Ini Masalah-Masalah yang Tetap Dihadapi Anak-Anak di Dunia

Ini Masalah-Masalah yang Masih Dihadapi Anak-Anak di Dunia
Anak-anak berada di antara reruntuhan di salah satu Posisi penampungan pengungsi di Gaza City, Jalur Gaza, Palestina.(AFP/Omar AL-QATTAA)

Demi Menyaksikan senyum ceria anak-anak, pernahkah Anda berpikir bagaimana kehidupan anak-anak tersebut? Apakah Betul-Betul Senang, atau Malah sedang menghadapi berbagai masalah berat yang jarang disadari orang? 

Hari Anak Sedunia, yang diperingati setiap 20 November, hadir sebagai pengingat pentingnya mengedepankan kesejahteraan anak-anak di seluruh dunia. Hal ini mencakup berbagai aspek seperti ekonomi, pendidikan, keamanan, hingga kesehatan Berkualitas kesehatan fisik, maupun mental.

Perlu Anda ketahui, di berbagai belahan dunia, jutaan anak Tetap menghadapi masalah-masalah yang sering Membikin mereka merasa terancam hingga menimbulkan rasa takut. Apa saja masalah yang kerap terjadi? Simak beberapa masalah yang dialami anak-anak Global berikut ini.

Masalah yang dihadapi anak-anak di seluruh dunia

Melansir dari Human Rights Careers, banyak anak di seluruh dunia menghadapi masalah besar. Padahal, di usia yang Tetap sangat muda, anak-anak Semestinya Dapat bermain dengan Mitra-Mitra tanpa khawatir tentang masalah kehidupan. 

Berikut adalah beberapa masalah yang sering dihadapi anak dan Tetap menjadi momok yang patut diperhatikan di seluruh dunia:

Kemiskinan adalah salah satu masalah paling serius yang dialami anak-anak di seluruh dunia Demi ini. Data dari UNICEF menunjukkan pada 2022 Sekeliling 333 juta anak hidup dalam kemiskinan ekstrem. 

Cek Artikel:  Pemenuhan Gizi Seimbang Krusial untuk Figurkan Generasi Tangkas di Masa Depan

Meski anak-anak hanya mencakup sepertiga dari total populasi dunia, Nomor tersebut menyumbang Sebelah dari jumlah orang yang hidup dengan Pendapatan kurang dari US$2,15 per hari atau setara dengan dengan Sekeliling Rp33.000 Kalau kursnya Rp15.500. 

Kondisi ini berdampak besar pada berbagai aspek kehidupan anak-anak, mulai dari kesehatan, akses terhadap kebutuhan dasar seperti air Bersih dan makanan, hingga kesempatan Kepada mendapatkan pendidikan. 

Selain itu, kemiskinan juga meningkatkan risiko Mortalitas anak-anak pada usia Pagi. Tentu saja, masalah ini Semestinya menjadi sorotan betapa pentingnya perhatian dan tindakan Kepada melindungi masa depan generasi muda.

Menurut Save the Children, sebanyak 153 juta anak di dunia mengalami kekurangan pangan. 

Anak-anak adalah Golongan yang paling rentan terhadap Dampak kelaparan. Bahkan, 1 dari 5 Mortalitas anak di Rendah usia lima tahun disebabkan oleh kekurangan makanan bergizi. 

Meskipun sebagian anak dapat bertahan lebih Pelan Demi kelaparan, kasus ini tetap membawa Dampak Tak baik seperti terganggunya perkembangan fisik dan kemampuan berpikir.

Cek Artikel:  Indonesia Lakukan Kerja Sama dengan Universitas Erdogan di Turki

Kelaparan yang menimpa anak-anak juga dipicu oleh berbagai masalah seperti kemiskinan, perubahan iklim, migrasi paksa, perang, dan konflik. 

Beberapa negara yang menghadapi krisis kelaparan cukup parah antara lain Korea Utara, dengan lebih dari 53% penduduknya kekurangan gizi, Kongo dengan 35,3% anak mengalami kekurangan gizi pada 2021, dan Sudan Selatan yang diperkirakan Mempunyai lebih dari 1,6 juta anak balita menderita kekurangan gizi akut pada 2024. 

Selain itu, negara-negara seperti Somalia, Yaman, Chad, Madagaskar, Haiti, Niger, dan Liberia juga mengalami kondisi serupa.

3. Mortalitas akibat penyakit yang dapat dicegah

Pada 2021, UNICEF mencatat 5 juta anak di Rendah usia lima tahun meninggal dunia, sebagian besar karena penyakit yang sebenarnya Dapat dicegah, seperti malaria, pneumonia, dan diare. 

Vaksinasi Mempunyai potensi Kepada menyelamatkan jutaan nyawa anak di dunia. Tetapi, pada 2022, 20,5 juta anak Tak mendapatkan vaksin sehingga berdampak Mortalitas. 

4. Kurangnya pendidikan

Pendidikan adalah hak dasar setiap anak, tetapi sayangnya, banyak yang Tak mendapatkan kesempatan belajar yang layak. Pada 2022, PBB melaporkan bahwa 244 juta anak usia 6-18 tahun Tak bersekolah. 

Cek Artikel:  Menteri LHK Tekankan Krusialnya Jaga Standarisasi Pengelolaan Lingkungan

Kawasan dengan masalah terbesar adalah Afrika Sub-Sahara, yang Mempunyai jumlah anak putus sekolah tertinggi, diikuti oleh Asia Tengah dan Selatan. 

Meski begitu, Info baiknya adalah kesenjangan gender dalam pendidikan mulai berkurang

Pekerja anak menjadi isu serius di berbagai belahan dunia. Banyak anak terpaksa bekerja di sektor pertanian, tambang, atau pekerjaan rumah tangga. 

Kondisi ini melanggar hak asasi anak karena berdampak Tak baik pada kesehatan, kesejahteraan, dan berkurangnya kesempatan Kepada mendapatkan pendidikan. 

Menurut UNICEF, lebih dari 1 dari 5 anak usia 5-17 tahun di negara-negara termiskin terjebak dalam situasi ini. 

Kemiskinan menjadi penyebab Primer, mendorong keluarga Kepada melibatkan seluruh Personil, termasuk anak-anak, dalam mencari Pendapatan.

Segala masalah ini tentu saja akan mempengaruhi kesehatan mental anak-anak di masa depan. 

Kasus-kasus seperti ini Semestinya menjadi pengingat betapa pentingnya tindakan dari masyarakat Mendunia dan pemerintah Kepada memberikan perlindungan, pendidikan, dan Kesempatan hidup yang lebih Berkualitas bagi anak-anak di seluruh dunia. (UNICEF, Human Rights Careers/Z-1)

Mungkin Anda Menyukai