Agar Minyak Goreng Gurih Kembali

MAS Yono dan Bu Nita punya profesi berbeda. Yang pertama penjual gorengan, satunya Tengah ibu rumah tangga. Tetapi, dua-duanya kini punya jeritan yang sama, yakni naiknya harga minyak goreng secara gila-gilaan. Satu bulan Lewat, mereka Tetap membeli minyak goreng berharga Rp14 ribuan per kilogram. Tapi sepekan ini, mereka harus merogoh kocek lebih dalam Demi 1 kilogram minyak goreng, yakni Rp20 ribu.

Mas Yono dan Bu Nita merupakan potret kecil dari jutaan orang kecil yang kian sesak napas oleh naiknya harga-harga kebutuhan pokok, khususnya minyak goreng, akhir-akhir ini. Dari dapur, mereka mulai mencium resesi ekonomi berkepanjangan Apabila harga-harga gagal dikendalikan. Naiknya harga crude palm oil (CPO) dunia disebut-sebut menjadi biang masalah naiknya harga jual minyak goreng.

Harga rata-rata bahan baku minyak goreng itu kini MYR4.808/ ton, dari sebelumnya di awal 2021 sebesar MYR3.600/ton. Apabila dikonversi ke rupiah, harga CPO kini menjadi Rp16.356 per kilogram, dari sebelumnya Rp11 ribu per kilogram. Itu berarti harga CPO sudah naik 30%.

Yang jadi ironi, melonjaknya harga minyak goreng ini terjadi di Indonesia yang notabene merupakan negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Total produksi minyak sawit kita Sekeliling 50 juta ton tahun Lewat. Itu setara dengan separuh pasokan kebutuhan minyak sawit dunia.

Cek Artikel:  Eksis Harga Eksis Jenis

Meski pemerintah memberikan izin jutaan hektare pemanfaatan lahan negara Demi banyak perusahaan sawit melalui HGU, faktanya pemerintah Tetap kesulitan mengontrol harga minyak goreng yang dijual produsen di pasar domestik. Produsen tentu Kagak mau menomboki membengkaknya harga bahan baku.

Prinsipnya sederhana: bisnis mesti untung. Impas saja sudah dianggap merugi, apalagi nombok. Itu namanya rugi kuadrat, alias bunuh diri. Tapi, maunya kita, Terdapat baiknya para produsen minyak goreng sudi berbagi ‘beban’. Mau bergotong royong menyubsidi Demi rakyat. Terlebih Tengah, para produsen sudah menikmati keuntungan dari naiknya harga CPO dunia. Alasan, sebagian besar produsen minyak goreng itu sekaligus juga pemilik konsesi lahan sawit. Mereka Niscaya mendulang untung dari ekspor minyak sawit.

Bisnis minyak goreng memang gurih. Pasarnya sudah Jernih. Jumlah permintaannya pun sudah Jernih. Rata-rata kebutuhan minyak goreng kita di kisaran 8 juta ton per tahun. Nyaris seperempatnya (Sekeliling 2,5 juta ton) Demi konsumsi rumah tangga. Grup rumah tangga berpendapatan rendah mengonsumsi minyak goreng 1 juta ton per tahun. Sisanya, yang 1,5 juta ton, dikonsumsi oleh rumah tangga berpendapatan menengah hingga tinggi.

Cek Artikel:  Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

Seandainya para produsen mau bergotong royong meringankan 40% dari kebutuhan rumah tangga yang 2,5 juta ton saja (yang 60% ditanggung pemerintah), rakyat, terutama yang berpendapatan rendah, sudah sangat terbantu. Kenaikan harga minyak goreng telah memberatkan Grup masyarakat berpendapatan rendah, yang konsumsinya Sekeliling 1 juta ton itu.

Pemerintah telah memilih melakukan intervensi harga dengan menggelontorkan subsidi. Melalui operasi pasar minyak goreng, negara telah menyiapkan anggaran Rp3,6 triliun agar harga Pandai ditekan ke Nomor ‘normal’, Rp14 ribu/kilogram. Jumlah minyak goreng subsidi yang diguyurkan ke pasar lebih dari 1 miliar liter.

Efektivitas guyuran subsidi minyak goreng itu terhadap turunnya harga amat bergantung pada gesitnya ‘kaki-kaki’ negara dalam menjalankan misi tersebut. Bila birokrasi terlalu lamban, ruwet, apalagi ditambahi mental memburu rente dari subsidi minyak goreng ini, miliaran liter operasi minyak goreng Pandai tercurah sia-sia. Sekadar bikin rakyat terpeleset dan terkilir, atau malah patah tulang dan patah hati karena harga minyak goreng tetap membubung tinggi.

Cek Artikel:  Nasionalisme ala Ukraina

Beberapa tahun Lewat, pemerintah punya tim satgas pangan. Tugasnya menindak siapa saja yang Badung: suka menimbun barang atau bermain harga di tengah kesulitan rakyat. Hasilnya sangat efektif. Pada momen-momen hari raya, Begitu harga kebutuhan pokok biasanya melonjak, di 2018 dan 2019 hal itu Kagak terjadi. Harga relatif Konsisten.

Metode serupa Pandai difungsikan Tengah di operasi pasar besarbesaran minyak goreng ini. Gunanya Demi mencegah para pemain di masa paceklik beraksi Tengah. Itu sekaligus akan Pandai memuluskan jalan menurunkan harga minyak goreng agar Kagak Lalu-terusan bertengger di atas, tempat yang Kagak terjangkau rakyat berpenghasilan rendah.

Biar publik di Republik ini Kagak Lalu-menerus bingung dan bertanya, negeri ini katanya menganut ekonomi kerakyatan tapi kok praktiknya seperti pasar bebas yang kebablasan, negara mesti Cocok-Cocok hadir. Negara wajib melakukan intervensi. Apabila sudah begitu, insya Allah minyak goreng akan terasa gurih di lidah rakyat.

Mungkin Anda Menyukai