5 Hal yang Dicermati Bank Indonesia setelah Trump Terpilih Jadi Presiden AS

5 Hal yang Dicermati Bank Indonesia setelah Trump Terpilih Jadi Presiden AS
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah)(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

BANK Indonesia memastikan bakal Lalu memonitor perkembangan ekonomi dunia, termasuk terpilihnya kembali Donald Trump sebagai presiden Amerika Perkumpulan. BI tak menampik hal itu bakal memengaruhi perkembangan ekonomi Mendunia, termasuk Indonesia. 

“BI Lalu memantau, mencermati, melakukan asesmen atas proses politik di AS dan terutama hasil pemilu yang Presiden Trump terpilih kembali. Tentu saja asesmen itu Bergerak, tapi kami Lalu melakukan asesmen itu dan juga menakar dampaknya terhadap Indonesia,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (20/11).

Setidaknya terdapat lima hal yang dicermati oleh bank sentral. Pertama, ialah menyangkut kebijakan ekonomi dan politik Trump. Berkaca dari historis, Trump kerap menggunakan kebijakan yang bersifat inward looking, atau mementingkan perekonomian domestik.

Hal tersebut bakal memberi Dampak, termasuk pada negara-negara yang menjadi Kenalan dagang Istimewa AS seperti Tiongkok, Uni Eropa, hingga Meksiko. Negara-negara tersebut bakal dikenakan tarif perdagangan yang lebih tinggi dari AS.

“Kemungkinan mulai akan diterapkan pada semester II 2025. Misal, kepada UE, Terdapat tarif 25% Kepada besi, alumunium, kendaraan bermotor. Dengan Tiongkok 25% Kepada mesin elektronik dan chemical. Ini yang kami baca, tentu saja kami akan Lalu diskusikan,” Jernih Perry. 

Cek Artikel:  Peserta Jalan Sehat Batfest 2023 Tembus 50 Ribu, Disiapkan Doorprize 150 Paket Umrah

“Pengenaan tarif tinggi ini yang kami sebut fragmentasi perdagangan ini yang kemudian akan menyebabkan perlambatan ekonomi di negara-negara tadi. Tongkok yang selama ini melambat, kemungkinan akan melambat, EU yang sedang naik, kemungkinan Tak jadi naik,” tambah dia. 

Alhasil, perekonomian dunia juga diprediksi bakal terimbas dan tumbuh melambat pada tahun depan. Semula, BI memperkirakan ekonomi Mendunia di 2025 bakal tumbuh setidaknya sama dengan proyeksi tahun ini, Ialah 3,2%. Tetapi karena adanya Dampak Trump, ekonomi dunia diperkirakan hanya Bisa tumbuh 3,1% di tahun depan.

Sementara mematok tarif perdagangan tinggi, kebijakan Trump di ekonomi domestik AS diperkirakan akan ekspansif.  Itu berupa pemotongan pajak, Bagus individu maupun tingkat perusahaan. Dari hitungan BI, pemotongan pajak individu akan mencapai 3% di tiap Strata, dan pajak perusahaan di Bilangan 21%.

Kedua, yang menjadi perhatian BI ialah penurunan inflasi di AS yang berpotensi melambat. Bilangan inflasi Negeri Om Sam yang Begitu ini berada di Bilangan 2,7% dan sedianya dalam tren menuju sasaran 2% dalam jangka menengah diduga akan Lalu bertahan di level yang tinggi.

Cek Artikel:  Menhub Ingatkan Maskapai Tak Lebay Naikkan Harga Tiket

Kondisi itu bakal memengaruhi kebijakan Spesies Kembang The Federal Reserve (The Fed). The Fed yang semula diperkirakan bakal memangkas Spesies Kembang hingga 100 basis poin di tahun depan, kini diproyeksikan hanya akan memotong Kembang acuan hingga 50 basis poin. 

Ketiga, lanjut Perry, ialah kebijakan fiskal Trump yang ekspansif dan berpotensi mendorong pelebaran defisit AS hingga ke level 7,7% dari PDB AS. Hal itu bakal menyebabkan peningkatan penerbitan surat utang AS (US Treasury/UST) secara signifikan. 

“Itu berarti UST yang tempo hari sudah turun, sekarang sudah naik. UST meningkat, Bagus jangka pendek, maupun jangka panjang. Prediksi kami UST 2 tahun, tempo hari pernah 3,7-3,8%, sekarang sudah 4,3% Kepada yang 2 tahun. Padahal itu kemungkinan juga akan naik tahun depan jadi 4,5%,” kata Perry.

Cek Artikel:  Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Awal Pemerintahan Prabowo Diperkirakan Menantang dan Berat

“Yang 10 tahun tempo hari sudah turun, sekarang kembali naik 4,4%. Tahun depan kemungkinan Bisa naik 4,7%. Karena memang kebijakan fiskal yang ekspansif. Utang AS akan lebih banyak, sehingga yield UST itu akan kemudian sekarang sudah meningkat dan kemungkinan bergerak meningkat dengan yang 10 tahun akan meningkat lebih tinggi,” lanjutnya. 

Situasi itu Membangun BI turut mencermati hal keempat, yakni perubahan preferensi investor Mendunia Kepada kembali ke AS. Itu pula yang mendorong pada hal kelima, yakni menguatnya nilai Ubah AS terhadap mata Doku Istimewa negara lain. 

“Tempo hari (indeks) dolar pada RDG bulan Lampau mengarah ke 101, sekarang sudah 106, bahkan lebih tinggi. Dan penguatannya broad base, kepada seluruh Nyaris negara. Ini terjadi secara luas, DXY dolar terhadap mata Doku Istimewa yang sudah melemah ke 103 bahkan mengarah ke 101, kembali mengarah menguat tajam pascapemilu, bahkan 106,5. Ini mulai mengarah pada keseimbangan baru. Ini yang Lalu kami pantau Kepada menentukan respons kita,” pungkas Perry. (Mir/M-3)

 

Mungkin Anda Menyukai