Perspektif Peran Perempuan di dalam Gereja (Misi Paus Leo XIV)

Perspektif : Peran Perempuan di dalam Gereja  (Misi Paus Leo XIV)
Sr. Herdiana Randut, SSpS, Member of Woke Asia Feminist, Puandemik Indonesia, Koordinator Puan Floresta Bicara & Pengajar di SMPK Immaculata Ruteng(Dok.Pribadi)

GEREJA Katolik Roma telah mendapat seorang gembala. Sorakan “Habemus Papam” menggelegar di angkasa Demi asap putih muncul dari cerobong kecil di atas atap Kapel Sistina kota Langgeng Vatican. Suatu pemandangan iman yang luar Normal, mengharukan sekaligus tebersit Asa miliaran umat Buat gembala yang baru. 

Tepatnya 8 Mei 2025 Robert Francis Prevost telah terpilih menjadi Paus Leo XIV. Dalam waktu yang sangat Segera, namanya terpilih melalui proses konklaf. Hal ini bukanlah suatu kebetulan, tetapi dalam kacamata iman Katolik proses konklaf Enggak terlepas dari bimbingan Allah Roh Sakral. 

Ia mencetak sejarah sebagai Paus pertama yang berasal dari Amerika Perkumpulan. Memilih nama Leo ke-14 bukan Enggak mungkin Mempunyai Maksud tersendiri di balik nama yang dipilih. Kalau Paus Leo ke-13 beberapa abad yang Lampau menulis beberapa ensiklik yang berpengaruh pada perkembangan hidup Mahluk seperti Rerum Novarum, Quamquam Pluries, dan lain-lain; akankah Paus Leo ke-14 melakukan hal yang sama? 

Banyak pertanyaan yang muncul ke publik terkait angin segar terpilihnya Paus Leo XIV, gembala yang baru. Sejatinya setiap nama yang dipilih tentunya Mempunyai Maksud mulia yang berpengaruh terhadap banyak orang. 

Dalam pandangan saya Terdapat satu hal menarik Demi diketahui ia Enggak mengubah apa yang sudah dibuat Paus Fransiskus sebelumnya. Gaya memimpin ‘meneruskan’ karya-karya mendiang Fransiskus seperti option for the poor, peace, integration, dan karya belas kasih lainnya menjadi sorotan tersendiri bagi dunia. 

Cek Artikel:  IDI Reborn dari Slogan ke DNA

Irit saya hal ini patut diapresiasi karena memang dunia sedang ‘terluka’ akan perdamaian, kemiskinan, kekerasan, dan berbagai jenis keterlukaan lainnya. Sederhananya ia mendukung keberlanjutan reformasi Paus Fransiskus dalam Gereja Katolik. Dengan dialog dan kerja sama, Gereja memang Sepatutnya tampil sebagai Gereja Misionaris yang dipanggil Buat isu-isu sosial yang Bergerak dalam dunia kita (www.vaticannews.com).  

Perempuan dalam Gereja

Kehadiran kaum Perempuan dalam setiap lini kehidupan sangat Bermanfaat membawa kehidupan baru. Perempuan mempunyai nilai sendiri dalam kehidupan menggereja dan sosial. Banyak pelayanan dalam Gereja yang Enggak Dapat dilakukan oleh Pria, terdapat beberapa jenis bidang yang membutuhkan kaum Perempuan. 

Kaum Perempuan muncul Buat mengimbangi karya misi Gereja. Apa jadinya Kalau Gereja tanpa Perempuan? Mampukah Gereja berdiri sendiri tanpa Perempuan? Peran Perempuan tak Dapat dipungkiri hingga kini Lagi mengalami denominasi. Banyak Perempuan yang Dapat menduduki peran-peran tertentu dalam beberapa bidang kehidupan. Tetapi diskriminasi gender Lagi menjadi masalah yang Enggak Mengerti Ketika akan berakhir. Dalam Gereja itu sendiri peran Perempuan Lagi belum nampak. Bagaimana posisi Perempuan dalam Gereja Katolik?

Kitab Bersih mengajarkan umat Kristen bahwa Mahluk diciptakan sesuai Imej Allah yang setara dengan-Nya. Oleh karena itu, setiap kita wajib memberikan penghormatan kepada segala makhluk hidup termasuk dua jenis kelamin yang berbeda yakni Pria dan Perempuan. Apakah penghargaan terhadap Perempuan sudah adil dan merata? 

Cek Artikel:  Apa Sulitnya Membebaskan Pilot Susi Air

Religi Katolik menjunjung tinggi Maria Bunda Yesus. Maria sebagai tokoh Perempuan yang berpengaruh dalam seluruh karya misi Yesus. Menunjukkan bahwa kehadiran-Nya bukan main-main. Ia dipilih langsung oleh Allah membentuk suatu kehidupan baru bagi dunia. Maria dengan sisi femininnya memberi kontribusi besar yang mendasari seluruh misi Gereja. 

Mengapa kaum Perempuan Enggak dipilih seperti Maria dalam posisi-posisi Krusial struktur hierarki Katolik Roma hingga sekarang? Apakah kesetaraan gender sudah diwujudnyatakan dalam Gereja Katolik? Ironinya terkadang Gereja dengan penuh semangat membela kaum Perempuan dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Tetapi, dalam Gereja belum Bisa bereformasi dalam melibatkan Perempuan pada struktur-struktur internal Gereja itu sendiri. 

Tentang Perempuan

Kehadiran Paus Leo ke-14 dianggap ‘Paus Fransiskus ke dua’ karena pendekatannya penuh nuansa perubahan sosial. Di tengah Asa reformasi perubahan sosial, saya kira pertanyaan saya berikut mewakili kaum Perempuan, bahwa bagaimana sikapnya terhadap peran Perempuan dalam Gereja Katolik? Sebuah isu yang selama berpuluh-puluh tahun menjadi ruang debat hangat antara tradisi dan kesetaraan dalam Gereja. 

Sebelum dilantik menjadi Paus, ia pernah menjadi Dikasteri Vatikan yang bertugas menyeleksi pemilihan para uskup di seluruh dunia (www.Liputanindo.id). Dalam tugasnya tersebut ia sudah Membangun satu langkah baru yakni mengikutsertakan tiga Perempuan dalam proses penyeleksian uskup. Irit saya ini bukan sekadar simbolik semata, melainkan gaya baru yang sangat signifikan dalam struktur Gereja Katolik yang sangat maskulin. 

Cek Artikel:  Menyemai Spiritualitas Transformatif di Sekolah

Dalam www.CatatholicNewsAgency.com pada satu kesempatan ia menegaskan, bahwa Buat mengatasi persoalan gender bukan dengan Langkah menahbiskan Perempuan menjadi pastor secara Mekanis, karena ini akan “menimbulkan masalah baru”. 

Enggak berhenti di sini, Paus Leo XIV menambahkan bahwa Gereja perlu membuka diri pada pemahaman baru mengenai peran dan tugas Perempuan dalam pelayanan dan soal kepemimpinan. Irit saya kontribusi Pria dan Perempuan harus diakui secara setara dan adil. Ini Krusial karena menjadi adalah isyarat Krusial bagi para pejuang feminis agar membuka ruang dialog dan reinterpretasi peran Perempuan dalam konteks pelayanan di dalam Gereja sendiri. 

Apakah hanya itu? Menurut Irit saya dalam Gereja yang sangat kuat dominasinya oleh Pria perlu adanya reformasi kepemimpinan secara Tertentu dalam pelayanan-pelayanan tertentu. 

Mungkin Paus Leo ke-14 belum mendobrak struktur Pelan secara frontal, tetapi reformasi gender dalam gereja perlu dibuat. Gereja perlu melibatkan banyak kaum Perempuan dalam pelayanan-pelayanan karya misi gereja, mulai dari menjadi pemimpin pada komisi-komisi, organisasi-organisasi tertentu dalam struktur hierarki gereja. 

Karena, pemikiran kaum Perempuan juga Bisa mengubah dunia. Irit saya insting Perempuan menembus batas-batas dunia. Dengan melibatkan banyak Perempuan, dapat mengurangi kesenjangan gender dan segala bentuk diskriminasi terhadap Perempuan. Semoga. 

Mungkin Anda Menyukai