SEJAK dilantik sebagai presiden pada 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto telah melakukan 11 kunjungan Formal ke 22 negara dalam sepuluh bulan pertama masa kepemimpinannya (hingga Agustus 2025). Gaya diplomasi Prabowo yang Likuid dan lugas berhasil Membangun setiap negara yang dikunjunginya merasa dekat, layaknya sahabat lelet. Lampau di balik kunjungan diplomatik tersebut, oleh-oleh apa yang dibawa Prabowo Buat kepentingan nasional Indonesia?
KUNJUNGAN DIPLOMATIK KE-22 NEGARA
Negara pertama yang dikunjungi Presiden Prabowo ialah Tiongkok, tepatnya ke Beijing, pada 8–9 November 2024, yang kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke Washington DC, Amerika Perkumpulan (AS), pada 10–12 November 2024. Kunjungan ke Tiongkok difokuskan pada penguatan kerja sama di bidang investasi, ketahanan pangan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun kunjungan ke AS membahas isu-isu strategis seperti geopolitik Mendunia dan Interaksi investasi dengan perusahaan-perusahaan besar asal ‘Negeri Om Sam’. Pemilihan dua negara besar tersebut mencerminkan konsistensi Presiden Prabowo dalam menjalankan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
Tak hanya dua negara besar tersebut, Prabowo juga berkunjung ke negara-negara lain dan Perhimpunan-Perhimpunan Krusial di dunia, seperti APEC Economic Leaders’ Meeting (APEC Summit) di Peru, G20 Summit di Brasil, KTT D-8 (Developing-8) di Mesir, St Petersburg International Economic Perhimpunan (SPIEF) di Rusia, dan KTT BRICS di Brasil. Dari banyak kunjungan yang dilakukan oleh Prabowo, utamanya ialah stabilitas keamanan Global. Prabowo sangat meyakini bahwa keamanan Global sangat berpengaruh pada keamanan nasioal suatu negara. Jadi pada awal kepemimpinanya Prabowo Mau memastikan tentang stabilitas keamanan Global.
Dalam setiap kunjungan diplomatik, Indonesia biasanya mengandalkan dua aspek pendekatan tradisional sebagai bargaining power: populasi dan sumber daya alam. Dengan jumlah penduduk yang mencapai Dekat 50% dari total populasi ASEAN, Indonesia berusaha menegaskan posisinya sebagai pasar potensial bagi investasi, perdagangan, dan kerja sama ekonomi. Di sisi lain, kekayaan sumber daya alam—mulai dari mineral strategis seperti nikel dan bauksit, Kekuatan fosil dan terbarukan, hutan tropis, hingga komoditas pertanian dan perikanan—sering dijadikan kartu tawar dalam negosiasi Global.
Akan tetapi, kedua potensi tersebut belum sepenuhnya Bisa menjadi kekuatan tawar yang efektif bagi diplomasi Indonesia. Populasi besar Tak diiringi dengan kualitas sumber daya Mahluk yang memadai sehingga Bahkan memicu ketergantungan pada pasar dan produk Mendunia. Misalnya, meski Mempunyai pasar domestik yang luas, Indonesia Lagi mengimpor lebih dari 90% bahan baku obat dan Dekat seluruh gandum Buat memenuhi kebutuhan konsumsi.
Sementara itu, sumber daya alam yang melimpah belum optimal menarik investasi besar karena terkendala birokrasi yang rumit, rendahnya kepastian hukum, serta maraknya pungutan liar dalam proses perizinan. Salah satu contohnya, kebijakan hilirisasi nikel yang bertujuan menarik industri baterai kendaraan listrik sempat Mandek oleh lambatnya proses perizinan dan infrastruktur pendukung yang belum siap.
Kemampuan komunikasi Prabowo di dunia Global, dengan gaya tutur yang lugas dan Likuid, adalah Kesempatan Buat meyakinkan masyarakat Global, khususnya negara-negara yang dikunjungi dan Perhimpunan-Perhimpunan Global yang didatangi, tentang dua aspek yang dimiliki Indonesia: kekuatan demografi dan kekayaan sumber daya alam.
Ini juga menjadi momentum bagi Indonesia Buat menguatkan kembali posisinya di kancah Mendunia sebagai negara dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif—Tak memihak secara kaku kepada blok kekuatan tertentu, tetapi tetap aktif membangun kerja sama yang saling menguntungkan. Dengan memanfaatkan pendekatan diplomasi yang bersahabat, Indonesia dapat menggalang dukungan Buat isu-isu strategis seperti transisi Kekuatan, stabilitas kawasan, dan perdagangan yang adil, sekaligus menjaga kemandirian dalam menentukan kebijakan luar negerinya tanpa tekanan dari kekuatan besar dunia.
Kesempatan lain dalam diplomasi Prabowo yang Bisa dimanfaatkan Buat meyakinkan dunia Global ialah dengan menunjukkan bahwa Indonesia Ketika ini Mempunyai Biaya besar yang terkumpul dalam wadah Danantara. Wadah ini dapat menjadi simbol sekaligus instrumen konkret bagi kapasitas ekonomi Indonesia, memperkuat Imej sebagai negara yang Tak hanya bergantung pada populasi dan sumber daya alam tapi juga kuat secara finansial.
Melalui Danantara, Indonesia dapat menawarkan pendanaan Buat proyek-proyek Serempak, investasi strategis di negara Kenalan, serta partisipasi aktif dalam inisiatif Mendunia seperti Kekuatan terbarukan, infrastruktur, dan ketahanan pangan. Pendekatan ini Tak hanya meningkatkan daya tawar Indonesia di Perhimpunan Global, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai negara yang menganut politik bebas aktif.
HASIL SAFARI DIPLOMATIK
Di setiap kunjungan kenegaraan, interaksi Prabowo dengan para pemimpin dunia berlangsung Likuid dan penuh keakraban. Salah satu contohnya terlihat Ketika kunjungan ke India, ketika ia dijamu dalam santap malam kenegaraan oleh Presiden India, Droupadi Murmu, di Istana Kepresidenan Rashtrapati Bhavan, Sabtu, 25 Januari 2025. Dalam suasana yang hangat, Prabowo dengan lantang menyampaikan, “Saya Mau melaporkan kepada Presiden, Perdana Menteri, Wakil Presiden, dan Sahabat-Sahabat sekalian. Beberapa minggu yang Lampau, saya melakukan tes sequencing genetik dan tes DNA. Hasilnya menunjukkan bahwa saya Mempunyai DNA India. Segala orang Paham, ketika saya mendengar musik India, saya langsung menari,” ujarnya disambut tawa penuh kehangatan.
Keakraban semakin terasa ketika sejumlah menteri kabinet yang mendampinginya turut menyanyikan Tembang Kuch Kuch Hota Hai, menciptakan momen yang mencairkan suasana formal menjadi penuh persahabatan.
Misalnya lain kunjungan Prabowo yang sarat keakraban terjadi Ketika lawatan ke Yordania pada 13 April 2025. Kedatangannya disambut secara istimewa oleh Raja Abdullah II, yang bahkan mengemudikan mobilnya sendiri Buat mengantar Presiden Prabowo dari Bandara Militer Marka di Amman. Interaksi Prabowo dengan Yordania memang Mempunyai kedekatan Spesifik. Setiap kali berkunjung, ia kerap menyebut negara itu sebagai ‘rumah keduanya’. Ia Tak akan lupa bahwa Yordania pernah menolongnya di masa-masa sulit pascareformasi, sebuah kenangan yang mengikat Interaksi pribadi sekaligus diplomatik di antara kedua negara.
Kunjungan lain yang tak kalah spesial ialah lawatan Prabowo ke Rusia pada 18–20 Juni 2025, di Ketika ia Bersua langsung dengan Presiden Vladimir Putin di Istana Konstantinovsky, St Petersburg. Dalam sejumlah pemberitaan, Putin menyatakan kesiapan Rusia Buat membantu Indonesia mengembangkan teknologi nuklir bagi tujuan damai. Selain itu, dukungan Rusia juga disebut menjadi salah satu Unsur Krusial yang membuka Kesempatan keikutsertaan Indonesia dalam aliansi ekonomi BRICS.
Sambutan hangat dari rangkaian kunjungan tersebut Tak semata diukur dari banyaknya negara yang disinggahi atau gelaran karpet merah dari para pemimpin dunia, melainkan dari hasil konkret yang dibawa pulang Buat Indonesia. Pemerintah mengklaim berhasil mengamankan komitmen investasi senilai lebih dari US$20 miliar, terutama dari Tiongkok, Inggris, Uni Emirat Arab, dan Uni Eropa.
Investasi tersebut menyasar sektor-sektor strategis seperti pertahanan, Kekuatan hijau, digitalisasi, dan ketahanan pangan. Di antara pencapaian Krusial ialah tuntasnya negosiasi CEPA Indonesia–Uni Eropa yang tertunda lebih dari satu Sepuluh tahun, serta pembentukan Biaya Serempak dengan Rusia Buat proyek-proyek Kekuatan dan teknologi.
Tetapi, lebih dari sekadar Nomor investasi, kunjungan Prabowo juga menyiratkan pesan strategis baru dalam arah kebijakan luar negeri Indonesia. Ia tampak Mau menyeimbangkan Interaksi dengan kekuatan besar seperti AS, Tiongkok, Rusia, dan BRICS tanpa terjerat ke dalam blok tertentu. Ini terlihat dari keputusannya Buat Tak hadir di KTT G7 Kanada, tapi Bahkan tampil aktif dalam Perhimpunan BRICS dan SPIEF di Rusia, serta membangun dialog setara dengan negara-negara Mendunia South seperti Mesir, Qatar, dan Brasil. Dalam konteks ini, Prabowo seolah Mau menghidupkan kembali semangat politik bebas aktif, tetapi dengan Persona baru: aktif mencari Kesempatan ekonomi, bebas dari dikte Dominasi.
Meski demikian, publik tetap berhak Buat kritis. Hasil Konkret dari Segala kesepakatan itu baru Bisa diukur Kalau proyek-proyek tersebut Betul-Betul terealisasi. Investasi sering kali hanya berhenti di level MoU. Di sisi lain, tingginya intensitas kunjungan luar negeri juga Bisa menjadi bumerang Kalau Tak diimbangi dengan konsolidasi dalam negeri.
Pemerintahan Prabowo harus memastikan bahwa diplomasi ekonomi luar negeri Tak menjadi ‘etalase Martabat’, melainkan berdampak langsung pada pertumbuhan sektor riil, pembukaan lapangan kerja, dan kesejahteraan masyarakat. Inilah oleh-oleh yang Semestinya dibawa oleh Prabowo setelah kunjungan tersebut.

