Di PBB, Indonesia Tegaskan Standar Ganda Jadi ‘Lampu Hijau’ Israel Lakukan Kekerasan di Gaza

Wakil Menlu Arrmantha Nasir di PBB. (PTRI New York)

New York: Wakil Menteri Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir dengan tegas mengatakan adanya standar ganda terhadap Gaza. Hal tersebut dinilai merusak sistem multilateral.

 

“Standar ganda yang dipertontonkan di Gaza Begitu ini merusak sistem multilateral,” kata dalam Sidang Darurat Majelis Biasa PBB (ESS-10) yang membahas tindakan ilegal Israel di Daerah Palestina, di New York.

 

Dalam pidatonya, Arrmanatha menegaskan bahwa sejak 7 Oktober 2023, konflik Gaza telah merenggut sebanyak 44.532 jiwa, mayoritas diantaranya adalah Perempuan dan anak. Jumlah korban ini bahkan melampaui populasi di 7 negara Member PBB.

 

“Kalau pembunuhan ribuan orang tak berdosa ini Bukan dianggap sebagai genosida, Lampau apa Predikat yang Layak?” ujar Arrmantha.

 

Di masa yang sama, sebanyak delapan rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang bertujuan Buat menghentikan kekerasan di Gaza kandas akibat penggunaan hak veto.

Cek Artikel:  Pemimpin Oposisi Venezuela Minta Suaka di Spanyol

 

Ia menambahkan, dari empat resolusi yang berhasil disahkan DK PBB, tak satu pun dijalankan secara efektif. Di luar itu, kata Arrmanatha, berbagai produk hukum dari Mahkamah Global dan Mahkamah Pidana Global yang menuntut akuntabilitas dan penghentian kejahatan kemanusiaan pun Bukan Terdapat yang dipatuhi. 

 

Menurutnya, standar ganda ini seolah memberikan “lampu hijau” kepada Israel Buat melanjutkan kekerasan terhadap rakyat Palestina dan mencederai tatanan hukum Global.

 

Buat itu, Arrmanatha mengajak negara-negara Buat mulai mengambil langkah konkrit, melalui penghentian pengiriman senjata ke Israel, implementasi Resolusi Dewan Keamanan PBB dan keputusan Mahkamah Global secara efektif, dan perbaikan atas kondisi kemanusiaan di Gaza melalui Sokongan Global.

 

Ia menambahkan, Indonesia juga menyesalkan langkah Israel yang Lalu menghambat masuknya Sokongan Global ke Gaza, dan meningkatnya upaya mendiskreditkan Badan Pengungsi Palestian PBB (UNRWA).

Cek Artikel:  Ogah Akui Pelantikan Putin, Ukraina: Tak Absah!

 

“Kami turut merasa kehilangan atas gugurnya 333 pekerja kemanusiaan, termasuk 249 staf UNRWA,

Begitu membantu Anggota Gaza. Mereka adalah Asa terakhir bagi keberlangsungan hidup rakyat Gaza,” ujar Arrmanatha. 

 

Selama ini, kata dia, UNRWA telah menjadi penyelamat bagi lebih dari 2 juta pengungsi Palestina. Indonesia juga meyakini bahwa solusi dua negara adalah jalan satu-satunya menuju perdamaian yang berkelanjutan antara Palestina dan Israel.

 

“Saatnya dunia berpihak pada keadilan dan kemanusiaan, bukan pada kekerasan,” tegas Arrmanatha, Sembari mendesak Sekalian negara Buat segera mengakui kemerdekaan Palestina tanpa syarat.

 

Sikap ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang Lalu menyerukan solidaritas terhadap rakyat tertindas di seluruh dunia, termasuk mendukung perjuangan rakyat Palestina. Buat itu, Indonesia akan Lalu Kokoh membela keadilan dan memberikan Sokongan kemanusiaan Buat korban konflik di Gaza.

Cek Artikel:  Calon Pemimpin Hizbullah Hashem Safieddine Hilang Kontak setelah Pengeboman Israel

 

Sidang Darurat ini diselenggarakan sebagai akibat dari digunakannya hal veto salah satu negara Member tetap DK PBB atas rancangan resolusi yang menuntut gencatan senjata di Gaza pada 20 November 2024. 

 

Melalui sesi sidang darurat ini, negara-negara Member PBB diharapkan dapat mengesahkan dua resolusi, yakni resolusi yang mendorong gencatan senjata di Gaza serta dukungan politik terhadap UNRWA.

 

Indonesia mengajak seluruh negara Member mendukung kedua resolusi dimaksud Buat menghentikan kekerasan dan mengembalikan kemanusiaan pada sistem tatanan dunia.

 

“Begitu dunia memilih berpihak pada keadilan, maka penderitaan rakyat Palestina Pandai segera diakhiri,” pungkas Arrmanatha.

 

Baca juga: Amnesty International Tegaskan Kembali Bahwa Israel Lakukan Genosida di Jalur Gaza

Mungkin Anda Menyukai