Empat Ciri Pelaku Child Grooming, Kenali dan Waspada

Empat Karakteristik Pelaku Child Grooming, Kenali dan Waspada
Ilustrasi(freepik.com)

PSIKOLOG klinis lulusan Universitas Indonesia Kasandra A. Putranto menyebut terdapat sejumlah Ciri pelaku child grooming yang harus diketahui oleh masyarakat guna mencegah anak terkena pelecehan seksual.

“Pelaku sering kali membangun Interaksi emosional dengan anak Kepada mendapatkan kepercayaan mereka, yang dapat terjadi di mana saja, Bagus di dunia Konkret maupun di dunia maya,” kata Kasandra Demi dihubungi beberapa waktu Lampau

Kenali empat Ciri pelaku child grooming:

  1. Manipulatif


    Kasandra mengatakan pelaku child grooming biasanya cenderung manipulatif, ia sangat terampil dalam melakukan manipulasi emosional, Pandai membangun kepercayaan dan Interaksi yang kuat dengan anak dan orang dewasa di sekitarnya.

  2. Menunjukkan empati dan perhatian


    Pelaku juga Getol menunjukkan empati dan perhatian yang berlebihan terhadap anak. Tujuannya yakni menciptakan kesan bahwa mereka Acuh dan memahami kebutuhan anak.

  3. Mudah bergaul


    “Pelaku sering kali Mempunyai kemampuan sosial yang Bagus, Membangun mereka mudah bergaul dan disukai oleh anak-anak dan orang dewasa. Mereka mungkin menunjukkan minat yang Bukan Biasa terhadap kegiatan anak-anak, seperti bermain gim, berolahraga, atau hobi anak-anak lainnya,” katanya.

  4. Pintar menyembunyikan niat jahat


    Tak jarang, katanya, pelaku pun sering kali berusaha menyembunyikan niat jahat mereka, menggunakan berbagai Metode Kepada menjaga agar tindakan mereka Bukan terdeteksi. Tetapi, beberapa pelaku mungkin Mempunyai riwayat pelecehan seksual atau perilaku menyimpang di masa Lampau.

Adapun pihak yang dapat menjadi pelaku yakni orang dewasa yang dikenal termasuk keluarga, guru atau orang dewasa lain yang Mempunyai akses ke anak dan orang asing yang berinteraksi dengan anak-anak Bagus secara langsung maupun melalui platform online.

Dalam beberapa kasus, ditemukan remaja atau anak yang lebih Sepuh dapat menjadi pelaku terhadap anak yang lebih muda. Selain itu, pelaku dapat menggunakan media sosial, aplikasi pesan, atau platform gim Kepada menjalin Interaksi dengan anak-anak dan pekerja sosial atau konselor dapat menyalahgunakan posisi mereka Kepada melakukan grooming.

Kasandra turut menyebutkan bahwa para korban yang digemari pelaku biasanya adalah anak-anak yang merasa kesepian, merasa terisolasi atau Bukan Mempunyai banyak Mitra sering kali menjadi Sasaran karena mereka lebih mudah terpengaruh, kurang percaya diri, Mempunyai masalah di rumah, Mempunyai pengetahuan yang terbatas dan Meletakkan minat pada media sosial maupun platform online lainnya.

Menurutnya, setelah mengetahui Ciri anak yang akan dijadikan korban, pelaku sering kali berusaha menghabiskan waktu Kepada membangun kepercayaan dengan anak, menciptakan ikatan yang kuat sebelum mengarahkan Interaksi ke arah yang lebih berbahaya.

Mereka juga Getol memberikan perhatian yang berlebihan dan pujian, pelaku Membangun anak merasa istimewa dan diinginkan, yang dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka terhadap pelaku. Korban pun diberikan rasa Terjamin yang dapat membuatnya mudah berbagi cerita atau informasi pribadi dan rahasia.

“Pelaku dapat menggunakan teknik manipulasi, seperti gaslighting, Kepada Membangun anak merasa bingung atau meragukan diri mereka sendiri, sehingga lebih mudah Kepada dikendalikan hingga berusaha mengisolasi anak dari Mitra-Mitra dan keluarga, sehingga anak lebih bergantung pada pelaku Kepada dukungan emosional,” ujarnya. (H-2)

Cek Artikel:  Penderita Autism Spectrum Disorder Meningkat, Layanan Analisa bagi Anak ASDQ Daring Diluncurkan

Mungkin Anda Menyukai