Jokowi dan Amerika

JAGAT maya itu memang Ribut. Di era media sosial Demi ini, Bukan Terdapat yang lepas dari sorotan netizen. Bagi para pendengung, perkara remeh-temeh Pandai menjadi amat Krusial asal ia konvergen dengan algoritma. Sebaliknya, banyak Hasil karya lahir tanpa sorotan memadai karena ia Bukan membawa Pengaruh bagi follower.

Presiden Joko Widodo amat sering merasakan itu. Seperti Demi kepergiannya ke Amerika Perkumpulan Buat menghadiri KTT ASEAN Plus AS. Itu Membikin jagat maya berdengung kencang. Para pendengung kira-kira menyeru bahwa Jokowi Rupanya Bukan Terdapat apa-apanya di mata AS. Konklusi itu mereka dapatkan dari fakta penjemputan Kepala Negara Demi mendarat di Washington DC.

Demi tiba di ibu kota ‘Negeri Om Sam’ itu, Jokowi Bukan disambut pejabat tinggi AS. Bukan satu pun. Jokowi ‘hanya’ disambut Penasihat Tertentu Buat Kepala Protokol AS Asel Roberts. Bukan Terdapat Menlu AS. Bukan juga Wapres AS. Apalagi, Presiden AS Joe Biden. Bagi netizen, itu sudah cukup Buat menilai seperti apa Jokowi di mata Amerika.

Sekali Kembali, rumus medsos itu kesesuaian dengan algoritma. Medsos umumnya Bukan Acuh kejelasan dan kejernihan berpikir. Saya sepakat dengan apa yang ditulis Yudi Elok. Di era medsos, kata dia, Demi algoritma menjadi ukuran keterpandangan seseorang, praktik-praktik skandal sensasional asal terkenal Pandai mendapat Bonus banyak pengikut (followers). Adapun praktik-praktik keteladanan terpuji yang bergerak dalam sunyi akan Hening perhatian dengan sedikit pengikut.

Cek Artikel:  Fatamorgana Khilafatul Muslimin

Soal penyambutan Presiden, bagi netizen menjadi mahapenting. Dengungan soal itu amat seksi. Sensasional. Potensi tambahan pengikut pun besar. Padahal, di mana-mana, kehadiran seorang kepala negara dalam rangka KTT Bukan wajib disambut pejabat tinggi. Bukan adanya pejabat tinggi AS yang menyambut Jokowi terjadi karena memang bukan kunjungan bilateral.

Perlakuan serupa juga diberikan Amerika kepada kepala negara dan kepala pemerintahan ASEAN lainnya, yakni Malaysia, Kamboja, dan Vietnam, Demi tiba di hari yang sama. Mereka juga disambut Special Adviser to the US Chief of Protocol, Asel Roberts, staf yang juga menyambut Jokowi. Presiden pun akhirnya dijamu Presiden Amerika Joe Biden. Jokowi juga dijamu secara Formal oleh Wapres AS Kamala Harris.

Fakta sesungguhnya Bahkan kebalikan dari apa yang diramaikan di medsos. Saya menerima tulisan panjang berisi kesaksian dari Staf Tertentu Presiden RI Billy Mambrasar. Ia memang bukan ikut dalam rombongan Presiden. Tapi, Billy sudah dua hari di AS sebelum Jokowi tiba. Ia menjadi saksi mata bagaimana para tokoh Krusial di Amerika memuji dan menghargai Jokowi.

Cek Artikel:  Menahan Laju Despotisme Baru

Ia menulis tentang Jokowi sebagai sosok yang disegani oleh sejumlah pemimpin dunia di Amerika. “Pak Jokowi sangatlah disanjung oleh pimpinan perwakilan negara, dunia usaha Dunia, juga pemerintah Amerika Perkumpulan!” tulis Billy.

Dalam rapat Serempak dengan John Kerry, Ketua Unit Perubahan Iklim Amerika Perkumpulan, Billy menukas, kebesaran nama Jokowi terungkap. Kepada Ketua Kadin Pusat, John Kerry menyampaikan pujian atas kepemimpinan Presiden Jokowi, yang dalam arus deras tuntutan percepatan pembangunan Indonesia tetap memegang Tegar prinsip-prinsip keberlanjutan. Terinspirasi aksi Jokowi, Amerika, John melanjutkan, juga akan melakukan aksi serupa.

Dalam rapat Serempak dengan USA Chamber of Commerce, pujian juga dilayangkan atas dukungan Presiden Jokowi terhadap pengembangan sektor digital di Indonesia yang sempat menjadi tolok ukur Amerika Perkumpulan juga. Dalam pakta perjanjian Dunia yang sedang didorong Amerika Perkumpulan, yang diberi nama Indo-Pacific Strategy, pengembangan UMKM dan sektor digital menjadi prioritas kerja sama AS dengan negara-negara Asia dan Pasifik. Indonesia pun dijadikan sebagai mercusuar.

Cek Artikel:  NU bukan Daun Bawang

Itu terjadi, tulis Billy, karena di Rendah pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia berhasil menelurkan 2.346 startup. Itu menjadi salah satu yang terbesar, dan negara dengan jumlah startup terbanyak kelima di dunia. Dua usaha rintisan Indonesia bahkan akan menjadi acuan pembelajaran bisnis di sekolah bisnis ternama di Amerika Perkumpulan.

Jadi, kesimpulannya, di mata para pemimpin Amerika, Presiden Jokowi itu ‘Terdapat apa-apanya’. Banyak, malah. Itulah yang Membikin Jokowi dipuji, disegani, dihormati. Fakta itu jauh dari gemuruh dengungan di media sosial yang sebagian besar ‘menghamba’ pada algoritma.

Seolah memenuhi bayangan penyair sufi Jalaluddin Rumi, “Benih tumbuh dengan tanpa Bunyi. Dahan Anjlok dengan gemuruh. Destruksi itu penuh keriuhan, sedangkan Hasil karya itu penuh kesunyian.”

Selanjutnya terserah kita: tunduk pada kuasa algoritma atau siap mengemban tugas kewarasan Kalau kita menghendaki tumbuhnya keteladanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Monggo kerso.

Mungkin Anda Menyukai