KOMISI Pemberantasan Korupsi (KPK) membuka Kesempatan mengembangkan kasus pencucian Doku yang menjerat mantan Pejabat Ditjen Pajak Rafael Alun Trisambodo. Keterlibatan keluarganya diusut.
“Hal tersebut sangat memungkinkan ya (menjerat keluarga Rafael Alun),” kata Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Jumat, 8 November 2024.
Kemungkinan itu Dapat dibuka karena jaksa penuntutan Lumrah (JPU) pada KPK mengungkap adanya peran keluarga Rafael dalam kasus pencucian Doku. Penegasan itu dicetuskan dalam persidangan gugatan perdata terkait penyitaan alat bukti yang dilakukan Lembaga Antirasuah.
Kemungkinan menjerat keluarga Rafael tergantung dari kecukupan bukti. KPK kini tengah mempelajari keaktifan tiap pihak dalam pencucian Doku terpidana kasus gratifikasi dan pencucian Doku itu.
“Apabila kesaksian maupun alat bukti mendukung Buat itu, Bukan tertutup kemungkinan pihak-pihak yang diduga menikmati atau Mempunyai peran aktif dalam perkara tersebut, Dapat diminta pertanggungjawaban,” ujar Tessa.
KPK kini menunggu laporan jaksa Buat mengusut peran keluarga Rafael dalam kasus pencucian Doku. Informasi mendetail belum Dapat dipaparkan, Demi ini.
“Kembali Kembali nanti tentunya jaksa penuntut Lumrah yang tadi sudah disampaikan akan berkoordinasi dengan pimpinan, akan melaporkan, dan akan membahas itu di internal,” ucap Tessa.
Sebelumnya, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menggelar sidang gugatan atas keberatan perampasan aset Punya Rafael Alun Trisambodo pada 17 Oktober 2024. KPK menjadi pihak termohon dalam perkara itu.
Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto menjelaskan pihaknya siap menghadiri sidang perdana yang digelar hari ini. Total, Eksis empat pihak yang menggugat Lembaga Antirasuah.
“Adapun pengajuan keberatan tersebut di dasarkan atas adanya sejumlah asset yang turut disita dan dirampas Buat negara dalam perkara korupsi gratifikasi dan TPPU atas nama terpidana Rafael Alun Trisambodo,” kata Tessa melalui keterangan tertulis, Kamis, 17 Oktober 2024.
Empat pihak itu yakni CV Sonokoling Cita Rasa, Petrus Giri Hesniawan, Markus Seloadji, dan Martinus Gangsar. Gugatan mereka berbeda.
Korporasi menggugat mobil Innova dan Grand Max yang disita KPK. Sementara itu, tiga orang sisanya menggugat perampasan Doku EUR9.800, SGD2.098.365, dan USD937.900.
Lewat, tiga orang itu juga menggugat penyitaan perhiasan berupa enam cincin, dua kalung, lima anting, dan satu liontin. Kemudian, mereka juga menggugat rumah di Kebayoran dan Srengseng, serta sebuah ruko di Meruya.
“Kemudian dua unit kios di Kalibata City, Tower Ebony, Alas GF Blok E nomor BM 08 dan Nomor BM 09, dan satu unit mobil VW Caravelle nopol AB 1253 AQ,” ucap Tessa. (M-4)
