
WAHAI orangtua, pernahkah kalian membacakan Naskah bagi anak-anak? Wahai para guru, pernahkah di kelas kalian meminta anak-anak membaca dengan tenang Naskah-Naskah yang mereka pilih sendiri?
Tak Eksis kebiasaan yang hadir tiba-tiba, Sekalian dibentuk tahap demi tahap, dari hal-hal kecil. James Clear menyebutnya sebagai atomic habits, sesuatu yang kecil yang membentuk kebiasaan seseorang. Clear menyebut masa depan dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaan di masa kini. Pepatah yang kita kenal menyebut, sedikit demi sedikit Pelan-Pelan menjadi bukit.
Pembaca yang ulung Kagak hadir tanpa peran orangtua, guru, atau orang dewasa di Sekeliling anak-anak. Mereka Kagak hadir di situasi yang nirbuku. Kecintaan anak terhadap Naskah hadir karena pertemuan mereka yang intens dengan Naskah-Naskah. Mereka Mempunyai kesempatan Memperhatikan satu per satu Naskah, mendengar orang dewasa membacakan dan mengenalkannya.
Dalam Naskah Baby Read Aloud Basics yang ditulis oleh Caroline Blackmore dan Barbara Weston Ramirez, disampaikan Eksis beberapa manfaat dari membaca nyaring atau read aloud, antara lain, meningkatkan keterampilan mendengarkan, menambah jumlah kosakata, mempelajari kata-kata yang Kagak Lumrah, memahami Definisi kata, mempelajari konsep tentang cetak, mendapatkan informasi dari ilustrasi. Pun meningkatkan ikatan dan ketenangan dengan orangtua, dan mencintai Naskah dan belajar. Tahapan tersebut akan bermanfaat dan berefek ketika dilakukan semenjak Pagi. Meski dalam konteks Indonesia, Kagak Sekalian orangtua Mempunyai kesempatan Buat membacakan setiap anak Buat membaca Naskah sejak Pagi.
Dalam konteks yang lebih luas, Amanda Ripley dalam bukunya The Smartest Kid in The World menyampaikan Sekalian anak belajar keterampilan berpikir kritis ketika belajar matematika, sains, dan membaca. Anak-anak Kagak hanya belajar Buat mengingat fakta-fakta, mereka belajar Buat menyelesaikan problem dan beradaptasi, mereka dilatih Buat bertahan di era ekonomi modern. Merujuk apa yang disampaikan Ripley, membaca, menjadi salah satu komponen Buat mengenal ragam konsep, Memperhatikan dunia yang mungkin belum dikenali, dan menjelajah ruang yang mungkin belum Pandai dijangkau Begitu ini.
Ruang Cerminan
Para tokoh genius merupakan para pembaca ulung. Dalam Naskah Geography of Genius karangan Eric Weiner diceritakan tentang David Hume, salah satu filsuf termasyhur, suka sekali membaca dan berjalan-jalan. Hal tersebut disebut Hume sebagai kebahagian utamanya. Momen membaca, berjalan-jalan, dan juga Tiba terkantuk, ia anggap sebagai aktivitas berpikir. Dari situ dapat terlihat bahwa momen membaca menjadi ruang Cerminan Buat memikirkan hal-hal Krusial terkait dengan kehidupan.
Membaca dapat menjadi ruang Buat mempelajari hal-hal baru dalam kehidupan. Menurut Clear, mempelajari hal-hal baru membutuhkan komitmen yang Kukuh. Setiap hal baru kemungkinan besar dapat dipelajari, selama Eksis komitmen dan tekad yang kuat juga semangat pantang menyerah. Di tengah hadirnya media sosial yang begitu atraktif secara visual, membaca memang tampak sangat old school.
Di tengah gempuran media sosial, ketika kata-kata mutiara mudah didapat, video durasi pendek yang mengetengahkan isu tertentu mudah didapat, orang-orang merasa pengetahuan pendek tersebut sudah cukup. Secara pragmatis yang selalu dipertanyakan adalah, Kalau Pandai mendapatkan intisari pengetahuan, mengapa harus membaca ratusan lembar Naskah?
Meski memang, secara Lumrah, Kagak Sekalian individu perlu membaca secara mendalam (deep reading). Tetapi, Buat para peserta didik, membangun keterampilan Buat membaca secara mendalam menjadi bagian Krusial membentuk para pembelajar Independen yang reflektif.
Di tengah hadirnya ragam pengetahuan, bahkan cenderung banjir pengetahuan di media sosial, dengan kilasan-kilasan singkat dan belum tentu Betul, anak-anak perlu Mempunyai kemampuan Buat memilah informasi. Dengan terbiasa membaca secara mendalam, anak-anak akan terbiasa membaca teks-teks yang panjang dan berupaya memahaminya. Membaca Naskah, menurut Clear, Kagak hanya belajar sesuatu yang baru, tetapi menjadi medium Buat mendapatkan Langkah pandang baru dari pengetahuan Pelan yang sudah diketahui sebelumnya.
Menghadirkan Naskah menjadi sangat Krusial. Meski kita sudah mafhum, tak mudah Buat menemui Naskah-Naskah berkualitas, bahkan di tempat-tempat yang harusnya Naskah didapat dengan mudah. Bahkan, Kagak Sekalian sekolah Mempunyai perpustakaan yang layak. Bila merujuk pada Renstra Kemdikbud 2020-2024, disampaikan bahwa Dekat sepertiga (32,7%) sekolah di Indonesia belum Mempunyai perpustakaan. Kalau tak Eksis perpustakaan dengan Naskah-Naskah berkualitas, bagaimana anak-anak mendapat kesempatan memadai mengenal dan akrab dengan Naskah-Naskah?
Kita tentu menanti efektivitas dari program Merdeka Belajar Episode 23 Naskah Bacaan Bermutu Buat Literasi Indonesia yang mengklaim telah mengirim 15 juta eskemplar Naskah Buat 20 ribu pendidikan anak usia Pagi (PAUD) dan SD. Pengiriman ialah satu ikhtiar, tetapi ikhtiar lanjutan ialah mengawal agar anak-anak dapat membaca secara saksama setiap Naskah yang Eksis. Distribusi yang merata juga sangat Krusial karena sudah sangat Jernih Kagak Sekalian sekolah Mempunyai Naskah-Naskah berkualitas atau perpustakaan yang memadai.
Konsentrasi
Orang dewasa Mempunyai tanggung jawab Buat membawa anak Buat tertarik membaca Naskah. Selain tertarik membaca Naskah, mereka harus diajak Buat Konsentrasi membaca Naskah. Daniel Goleman dalam karyanya Focus: The Hidden Driver of Exellence menyampaikan pentingnya anak Buat Konsentrasi dalam mengerjakan setiap kegiatan pembelajaran. Ia menulis Kids who can’t pay attention can’t learn; they also can’t manage themselves well. Dalam konteks membaca Naskah, anak harus dapat mengatur diri Buat tetap Konsentrasi membaca dan juga secara kritis menelaah apa yang Eksis di dalam Naskah tersebut.
Dalam Naskah Teach Like Finland, Timothy D Walker mengungkap salah satu strategi agak anak-anak mencintai Naskah. Ia Mempunyai program book talk, yakni para peserta didik diminta Buat memilih Naskah yang sesuai dengan usia mereka. Para peserta didik kemudian diminta Membikin laporan singkat yang berisi pemahaman mereka tentang teks yang dibaca dan kemudian presentasi singkat di depan kelas selama lima menit Buat menunjukkan pemahaman mereka terhadap Naskah yang dibaca. Ia menyebut program tersebut sebagau perayaan pembelajaran. Selama dua tahun melakukan program tersebut, ia Memperhatikan situasi yang para peserta didik menikmati kesempatan Buat saling bicara dan mendengar tentang Berbagai Ragam Naskah yang dipresentasikan.
Eksis banyak Langkah Buat Membikin anak-anak mulai membaca Naskah. Jangan lupa, sebelum meminta mereka membaca, para orang dewasa harus menjadi teladan membaca. Ayo baca bukumu sekarang!

