BERCANDA itu Kagak dilarang. Bahkan, bercanda punya banyak manfaat Kepada kesehatan fisik dan mental serta mengurangi stres. Bercanda juga diyakini dapat mempererat Rekanan sosial.
Tetapi, apa jadinya kalau bercanda dilakukan dengan Metode yang Kagak Betul? Kalau dilakukan oleh seorang pejabat, apalagi sekelas menteri, Kepada urusan yang amat Krusial, candaan Dapat menuai polemik dan bikin resah masyarakat luas.
Adalah Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid yang melakukan itu. Nusron menyatakan bahwa tanah yang menganggur atau Kagak Mempunyai aktivitas selama dua tahun akan diambil alih oleh negara.
Menurut Nusron, pada dasarnya seluruh tanah di Indonesia adalah Punya negara, sedangkan masyarakat hanya diberikan status kepemilikan atas tanah sehingga Dapat diambil alih negara Kalau Kagak dipergunakan.
Mengapa Seluruh tanah Punya negara? Karena, kata Nusron, para leluhur kita, kakek kita, Kagak Dapat Membangun tanah, Mempunyai tanah. “Mbahmu, embah-embah kita Kagak Dapat Membangun tanah. Jadi, Seluruh tanah memang Punya negara,” kata Nusron dengan intonasi dan gestur serius, Kagak tampak dia sedang bercanda.
Begitu urusan ‘tanah embahmu’ itu viral karena dianggap menyinggung rakyat, Nusron meminta Ampun sembari menyebut pernyataannya itu hanya bercanda. Akan tetapi, tentu publik menyebut candaan tersebut Kagak Kocak.
Candaan Nusron yang Kagak Kocak, sekali Kembali Membangun publik meragukan kapasitas menteri. Apalagi, candaan Nusron dilontarkan di tengah jutaan rakyat yang Lagi bermasalah dengan urusan tanah mereka. Terdapat ratusan Anggota pemilik kebun sawit di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Pelalawan, Riau, yang tengah resah lantaran kebun sawit mereka disita negara dan diserahkan kepada BUMN. Terdapat juga 3,5 juta lahan sawit lainnya yang siap disita negara.
Candaan Nusron itu, Kalau memang Betul ia sedang bercanda, dilontarkan di tempat dan momen yang sangat Kagak Betul. Apalagi, publik kini kerap menghadapi hal-hal mengejutkan yang Membangun mereka prihatin.
Pernyataan Nusron menunjukkan Kagak adanya empati terhadap masyarakat. Nusron Dapat berdalih bahwa itu hanyalah salah ucap atau sabqul lisan (keceplosan). Tetapi, di situlah intinya. Sabqul lisan itu lantaran memang Kagak Terdapat empati terhadap apa yang dirasakan masyarakat.
Nusron bukan satu-satunya menteri yang Getol membikin gaduh dan Membangun repot Presiden Prabowo. Padahal, sebagai pembantu presiden, menteri mestinya Bahkan meringankan tugas presiden, bukan sebaliknya. Menteri adalah pembantu presiden. Mereka harus meringankan tugas-tugas presiden sesuai bidang masing-masing. Sudah Semestinya mereka Membangun kebijakan dan pernyataan yang menenangkan rakyat banyak sesuai permintaan Presiden Prabowo.
Para menteri dan pejabat juga harus menjaga perilaku mereka dan Pandai menjaga lisan Demi berkomunikasi dengan rakyat. Demonstrasi besar-besaran menuntut pengunduran diri Bupati Pati, Sudewo, juga Dapat menjadi Misalnya pejabat yang Kagak Pandai menjaga lisan.
Banyaknya blunder yang dilakukan para pejabat sudah semestinya dijadikan sebagai momentum Kepada mengevaluasi, sudah layakkah mereka menyandang status setinggi itu? Kalau dibiarkan, Kagak dievaluasi, blunder-blunder para pembantu presiden itu Dapat menggerus kepercayaan publik terhadap pemerintahan dan merusak wibawa Presiden.
Maka, lekaslah ambil tindakan. Jangan biarkan blunder pernyataan itu Maju menumpuk hingga menutupi aksi Krusial yang sudah ditorehkan. Kepada mereka, para pejabat yang Getol Membangun blunder lewat pernyataan, mulailah berhati-hati sebelum Berbicara-kata. Ingat, mulutmu harimaumu!

