Triple Combo

DUNIA, termasuk Indonesia, sedang berikhtiar keras mencari jawaban atas satu pertanyaan: bagaimana menemukan solusi Demi Bangun dari hantaman krisis, bahkan depresi, ekonomi yang terjadi akhir-akhir ini? Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan bahwa pemulihan ekonomi bakal dihadapkan pada tantangan triple combo. Tiga masalah besar.

Tantangan pertama bukan Kembali didominasi oleh pandemi covid-19, melainkan kenaikan harga-harga karena disrupsi dan kondisi geopolitik Dunia. Kondisi tersebut akan memberikan Pengaruh domino terhadap banyak hal. Kenaikan harga yang ekstrem memicu Spesies Kembang naik dan likuiditas yang ketat.

Tantangan kedua yang akan dihadapi Indonesia ialah inflasi tinggi. Tanda-tanda inflasi tinggi Tak terbendung sudah tampak di triwulan pertama 2022. Bahkan, Terdapat yang memprediksi di akhir tahun nanti inflasi bakal menyentuh 5%, malah lebih. Padahal, Sasaran inflasi di kisaran 4%. Naiknya harga minyak goreng, kebutuhan pangan, mungkin juga naiknya harga BBM, elpiji 3 kilogram, dan tarif listrik, akan mengerek inflasi dan memukul daya beli.

Setelah naiknya inflasi dan terpukulnya daya beli, tantangan ketiga ialah perlambatan pertumbuhan ekonomi. Betul bahwa petumbuhan ekonomi kita dalam dua kuartal ini di atas 5%. Tetapi, Menonton ekonomi Mendunia yang Tak sedang Bagus-Bagus saja, berat kiranya menjaga pertumbuhan itu hingga di penghujung tahun.

Cek Artikel:  Basa-basi KPK

Apalagi, krisis pangan sudah terjadi. Bahkan, menurut Sekjen PBB Antonio Guterres krisis yang dipicu perang Rusia-Ukraina itu Dapat berlangsung bertahun-tahun ke depan. Majalah terkemuka The Economist menyebutnya sebagai ‘katastrofe pangan’, atau perubahan besar pada pasokan dan harga pengan secara tiba-tiba.

Dalam ulasannya di edisi 21 Mei 2022 berjudul The Food Catastrophe, majalah berbasis di Inggris itu mengulas bahwa dengan menginvasi Ukraina, Vladimir Putin akan menghancurkan kehidupan orang-orang yang jauh dari medan perang—dan dalam skala yang bahkan mungkin dia sesali. Perang menghancurkan sistem pangan Mendunia yang sebelumnya telah terpukul oleh covid-19, perubahan iklim, dan kejutan Kekuatan.

Ekspor gandum dan minyak sayur Ukraina dan Rusia sebagian besar telah dihentikan. Secara Berbarengan-sama, kedua negara memasok 12% kebutuhan kalori dunia. Harga gandum yang naik 53% sejak awal tahun, melonjak Kembali 6% pada 16 Mei, setelah India mengatakan akan menangguhkan ekspor karena gelombang panas yang mengkhawatirkan.

Cek Artikel:  Kekuatan Perlawanan

Tingginya harga pangan pokok ini, tulis The Economist, telah meningkatkan jumlah orang yang Tak dapat memastikan kecukupan makan dari 440 juta orang menjadi 1,6 miliar orang. Nyaris 250 juta berada di ambang kelaparan. Apabila perang berlarut-larut dan pasokan dari Rusia dan Ukraina terbatas, ratusan juta orang Dapat Terperosok ke dalam kemiskinan.

Indonesia Tak luput dari sergapan krisis pangan, krisis Kekuatan, dan ancaman inflasi. Dampaknya terasa langsung pada keuangan negara. Realisasi subsidi Kekuatan, misalnya, per April tahun ini sudah mencapai Rp56,62 triliun, lebih tinggi Apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2021, hingga April subsidi sebesar Rp40,73 triliun. April 2020 malah Hanya Rp32,83 triliun.

Memang serbarepot menemukan solusi yang pas menghadapi itu Seluruh. Metode gampang mengatasi membengkaknya subsidi Kekuatan, misalnya, ialah Memajukan harga atau tarif. Sempat Terdapat ancang-ancang Pertamina bakal Memajukan harga BBM pertalite dan gas elpiji 3 kg. PLN juga sudah menghitung-hitung Demi Memajukan tarif listrik. Dua BUMN tersebut memang sudah sangat berat menahan lonjakan harga yang berujung pada kerugian perusahaan hingga lebih dari Rp30 triliun (Pertamina) dan lebih dari Rp70 triliun (PLN).

Cek Artikel:  Menahan Laju Despotisme Baru

Tetapi, sekali Kembali, pilihan Memajukan harga akan Membikin inflasi membubung. Akibat selanjutnya, rakyat tak sanggup Kembali menjangkau harga-harga karena daya beli mereka roboh dipukul inflasi. Mungkin Metode sementara ialah kembali pada resep refocusing anggaran. Bukan Memajukan harga dan tarif. Anggaran infrastruktur boleh ditahan sejenak Demi dialihkan demi melindungi rakyat dari serangan atas daya beli.

Sebagian anggaran pemulihan ekonomi nasional Dapat pula digunakan Demi mengamankan subsidi demi melindungi serangan bertubi-tubi terhadap pemulihan ekonomi. Tetapi, Terdapat syarat dan ketentuan berlaku, yakni subsidi yang digelontorkan mesti Benar sasaran. Sia-sia menggeber subsidi bila Lagi Terdapat yang melenceng atau dilencengkan dari sasaran sesungguhnya.

Ibarat baru sembuh dari sakit, kita memang harus siap menghadapi serangan penyakit baru. Tak hanya satu, tetapi juga malah triple combo. Semoga memang resepnya sudah Terdapat dan jitu pula.

Mungkin Anda Menyukai