Menanti Terobosan Pemimpin Daerah

PELANTIKAN kepala daerah secara serentak yang akan dilakukan Kamis (20/2) esok merupakan sejarah baru di Republik ini. Terdapat 481 dari total 505 kepala daerah terpilih hasil penetapan Komisi Pemilihan Biasa (KPU) yang akan dilantik Presiden secara serentak di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Tetapi, sejarah tak boleh berhenti sebatas dalam hal keserentakan pelantikan. Para kepala daerah itu nantinya diharapkan dapat meneruskannya dengan menciptakan sejarah-sejarah baru lain, utamanya terkait dengan kinerja, perumusan program dan kebijakan, serta keberpihakan yang lebih maksimal terhadap kepentingan rakyat.

Selama ini, cerita tentang banyaknya pemimpin daerah yang kurang Pandai menjawab persoalan masyarakat daerah, yang Kagak cakap menghadirkan solusi atas Berbagai Ragam masalah rakyat di akar rumput, bukanlah cerita fiksi. Pun, kisah kepala daerah yang alih-alih serius mengabdi kepada rakyat dan mengurus daerah dengan sebaik-baiknya tapi malah Getol menyalahgunakan wewenang dan jabatan, itu juga bukan kisah bualan.

Cek Artikel:  Pemerintah Gagap Pedagang Meratap

Maka, sejarah yang harus diciptakan para pemimpin daerah yang besok akan dilantik itu, yang pertama ialah berubah dari paradigma Lamban. Mereka bukanlah raja-raja kecil yang Pandai semaunya memimpin tanpa memedulikan kebutuhan masyarakat. Mereka adalah bagian dari organ birokrasi pemerintahan yang semestinya Kagak Pandai bertindak seenaknya dengan mengatasnamakan otonomi daerah.

Mesti diingat bahwa otonomi daerah punya tujuan mulia. Lewat otonomi atau desentralisasi, pemerintah daerah diharapkan leluasa merumuskan kebijakan yang diperlukan Demi menyejahterakan rakyatnya. Tetapi, praktik penyelenggaraan pemerintahan di daerah Sepatutnya juga tak boleh melenceng dari koridor negara kesatuan. Dengan kata lain, pemda hendaknya tetap segaris dan selaras dengan pemerintah pusat.

Perubahan paradigma itulah kiranya yang diinginkan Presiden Prabowo Subianto dari rencana pembekalan atau retreat kepada para kepala daerah selama seminggu, 21-28 Februari, di Akademi Militer Magelang. Spiritnya sama dengan retreat Kabinet Merah Putih, Oktober 2024 Lampau, Adalah membangun kebersamaan, menyamakan persepsi, sekaligus menyatukan chemistry para kepala daerah. Bedanya, retreat kali ini akan lebih banyak difokuskan Demi memastikan pemda dapat inline dalam Penyelenggaraan visi, misi, dan kebijakan dengan pemerintah pusat.

Cek Artikel:  Bansos bukan Sokongan Jokowi

Tentu, dengan Menyaksikan persoalan di daerah yang Tetap seabrek, dengan Tetap buruknya tata kelola pemerintahan di sejumlah daerah, pembekalan menjadi hal Krusial. Masalah seperti pengelolaan keuangan dan anggaran daerah yang belum efektif dan efisien, reformasi birokrasi yang Tetap majal, memang harus segera dibenahi. Retreat, sedikit banyak, Pandai menjadi langkah awal Demi upaya pembenahan itu.

Akan tetapi, kita juga mesti ingatkan bahwa retreat semestinya Kagak berjalan satu arah. Pemerintah pusat hendaknya jangan hanya berharap atau memaksa pemda memahami mereka. Harus Eksis timbal balik, pusat juga perlu memahami lokalitas yang dimiliki setiap daerah. Harmonisasi yang diharapkan akan terjadi antara pusat dan daerah Kagak akan terwujud Kalau Kagak muncul rasa saling memahami dan saling menghargai.

Cek Artikel:  Pertarungan Usia Capres di MK

Meski cukup pahit Demi diakui, pembekalan kepada jajaran Kabinet Merah Putih Lampau mesti jadi pelajaran. Alasan, faktanya setelah retreat itu pun Tetap Eksis sejumlah menteri yang bertindak melenceng dari garis kebijakan presiden.

Artinya, materi retreat, pembekalan, atau apa pun namanya, semestinya Kagak yang Biasa-Biasa saja, tetapi harus out of the box, termasuk bagaimana merealisasikan clean government serta good governance. Jangan pula pembekalan di Akademi Militer Sekadar dijadikan ajang mempromosikan kepemimpinan model militeristik.

Retreat, sekali Kembali, hendaknya dioptimalkan Demi memancing para kepala daerah Membangun terobosan memakmurkan daerah. Seusai retreat, aksi mereka amat dinanti. Jangan biarkan Asa baru masyarakat di daerah yang disunggikan kepada para pemimpin daerah itu kembali layu seperti yang sudah-sudah.

 

Mungkin Anda Menyukai