi tolong perhatikan kami pedagang kaki lima’. Tetapi, Jokowi Kagak sempat menghampiri pengunjuk rasa.

Siang harinya, setelah memberikan pengarahan kepada Forkopimda se-Provinsi Papua Barat, Presiden meminta kepada Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono Demi mengantarkannya kembali ke Letak tempat spanduk dibentangkan sebelum menuju bandara Demi kembali ke Jakarta.

Setiba di Letak, Presiden langsung menghampiri pedagang kue dan roti yang diketahui bernama Juhari yang membentangkan spanduk Demi meminta Donasi. “Tadi apa? Kok, kayak demo-demo (membentangkan spanduk) segala?” tanya Presiden kepada pedagang tersebut. Juhari pun menjawab, karena Eksis Pak Jokowi, ia sengaja menulis di kertas putih ukuran kurang lebih 1 x 1 meter.

Dalam foto yang dimuat laman Setkab.go.id, Juhari dan Jokowi sama-sama berdiri. Pengunjuk rasa itu Mahluk juga. Mereka saling mendekati, saling Memperhatikan dan mendengarkan, mencoba mengenal, dan memahami satu sama lain dalam dialog.

Cek Artikel:  Apa Gunanya Ribut

Dialog itu pula yang dilakukan Jokowi dengan Suroto yang sempat membentangkan poster Begitu kunjungan kerja ke Blitar pada 7 September. Spanduk itu bertuliskan ‘Pak Jokowi Bantu Peternak Beli Jagung dengan Harga Wajar!’. Suroto yang sempat ditangkap polisi itu Bahkan diundang ke istana Demi berdialog pada 15 September.

Unjuk rasa dan dialog antara pejabat penyelenggara negara dan rakyat harus ditempatkan dalam bingkai pemikiran Emmanuel Levinas sebagai perjumpaan etis dengan yang lain. Yang lain dimaksudkan sebagai sesama Mahluk dalam keluhuran martabatnya. Momen etis penampakan Persona yang lain memberikan implikasi metafisis yang lebih daripada sekadar menyapa, tetapi juga bertanggung jawab atasnya.

DPRD bertugas menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat, termasuk aspirasi yang disampaikan melalui unjuk rasa. Jauh lebih Krusial Kembali ialah DPRD memperlihatkan empati. Membiarkan sang ibu bersembah sujud di depan sepatu, apa pun alasannya, tak elok dipandang.

Mungkin Anda Menyukai