
Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ, atau psikiater yang dikenal dengan nama Dr. NoRiYu, Maju memperjuangkan pembangunan kesehatan jiwa di Indonesia. Kalau dulu di Parlemen, ia menginisiasikan Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa melalui Komisi IX DPR RI, dan berhasil mengawal sehingga gol menjadi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, maka selepas Personil DPR RI, ia Enggak berhenti berkontribusi Buat pembangunan kesehatan jiwa di Indonesia.
Setahun lebih Dr. NoRiYu menjabat sebagai Direktur Istimewa di Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Kemenkes, dan apa saja program pembangunan kesehatan jiwa yang Ketika ini sedang dilakukan pemerintah melalui Kemenkes. “Saya berharap Terdapat kontinuitas pembangunan kesehatan jiwa pada pemerintahan berikut Berbarengan Presiden Prabowo-Wakil Presiden Gibran,” kata NoRiYu.
Hal yang sangat urgent yang menjadi perhatian Berbarengan adalah peningkatan kasus bunuh diri. Buat melakukan intervensi sejak pencegahan, penanganan, dan postvention bunuh diri, Dr. NoRiYu bekerja sama dengan berbagai organisasi dunia praktisi kedokteran jiwa, Yakni World Psychiatric Association (WPA), Asian Federation of Psychiatric Association (AFPA), dan SAARC Psychiatric Federation (SPF). Berbarengan psikiater dunia lainnya, Dr. NoRiYu menjadi Steering Committee sebuah inisiatif Berbarengan Task Force Initiative for the Advancement of Child and Adolescent Mental Health Services for Low – Middle Income countries (JIA – CAMHS).
Baca juga : 61,86% Pengidap Gangguan Jiwa belum Dapat Akses Kesehatan sesuai Standar
Salah satu bentuk produk Steering Committee ini adalah Child and Adolescent Suicide Prevention Guidelines (Panduan Pencegahan Bunuh Diri Anak dan Remaja) yang secara Formal diluncurkan pada Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia 10 September 2024. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ikut menghadiri kegiatan ini dan memberikan Keynote Speech sekaligus juga dihadiri Presiden WPA, AFPA, dan Konsultan Psikiatri Anak & Remaja dari Amerika Perkumpulan, Ahsan Nazeer.
Panduan ini akan diterjemahkan dan dilatihkan kepada Jejaring Pengampuan Rumah Sakit Layanan Kesehatan Jiwa. Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Marzoeki Mahdi yang dikepalai Dr. NoRiYu adalah juga Koordinator Nasional Jejaring Pengampuan RS Layanan Kesehatan Jiwa yang berjumlah 269 rumah sakit.
“Kami berserta tim adalah melakukan standardisasi nasional layanan kesehatan jiwa Berkualitas dari kompetensi layanan, SDM, sarana prasarana, dan alat kesehatan. Panduan Pencegahan Bunuh Diri akan dilatihkan melalui Multidisciplinary Team Suicide Intervention. Ini Enggak dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater, tetapi juga psikolog, perawat dan dokter Lumrah,” ujarnya.
Baca juga : Orang Indonesia mulai Nyaman Bicarakan Kesehatan mental
Tema hari Pencegahan Bunuh Diri 2024 adalah “Changing the Narrative on Suicide” Buat menekankan pentingnya mengurangi stigma dan mendorong dialog terbuka tentang bunuh diri.
Dr. NoRiYu sendiri dengan penugasan Dirjen Yankes Kemenkes adalah Principal Investigator Autopsi Psikologis Buat kasus terduga bunuh diri ARL (PPDS Prodi Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro). Dr. NoRiYu sudah menyerahkan hasil Autopsi Psikologis kepada Direktur, Wakil Direktur, dan Tim Penyidik Ditreskrimum Polda Jawa Tengah pada Rontok 25 September 2024.
Kasus ini sangat ramai dibicarakan karena adanya indikasi perundungan terhadap PPDS ARL. Intervensi Dr. NoRiYu dan Tim diharapkan Enggak hanya bermanfaat Buat mengurai kasus PPDS ARL tetapi juga turut memperbaiki secara menyelutuh perbaikan sistem pendidikan calon dokter spesialis di Indonesia sekaligus menjaga dan meningkatkan wellbeing calon-calon dokter spesialis di Indonesia.
Sejak April 2024 Dr. NoRiYu dan Tim juga berusaha scaling up Hotline Service healing119.id. “Bahaya dari bunuh diri adalah Pengaruh Werther atau contagion sehingga terjadi imitasi. Sehingga, pencegahan menjadi sangat krusial,” tutur NoRiYu,
Berbagai upaya Dr. NoRiYu sebagai peneliti juga meliputi pembuatan instrumen deteksi Awal Unsur risiko ide bunuh diri yang telah digunakan cukup luas oleh para peserta didik dalam tugas ilmiah penelitian. Salah satunya adalah program MoU PKJN RSMM dengan FEMA IPB berupa Program Barcode Guna Kemeja (Periksa Kesehatan Mental Remaja). Barcode ini tersebar di dinding kampus dengan program skrining dan edukasi tentang Langkah tindak lanjut hasil skrining dengan tetap mengedepankan hak asasi Mahluk: Our Minds, Our Rights. (H-2)