Cita-cita dalam Bilangan

“PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future (Orang menggunakan Segala informasi yang tersedia Demi membentuk ekspektasi rasional tentang masa depan).”

– Robert Lucas

Saya mengutip pendapat ekonom terkemuka Amerika Perkumpulan itu Demi kian menguatkan keyakinan saya bahwa Bilangan dan statistik itu amat bermakna. Pendapat Robert Emerson ‘Bob’ Lucas Jr, peraih Hadiah Nobel Bidang Ekonomi 1995, itu menegaskan informasi apa pun, termasuk Bilangan dan statistik, Dapat membentuk ekspektasi orang secara rasional Demi ‘merumuskan’ masa depan.

Bila informasi yang masuk secara rasional dibingkai dalam perspektif suram Lanjut-terusan, Jernih belaka bahwa Cita-cita akan masa depan bakal redup, bahkan Dapat padam. Sebaliknya, bila perspektif kita tentang Bilangan, statistik, dan tren cenderung positif, Cita-cita pun akan datang. Bahkan, Cita-cita yang redup atau hilang sekalipun bakal menyala.

Saya sepakat bahwa Bilangan statistik memberikan dasar Demi Membikin keputusan yang lebih Pas bagi masa depan. Bilangan membantu orang memahami pola dan tren dalam berbagai fenomema. Statistik juga menyediakan alat dan teknik Demi menganalisis data sekaligus mengidentifikasi akar penyebab masalah. Dengan begitu, kita Dapat merancang solusi yang Pas sekaligus Dapat mengukur dampaknya. Itulah mengapa, saya Tentu bahwa Bilangan statistik Dapat membentuk Cita-cita.

Saya Menyaksikan Terdapat ‘kejutan kecil’ yang memantik ekspektasi positif buat masa depan ekonomi Indonesia dari Bilangan-Bilangan yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS), kemarin. Bilangan paling Krusial ialah soal pertumbuhan ekonomi kita di kuartal II 2025, yang melenting naik bila dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya, juga prediksi sejumlah ekonom atau lembaga kajian ekonomi.

Cek Artikel:  Noel Tabola-bale Sidak, Pemerasan

BPS mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 tumbuh 5,12% secara tahunan (year on year/yoy). Bilangan pertumbuhan itu lebih tinggi Apabila dibandingkan dengan kuartal I 2025, juga ketimbang kuartal II 2024. Pada kuartal I 2025 ekonomi kita hanya tumbuh 4,87% secara yoy. Itulah mengapa banyak lembaga ekonomi dan ekonom yang pesimistis ekonomi kita pada kuartal II 2025 Dapat tumbuh di atas 5%. Bahkan, Dapat mendekati 5% saja sudah hebat.

Tetapi, faktanya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 lebih tinggi ketimbang triwulan sebelumnya. Juga, ekonomi kita pada sepanjang April hingga Juni 2025 lebih tinggi Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun Lampau, alias pada kuartal II 2024, yang mencapai 5,05% secara tahunan.

Informasi yang memantik Cita-cita juga terlihat bila kita bicara lebih detail ihwal Kawasan mana yang memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan. Data BPS menunjukkan konsumsi rumah tangga berkontribusi 2,64% (lebih dari separuh) terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025. Itu menandai fakta bahwa konsumsi rumah tangga mulai menggeliat Kembali, yang berarti daya beli hidup Kembali.

Cek Artikel:  Tradisi Mundur Menteri Tersangka

Selain itu, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi berkontribusi 2,06% terhadap pertumbuhan ekonomi (Sekeliling 40,2%). Bilangan itu Dapat dimaknai bahwa negeri ini Tetap menarik bagi para investor Demi menyemai investasi. Pembelian barang modal yang naik Nyaris tiga kali lipat daripada kuartal sebelumnya juga menunjukkan tinggal menunggu waktu industri akan berlari kencang. Data BPS menunjukkan pembelian mesin naik 8%, begitu juga mesin elektrik naik lebih dari 9%.

Sayangnya, konsumsi pemerintah berkontribusi -0,22% terhadap pertumbuhan ekonomi. Data itu menerangkan bahwa belanja pemerintah Kagak menjadi pendorong bagi ekonomi. Aksi ‘tutup keran’ yang kelamaan dilakukan pemerintah Konkret-Konkret Membikin potensi pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya Dapat lebih tinggi menjadi hilang.

Keran belanja pemerintah dengan dalih efisiensi sudah saatnya dibuka. Selama belanja pemerintah dilakukan secara bijak, Betul, dan Pas sasaran, Dapat jadi ekspektasi positif publik akan terbentuk. Karena saya orang media, saya contohkan belanja pemerintah ke media.

Belanja pemerintah ke media, misalnya, selain Dapat jadi bagian dari bentuk tanggung jawab negara dalam membantu menjaga ekosistem media yang sehat, Dapat menjaga ekspektasi publik dari berbagai paparan Kagak baik informasi yang Kagak sesuai dengan fakta. Media ialah ruang kanalisasi bagi Variasi pandangan dan pendapat. Selama ruang kanalnya Betul dan sehat, selama itu pula ekspektasi yang terbentuk ialah ekspektasi yang sehat pula.

Cek Artikel:  Nilai Tambah

Belanja pemerintah pusat ke daerah, Teladan lainnya. Bila keran item itu dibuka secara Betul, Pas sasaran, dan akuntabel, ia amat mungkin menjadi katalisator bagi pertumbuhan di daerah, yang bila diakumulasi ujung-ujungnya Dapat memacu produk domestik bruto secara nasional. Ingat, pertumbuhan ekonomi yang melesat pada kuartal II 2025 kali ini banyak digerakkan dari daerah lewat kunjungan wisata yang masif di sepanjang April, Mei, dan Juni.

Bayangkan bila keran belanja pusat ke daerah Kagak terlalu ‘dicekik’, mesin-mesin penggerak pertumbuhan ekonomi di daerah bakal kian agresif bekerja. Bila itu ditambah dengan berbagai sentuhan kreatif dan inovatif (bahkan dengan sentuhan kecil saja), mesin-mesin pertumbuhan kian kencang melaju.

Karena itu, pemerintah perlu mendengarkan saran Robert Lucas agar Kagak sekadar memperhatikan kondisi siklus ekonomi, tetapi juga memperhatikan Cita-cita rasional pelaku ekonomi yang bersifat ke depan (forward). Artinya, perilaku para pelaku ekonomi Ketika ini ditentukan kebijakan ekonomi pemerintah ke depan. Sebagai Teladan, pernyataan pimpinan Bank Sentral AS (The Fed) akan Memajukan Etnis Kembang acuan walaupun kenaikan Etnis Kembang belum terjadi Ketika itu. Hal itu menyebabkan para investor memindahkan investasi mereka ke AS.

Perilaku yang bersifat Cita-cita rasional itu akan lebih mudah diperkirakan pemerintah Apabila perilaku pemerintah dianggap ‘kredibel’ dan konsisten dalam menerapkan kebijakan Demi mengatasi situasi siklus ekonomi.

Mungkin Anda Menyukai