Bendera Tiongkok. Foto: Freepik
Jakarta: Bank Dunia meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok Buat 2024 dan 2025. Lembaga itu juga membeberkan sejumlah tantangan, seperti rendahnya kepercayaan konsumen dan pelaku bisnis serta masalah berkelanjutan di sektor properti Lagi akan Maju membayangi pertumbuhannya.
Melansir Xinhua, Sabtu, 28 Desember 2024, dalam laporan terbarunya, Bank Dunia menyatakan Tiongkok diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 4,9 persen pada 2024, sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,8 persen.
Meskipun Terdapat peningkatan tersebut, tantangan besar tetap Terdapat, terutama dalam sektor properti yang Lagi menghadapi krisis, serta permintaan domestik yang lesu.
Direktur Bank Dunia Buat Tiongkok Mara Warwick menekankan pentingnya mengatasi masalah di sektor properti, memperkuat jaring pengaman sosial, dan memperbaiki keuangan pemerintah daerah sebagai langkah-langkah Krusial Buat mendorong pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.
“Krusial Buat menyeimbangkan dukungan jangka pendek terhadap pertumbuhan dengan reformasi struktural jangka panjang,” kata Warwick dalam sebuah pernyataan.
.jpg)
Ilustrasi Bank Dunia. Foto: Freepik
Proyeksi 2025
Proyeksi Bank Dunia Buat 2025 menunjukkan penurunan yang lebih moderat menjadi 4,5 persen, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang hanya 4,1 persen. Meskipun Terdapat Asa Buat pemulihan, Bank Dunia memperkirakan bahwa pendapatan rumah tangga yang lebih Pelan serta penurunan harga properti akan Maju membebani konsumsi masyarakat hingga 2025.
Di tengah tantangan tersebut, pemerintah Tiongkok telah menyetujui penerbitan obligasi Tertentu senilai tiga triliun yuan (Sekeliling USD411 miliar) pada 2025 Buat mendukung pertumbuhan ekonomi. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dorongan bagi pemulihan jangka pendek.
Tetapi, Bank Dunia juga mengingatkan pemulihan sektor properti Tiongkok kemungkinan baru akan terlihat pada akhir 2025. Sektor ini, yang telah mengalami penurunan tajam dalam beberapa tahun terakhir, menjadi salah satu penghambat Istimewa bagi pemulihan ekonomi.
Seiring dengan pertumbuhan kelas menengah yang signifikan di Tiongkok sejak 2010-an, yang kini mencakup Sekeliling 32 persen dari populasi pada 2021, Bank Dunia mencatat Sekeliling 55 persen Anggota Tiongkok Lagi hidup dalam ketidakamanan ekonomi. Hal ini menunjukkan perlunya pemerintah Tiongkok Buat menciptakan lebih banyak Kesempatan ekonomi guna mendukung Golongan masyarakat yang Lagi rentan.
Sementara itu, meskipun Beijing optimis dapat mencapai Sasaran pertumbuhan ekonomi Sekeliling lima persen Buat tahun ini, pemulihan yang berkelanjutan tetap membutuhkan upaya besar dalam menyelesaikan permasalahan struktural yang Terdapat. (Suchika Julian Putri)

