
PANCASILA ialah ideologi bangsa Indonesia yang menjadi fondasi Primer bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila terdiri atas lima sila yang saling berkaitan dan memperkuat satu sama lainnya. Nilai Pancasila ialah Bhinneka tunggal ika yang dijabarkan dalam lima butir, Yakni ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tetapi, seiring berjalannya waktu, Pancasila sebagai ideologi bangsa Bukan terlepas dari tantangan dan perubahan Era. Oleh karena itu, Krusial bagi setiap Penduduk negara bersatu padu dalam menjaga nilai-nilai Pancasila guna memastikan kesatuan dan keutuhan bangsa.
Agar nilai Pancasila terinternalisasi dengan Berkualitas, pada 2018 Presiden Joko Widodo membentuk Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) melalui Perpres nomor 7 tahun 2018. Salah satu tugas pokok dan fungsi (tupoksi) BPIP ialah bertugas dalam menyusun standardisasi pendidikan yang berhubungan dengan pengendalian dan pembinaan ideologi Pancasila.
Proyek P5
Sejalan dengan keberadaan BPIP, Kemendikbud-Ristek RI juga mendesain dan menggalakkan program penguatan Watak di sekolah yang diimplementasikan dalam profil pelajar Pancasila. Profil pelajar Pancasila berperan sebagai Surat keterangan Primer yang menuntun dan mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan, termasuk menjadi panduan Buat para pendidik dalam membangun Watak serta kompetensi peserta didik.
Dalam penjelasannya Ketika workshop Fasilitator Sekolah Penggerak 2023, Kemendikbud-Ristek menyampaikan bahwa profil pelajar Pancasila merupakan identitas pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan Mempunyai Watak sesuai nilai-nilai Pancasila. Pernyataan itu memuat tiga kata kunci; pelajar sepanjang hayat, kompeten, dan nilai-nilai Pancasila.
Hal itu menunjukkan adanya paduan antara penguatan identitas khas bangsa Indonesia, Yakni Pancasila, sebagai rujukan Watak pelajar Indonesia, dan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan sumber daya Insan Indonesia dalam konteks perkembangan abad 21. Sederhananya, profil pelajar Pancasila merupakan seperangkat kompetensi yang terdiri atas enam dimensi dan nilai Primer yang mendasarinya, yakni: (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan Dunia, (3) bergotong royong, (4) Berdikari, (5) bernalar kritis, dan (6) kreatif.
Kurikulum Merdeka menempatkan profil pelajar Pancasila sebagai salah satu komponen utamanya selain intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Berdasarkan Kepmendikbud-Ristek No 262/M/2022, proyek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan kokurikuler berbasis proyek yang dirancang Buat menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan Watak sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan.
Penyelenggaraan P5 dilakukan secara Elastis. Dari segi muatan, kegiatan, dan waktu Penyelenggaraan, P5 dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran proyek Bukan harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler. Bahkan, satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja Buat merancang dan menyelenggarakan P5.
Praktik Sekolah Sukma Bangsa
Sekolah sebagai tempat anak beraktivitas dan membangun kompetensi serta karakternya sehingga menjadi sangat relevan dalam mengaplikasikan setiap elemen dan nilai Primer dari profil pelajar Pancasila ini. Sementara itu, guru dapat menjadi fasilitator pengembangan kompetensi dan Watak siswa di sekolah tersebut. Selain siswa dan guru, seluruh Penduduk belajar nonkependidikan yang Eksis di setiap satuan pendidikan juga sangat memungkinkan melakukan dan berkolaborasi dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila di sekolah.
Sekolah Sukma Bangsa (SSB) sejak didirikan pada 2006 telah menumbuhkan dan menubuhkan berbagai nilai-nilai yang terkandung dalam profil pelajar Pancasila. Di SSB, kami Mempunyai tradisi yang beraneka ragam dalam upaya mewujudkan nilai-nilai Pancasila di sekolah.
Setiap Senin pagi, seluruh siswa, guru, dan Penduduk sekolah lainnya melakukan aktivitas monday morning gathering. Kegiatan rutin mingguan itu dimulai pukul 07.30 WIB hingga 08.15 WIB. Kegiatan tersebut merupakan rutinitas Buat membudayakan beberapa nilai Pancasila seperti membangun nasionalisme dengan menyanyikan Tembang Indonesia Raya 3 stanza. Setiap Penduduk sekolah, dari siswa kelas I SD Tiba kelas XII SMA, sudah Niscaya hafal seluruh lirik Tembang kebangsaan Indonesia Raya dengan 3 stanza tersebut.
Selain itu, nilai kreatif dan Berdikari kami biasakan dengan meminta siswa secara bergiliran menjadi petugas kegiatan rutin tersebut yang meliputi moderator, pemberi kata penyemangat, pembaca doa, dan pemandu dirigen. Setiap pekan selalu Eksis kutipan dan kata penyemangat dari siswa dan guru. Selain itu, setiap siswa berlatih Buat berani tampil di hadapan publik dengan tugas-tugas yang diberikan tersebut.
Buat elemen berakhlak mulia, salah satu subelemen kuncinya, yakni akhlak kepada alam. Kami ajarkan dan latih siswa di SSB dengan membiasakan siswa dan guru Buat menghindari penggunaan plastik sekali Guna sebagai upaya menjadikan sekolah hijau dan ramah lingkungan.
Setiap siswa dan guru wajib membawa botol minum ke sekolah sebagai Metode melindungi alam dari sampah plastik. Selain itu, gerakan pungut sampah (GPS) menjadi tradisi dan budaya yang dibangun dalam menuju sekolah sehat dan Rapi.
Dalam dimensi berkebinekaan Dunia, SSB sangat menjunjung tinggi perbedaan Etnis, budaya, Religi sebagai upaya Buat menumbuhkan sikap saling menghargai dan Bukan bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Siswa yang beragama minoritas kami tempatkan dan posisikan di tempat yang setara haknya sebagaimana layaknya siswa muslim yang mayoritas. Dengan begitu, mereka merasa Bukan Eksis sekat karena mendapat perlakuan yang sama.
Komunikasi antarbudaya juga kami implementasikan dalam kerja sama dengan sekolah-sekolah sahabat yang berada di seluruh pelosok Indonesia dan luar negeri, seperti Sekolah Budi Mulia Dua Yogyakarta, Ekiyanishi School Jepang, serta sekolah-sekolah di Korea Selatan, Filipina, Finlandia, AS, dan sebagainya. Penerapan Cambridge international curriculum di SSB memungkinkan siswa berkolaborasi dengan Penduduk dunia dan Menyaksikan kebudayaan yang lain sebagai sebuah khazanah kemajemukan Penduduk dunia.
Pada akhirnya, Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat layak menjadi fondasi dalam jiwa pelajar Indonesia. Hal itu mesti dimulai dari entitas kecil bernama sekolah karena sejatinya setiap kebaikan harus dimulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil, dan dari sekarang.

