Ilustrasi belanja online. Foto: Courtesy Insideretail.asia.
Jakarta: Jelang tutup tahun, pelemahan daya beli masyarakat kembali terkonfirmasi. Hal itu terlihat dari total transaksi dalam program Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) yang berlangsung selama satu pekan di tengah Desember 2024.
Periode Harbolnas tahun ini dibuat lebih panjang dibanding Harbolnas di tahun-tahun sebelumnya. Mestinya aktivitas jual beli melalui lokapasar (e-commerce) membukukan nilai transaksi yang cukup besar.
Tetapi data pemerintah menunjukkan total nilai transaksi pada Harbolnas 2024 hanya mencapai Rp31,2 triliun. Nilai tersebut meningkat 21,4 persen dari Harbolnas tahun Lampau sebesar Rp25,7 triliun yang hanya berlangsung selama tiga hari.
“Itu berarti (di Harbolnas 2024) sehari transaksi Dapat Rp4,4 triliun Sedangkan tahun Lampau, total transaksi Rp25 triliun selama 3 hari. Artinya, transaksi sehari Dapat Rp8 triliun lebih. Secara transaksi Terdapat penurunan tajam,” kata Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda Begitu dihubungi, dikutip Senin, 30 Desember 2024.

(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Adapun realisasi transaksi Harbolnas 2024 juga terbilang jauh dari Sasaran yang ditetapkan pemerintah, yakni di Nomor Rp40 triliun. Periode yang lebih Lamban Tetapi tak mendorong nilai transaksi, kata Huda, mengonfirmasi adanya pelemahan daya beli masyarakat.
Pelemahan itu pada akhirnya juga dapat mempengaruhi ke pergerakan lokapasar yang Terdapat di Indonesia. “Beberapa data tersebut mengkonfirmasi Terdapat pelemahan daya beli, yang ber-impact juga di e-commerce. Gaung Harbolnas tahun ini juga sangat minim. Bakar Fulus di Harbolnas tahun ini juga lebih sedikit karena dananya juga terbatas,” Terang Huda.
Konsumen selektif dalam berbelanja
Sementara itu Periset dari Center of Economic and Reform (CoRE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengungkapkan, nilai transaksi yang terbatas pada Harbolnas tahun ini tak semata disebabkan oleh pelemahan daya beli masyarakat. Dia menilai Terdapat Unsur perubahan perilaku konsumen yang kian selektif dalam membelanjakan uangnya.
“Konsumen kini semakin selektif dalam berbelanja online, terutama di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian. Konsumen cenderung lebih berhati-hati dan Konsentrasi pada kebutuhan esensial dibanding impulsif mengikuti momentum diskon,” kata Yusuf.
Selain itu, persaingan antarplatform e-commerce yang semakin ketat berkontribusi pada fragmentasi transaksi. Hal ini terjadi karena konsumen semakin cermat dalam membandingkan harga dan mencari penawaran terbaik di berbagai platform.

