Hilirisasi Silika Berpotensi Raih Substitusi Impor hingga 210 Juta Dolar AS

Liputanindo.id JAKARTA –  Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan hilirisasi komoditas silika Mempunyai potensi besar Demi dikembangkan sebagai bahan baku industri semikonduktor yang Mempunyai prospek sebagai penghasil devisa dan pencipta lapangan kerja yang besar.

“Indonesia perlu mendorong pengembangan industri hulu dan industri antara melalui hilirisasi silika menjadi wafer silikon berbasis Solar Grade Silicon (SGS) dan Electronic Grade Silicon (EGS),” kata Staf Ahli Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri Kemenperin Ignatius Warsito dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (16/9/2023).

Baca Juga:
Tiga Hilirisasi Industri yang Jadi Konsentrasi Istimewa Pemerintah

Warsito mengatakan wafer silikon merupakan material building block bagi industri semikonduktor dan sel surya, Tetapi Ketika ini industri yang mengolah silika hingga menjadi wafer silikon solar grade belum tersedia di Indonesia.

Hilirisasi silika menjadi wafer silikon diharapkan mendukung kemandirian industri photovoltaic (PV) module dan semikonduktor dalam negeri.

Cek Artikel:  Penggunaan Hidrogen Percepat Sasaran Karbon Kudus Industri

Demi mencapai pengembangan hilirisasi silika menjadi wafer silikon, perlu dilakukan beberapa kegiatan penunjang, seperti penyusunan roadmap industri wafer silikon dan pembuatan pohon industri secara komprehensif.

Direktur Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam (ISKBGNL) Kemenperin Wiwik Pudjiastuti mengatakan mulai tahun 2023 ini, Kemenperin akan menyusun Rencana Aksi Kebijakan Hilirisasi Komoditas Silika/Kuarsa, dimulai dengan penyusunan draf Roadmap Hilirisasi Silika menjadi Wafer Silikon Tahun 2025-2035 dalam Rangka Kemandirian Industri PVModule & Semikonduktor yang akan mulai disusun pada tahun ini.

Finalisasi penyusunan Roadmap Hilirisasi Silika menjadi Wafer Silikon Tahun 2025-2035 akan mulai dilaksanakan tahun 2024, dilanjutkan dengan penyusunan peraturan Menteri Perindustrian terkait roadmap tersebut.

Wiwik memaparkan, berdasarkan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) Kemenperin, Ketika ini tercatat Eksis 21 perusahaan pengolahan pasir silika dengan kapasitas terpasang 738.536 ton per tahun (tpy) dengan realisasi volume produksi dari sembilan perusahaan pada tahun 2022 sebesar 404.755 ton.

Cek Artikel:  2028, Layanan ITSK Diproyeksikan Naik ke 100 Produk

“Dari sembilan perusahaan yang tersebar di Jawa dan Kalimantan tersebut, utilisasinya sebesar 68,48 persen. Sedangkan Demi jenis produknya, Lagi diminati pasir silika, tepung silika dan resin coated sand,” jelasnya.

Adapun berdasarkan data dari Kementerian Daya dan Sumber Daya Mineral (ESDM), di Indonesia terdapat 328 perusahaan pencadangan pasir silika, 98 pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP), 82 Pemegang IUP Eksplorasi dengan realisasi penambangan pasir silika pada 2021 sebesar 2,01 juta meter kubik, dan 330 juta ton total cadangan.

Posisi potensial tambang pasir silika Eksis di Bangka Belitung, Kalimantan tengah, dan Kalimantan Barat, dan Kagak menutup potensi-potensi di tempat lainnya.

“Sedangkan, kuarsit total sumber dayanya sebesar 297 juta ton dan Posisi Istimewa potensi penambangannya Eksis di Aceh,” Terang Wiwik.

Cek Artikel:  KPPI Mulai Penyelidikan Perpanjangan TPP Impor Pakaian asal Tiongkok

Dari sisi potensi bahan baku industri PV dan semikonduktor, data BPS tahun 2022 menyebutkan potensi nilai substitusi impor Demi Wafer Silikon mencapai 17,7 juta dolar AS, 120 juta dolar AS produk semi konduktor, 6,2 juta dolar AS Demi solar cell Kagak dirakit, dan mencapai 65,9 juta dolar AS Demi solar cell dirakit atau total senilai 209,9 juta dolar AS.

“Apabila Dapat disiapkan di dalam negeri, tentunya ini menjadi potensi yang sangat besar Demi Indonesia, sehingga potensi-potensi substitusi impor produk olahan silika sebagai bahan baku industri PV dan semikonduktor tersebut dapat diraih,” kata Wiwik. (HAP)

 

Baca Juga:
Hilirisasi Kagak Hanya Demi Industri Besar, Jokowi: Saya Titip ke Presiden Selanjutnya

 

Mungkin Anda Menyukai