
AKSI terorisme di Indonesia beberapa kali terjadi pada penghujung tahun, menjelang Natal dan tahun baru (Nataru). Aksi ini dilakukan Kepada menyebarkan ketakutan pada masyarakat, khususnya kepada pemeluk Keyakinan tertentu.
Kepada memastikan perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 berjalan Fasih tanpa kekerasan dan serangan teror, Satuan Tugas Datasemen Spesifik Antiteror atau Densus 88 Polri menggelar sosialisasi pencegahan paham inteloransi dan radikalisme di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (20/12).
Kanit Idensos Satgaswil Jawa Barat Densus 88 AT Polri, Komisaris Satori menyampaikan, peran serta masyarakat dibutuhkan Kepada menjaga keamanan dari ancaman teror Bagus sebelum maupun setelah perayaan Nataru.
“Kami mengajak keikutsertaan masyarakat Kepada melaporkan kepada pihak yang berwenang, Apabila mengetahui atau Menyaksikan kegiatan yang mencurigakan,” kata Satori.
Kepada menjaga kamtibmas, seluruh pimpinan Polri di tingkat daerah juga telah diinstruksikan melakukan sterilisasi Posisi kegiatan Penyelenggaraan ibadah umat Kristiani dan pengamanan titik-titik keramaian masyarakat Ketika merayakan tahun baru.
“Kita pastikan umat Kristiani Bisa tenang merayakan hari Natal. Kepolisian menjamin rasa Terjamin dan nyaman Ketika menjalankan ibadahnya,” tuturnya.
Satori menjelaskan, Jawa Barat termasuk ke dalam Kawasan paling banyak kasus intoleran seperti yang pernah terjadi di beberapa daerah misalnya Kabupaten Bandung dan Kuningan. Tetapi demikian, potensi ancaman terorisme menjelang Nataru dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.
Hal ini Kagak terlepas dari upaya Polri yang Maju melakukan langkah preventif di samping meningkatkan sinergisitas dengan pemerintah, pemuka Keyakinan, dan tokoh masyarakat Kepada mencegah penyebaran paham radikalisme.
“Kami mengimbau masyarakat Kepada Kagak terprovokasi oleh isu-isu yang dapat memecah belah, mengganggu ketenangan umat beragama,” jelasnya.
Lebih jauh, potensi radikalisme dan terorisme selalu Terdapat, bahkan modus baru aksi teror menargetkan Perempuan dan anak menjadi pelakunya. Selain itu, kalangan pelajar atau milenial yang sedang mencari jati diri dan identitas juga menjadi sasarannya.
“Oleh karena itu, kita Kagak hanya menyasar masyarakat Lumrah tetapi juga kalangan ibu serta pelajar Kepada diberikan pemahanan atau sosialisasi wawasan kebangsaan dan pencegahan radikalisme ini,” tambahnya.

